Rendra sengaja tak memberi tahu langsung kode masuk apartemennya. Ia ingin tahu apakah Afi masih ingat kapan ia pertama bertemu. Tentu itu hal menarik yang akan membuat Afi pasti kesal karena sudah membuatnya harus berpikir keras akan tanggal itu. Afi adalah adik kelasnya dulu waktu SMA, awal pertemuannya saat tidak sengaja Rendra menabrak Afi yang sedang minum lemon juice dan akhirnya membuat bajunya basah semua.Awal pertemuan yang buruk memang, tapi itu sangat berkesan di hati Rendra. Afi yang waktu itu seperti sangat marah justru meminta maaf padanya padahal yang salah adalah Rendra, Afi benar-benar wanita unik menurutnya.Rendra melihat jam di pergelangan tangannya menunjukan pukul lima sore. Setelah memeriksa hasil pekerjaan Afi tadi, Rendra langsung menghadiri rapat dengan beberapa kolega bisnisnya. Rendra membawa hasil kerja Afi ke ruang rapat dan hasilnya, sungguh di luar dugaan. Pekerjaan Afi lebih dari kata sempurna, membuat Rendra begitu takjub akan kecerdasan wanita itu.
Afi membuka matanya perlahan, ia meraba ke sekelilingnya dan merasa ini bukan tempat ia tadi tertidur. Seingatnya, tadi ia tertidur di luar apartemen saat menunggu Rendra memberi tahu kode kamarnya.Afi membuka matanya lebar dan melihat ia berada di sebuah kamar yang terdapat banyak aksesoris pria. Afi menyadari bahwa ini pasti di dalam apartemen Rendra. Terlihat ada foto dirinya dan juga seorang wanita paruh baya serta gadis manis yang Afi kenal, yaitu Nissa.Suara gemericik air dari dalam kamar mandi terdengar sampai ke telinga Afi, membuat Afi berfikiran yang tidak-tidak. Bukankah tadi ia tidur diluar? Dan sekarang ia telah di dalam kamar? Jangan-jangan? Afi beranjak ke kamar mandi dan menggedor pintu dengan keras."Pak! Keluar, jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan ya! Buka," teriak Afi.Pintu terbuka dan tampak Rendra keluar dengan hanya memakai handuk yang terbelit di pinggulnya. Afi yang melihat songak terkejut dan menutup mukanya dengan kedua tangannya."Pak! Ya nggak g
Afi memakan makanan yang tadi di belikan Rendra, nasi Padang dengan sayur daun singkong rebus serta daging sapi sangat menggugah selera makan Afi. Namun sayang tak ada sambal ijo seperti biasanya, pasti Rendra sengaja tak memberinya atau di lupa memintanya."Ini tak mungkin, biasanya nasi Padang selalu plus sambal. Itu merupakan akal-akalan Rendra saja pastinya," gerutu Afi saat mencari keberadaan si sambal kesukaannya. Di mana pun ia makan, tak luput dari sambal. Apapun makananya, lauk enaknya pasti selalu sambel.Afi menghabiskan semua tak tersisa, ia benar-benar lapar hari ini. Ternyata air mata membuat orang lapar juga, seharian tak ada asupan masuk ke dalam perutnya sehingga ia makan bak orang yang satu minggu tak makan. Beruntung makanan yang ia makan ini tak keluar lagi dari perutnya. Afi bingung, entah kenapa semua makanan yang Rendra belikan untuknya selalu terasa nikmat dan sedap untuk di habiskan.Bel berbunyi, Afi bergegas akan membuka nya. Namun, Nissa sudah masuk karena
