Share

takkan kembali

"Nah, senyum begitu kan cantik. Enak di lihatnya, nggak kayak tadi. Asem!"

"Bapak bisa aja!"

"Masih jauh ya, Pak?" tanya Afi, karena memang ia tak tahu di mana lokasi apartemen yang Rendra maksud.

"Jauh, lumayan. Masih sekitar seperempat jam lagi, kenapa, Non?"

"Nggak, Pak. perasaan lama banget, mungkin karena jauh kali ya." Afi memang merasa perjalanannya jauh karena pikirannya sibuk tentang hal yang mengganggu konsentrasinya.

"Soalnya Non sedih gitu, ngelamun lagi. Jadi bikin yang dekat terasa jauh. Coba kalau lagi seneng, jauhpun terasa dekat," tawa sang supir.

"Masa sih, Pak? Hidup saya memang lagi tak semenyenangkan itu." Afi tertunduk dan kembali merasa pilu.

"Sabar, Non. Terkadang ujian yang kita lewati teramat berat, tapi setelah semuanya selesai pasti kita bakalan tahu bahwa ujian itu bukanlah apa-apa. Berat saat di jalani tapi akan mudah setelah melewati, kuncinya dua. Sabar dan ikhlas," tutur Pak Sopir.

Afi terkesima dengan petuah yang di katakan supir taksi itu, terdengar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status