"Pengen cepet-cepet!" kata Nissa antusias."Cepet-cepet ngapain?""Cepet-cepet jadikan kamu kakak iparku! Aku udah nggak sabar banget!" Afi melemparkan bantal sofa ke badan Nissa. Nissa selalu saja mengatakan hal yang sama berulang kali. Afi bahkan sama sekali tak kepikiran ke arah situ. Afi hanya sedang memikirkan anak yang ada dalam kandungannya ini agar bisa tumbuh dengan sehat dan kuat seperti dirinya.Setelah berbincang panjang lebar dengan Nissa, akhirnya dia pamit untuk pulang. Mungkin besok Nissa akan ke alamat kantor Aldo yang telah Afi tunjukan untuk memberikan kunci rumahnya.*****Aldo sangat malas di rumah, ia memilih pergi ke kantor agak awal karena ia masih sangat terpukul dengan perpisahannya dengan Afi."Mau berangkat awal lagi, Yank?" tanya Alin yang sedang mengoleskan roti dan selai di sana. "Iya, aku sarapan di kantor sja ya. Aku terburu-buru," ucap Aldo mencium kening Alin.Alin memandangi suaminya yang sudah pergi dengan mobilnya ke kantor. Alin melihat Aldo an
"Aldo!" Teriak Mami Cahyo dari luar rumah Afi. Aldo tak sadar jika ia telah menghabiskan waktu yang lama di kamar Afi. Kesedihannya yang tak berbalas membuatnya enggan untuk pulang. Ia ingin tidur seharian di kamar milik Afi dan dirinya, mengenang malam-malam indah bersama.Aldo tak menghiraukan teriakan Maminya karena ia sedang larut dalam kesedihannya. "Aldo! Mami cariin ternyata kamu di sini, Alin cemas mencarimu. Kenapa nomormu tidak aktif?""Mi, biarkan Aldo di sini ya! Aldo sangat terpukul dengan kepergian Afi. Dia sudah pergi, Mi!" Aldo tergugu di atas bantal yang ia letakan di tengah pangkuannya."Kamu jadi laki-laki cengeng banget, Aldo. Bukankah bagus Afi sudah pergi? Jadi kamu bisa fokus sama kesehatan Alin dan anakmu!" Mami Cahyo berbicara seperti itu karena ia merasa geram dengan anak laki-lakinya yang terlihat sangat bodoh hanya karena wanita bernama Afi itu."Mi, jangan paksa Aldo lagi, cukup Mami membuat Afi sengsara. Jangan Aldo! Aldo hanya ingin tinggal di rumah ini
Sebuah tepukan di pundaknya membuat Aldo kaget dan membalikkan badannya."Yank, kamu lagi apa malam-malam begini?" Ali melirik ke arah benda yang sedang dipegang Aldo."Aku melihat susu ini di rak dapur, mungkinkah ini milik Afi? Apakah di sudah_""Itu milikku, aku sengaja membawanya dari rumah.""Masa? Kok kamu bawa banyak banget? Berbagai merek juga, bukankah kau tidak menyukai merek ini?" tunjuk Aldo pada dus yang sedang dipegangnya."Justru itu, aku membawa banyak. Soalnya nanti kalau aku pas lagi disini pengen minum susu aku tinggal bikin dan tidak usah repot-repot lagi membelinya. Kan, Stoknya sudah banyak."Alin mencoba mengelabui Aldo, karena jika ia tahu susu itu bukan miliknya pasti Aldo akan memikirkan jika Afi hamil anaknya kemudian mencari Afi untuk memastikan kebenarannya dan meninggalkannya jika tahu Afi tengah hamil.Alin berpikir keras, mungkinkah Afi juga tengah hamil? Ia akan mencari tahu semua ini. Jika ia hamil anak Aldo, ia akan mencoba untuk menghindarkannya dar
"Kamu kenal Haris, Yank?" tanya Alin mencoba mencari tahu seberapa dekat dia dengan Haris."Kenal, kami bahkan sangat akrab sejak kuliah. Kenapa?" tanya Aldo penasaran karena Alin tiba-tiba menanyakan Haris sahabatnya."Nggak kenapa-kenapa! Apakah dia tak tahu kita sudah menikah? Kenapa dia bilang hanya tahunya istri kamu itu Mbak Afi?" ketus Alin."Sebenarnya kemarin sudah aku kasih tahu, mungkin dia lupa. Haris itu memang punya kekasih sejak kuliah, tapi aku lupa namanya! Soalnya dia tak pernah mengenalkannya pada kami, teman gengnya. Dia hanya sering bercerita bahwa dia cinta mati padanya," jelas Aldo."Cinta mati? Nungguin sampai mati, gitu maksudnya?" ucap Alin pura-pura lugu. Aldo tertawa renyah dan memandang ke depan jalan dengan fokus mengemudikan mobilnya."Yank, kamu cinta mati padaku?" tanya Alin mencoba mencari isi hati suaminya."Cinta!" jawab Aldo singkat."Sayang?""Apa bedanya cinta dan sayang, Alin?" ucap Aldo sambil tersenyum."Beda donk! Kalau cinta itu kebutuhan, s
Temani aku, jika aku butuh kamu. Dan malam ini, aku sangat menginginkan dirimu. Aku tunggu di hotel Daffa, nggak pakai lama, jika kau menolak akan aku pastikan besok suamimu itu akan meninggalkanmu." Haris sepertinya sengaja membuat Alin marah dengan keinginannya itu, ia ingin melihat seberapa besar cintanya pada Aldo. Sepertinya, rencana Haris kali ini tak akan sejahat sebelumnya yang akan meniduri wanita terkasihnya itu. Haris hanya ingin Alin merasakan, sakitnya ditinggal pergi orang yang disayangi.Alin mondar mandir di depan pintu rumah ini, ia tak punya cara lain untuk menutup mulut Haris kecuali menuruti keinginannya. Ia pun menengok kembali Aldo yang terlelap tidur dan memastikan ia tak akan bangun.Setelah yakin bahwa Aldo telah sangat terlelap, Alin keluar menuju rumahnya untuk mengambil mobil miliknya. Alin tak ingin memakai mobil Afi karena takut suaminya akan tahu jika ia tengah pergi.Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju hotel yang Haris sebutkan. Alin mengemudik
Rendra mencium perut besar Afi, sekarang usia kandungannya memasuki sembilan bulan."Kamu pasti lelah bnget ya, Fi! Ibu jadi ikut merasakan kehamilan kamu. Kamu harus berhati-hati, usia kehamilan sudah tinggal menunggu hari. Kalau ada sedikit rasa tak nyaman, bilang sama Rendra. Biar dia siap siaga membawa ke rumah sakit," ucap Bunda khawatir melihat perut Afi yang terlihat begah."Nggak usah Bunda bilang, Rendra selalu siap siaga 24 jam. Cuma Afi yang dibilangin suka ngeyel mau ngelakuin pekerjaan rumah, besok kita cek up ke dokter lagi. Biar tahu kondisimu setiap hari," ucap Rendra tegas."Nissa kan ada, ngapain ke dokter," sanggah Afi."Ya Mungkin Kak Rendra mau cari dokter ahli yang lain, dia nggak yakin kayaknya sama keahlian adiknya ini," sahut Nissa yang baru datang dari luar bersama Vino.Ditatapnya aneh lelaki yang bersama Nissa, membuat Vino merasa canggung."Nis, udah acara pestanya?" tanya Afi."Nggak jadi, udah nggak mood pergi ke sana. Vin, lo pulang aja gih! Kakak gue s
Sejak kehamilannya, Rendra menjadi sedikit cerewet. Afi yang hanya ingin sekedar membantu Bunda nilam memasak, ia pun melarangnya. "Bang, Afi bosan! Boleh ya, ikut Bunda bikin cake! Pengen buat yang spesial buat Abang!" ucap Afi merengek pada Rendra yang sedang sibuk memeriksa berkasnya di ruang keluarga. Biasanya ia akan bekerja di ruang kerja khusus miliknya. Namun sekarang ia menjadi overprotektif dengan Afi mengingat istrinya sedang mengandung dua buah hati sekaligus."Nggak usah bikin cake spesial. Kamu aja udah spesial untuk Abang, sini! Duduk dekat Abang," ucap Rendra sambil menepuk sofa di sebelahnya.Afi melengos dan memilih mengalah dan duduk di samping suaminya."Abang ini, nggak di mana-mana fokus kerja terus! Begitu dibilang sayang! Huft!" Afi kesal karena dari tadi suaminya tak melihatnya dan masih sibuk dengan laptop dan kertas yang ada di depannya. Rendra melirik Afi yang membuang mukanya jengkel, dan Rendra memilih menyingkirkan semua pekerjaannya dan mencium pipi is
Afi menatap Rendra dengan binar bahagia, begitu juga Rendra. Afi diperiksa dokter Elsa lewat monitoring USG di perutnya. Tampak jelas di sana gumpalan yang masih sangat kecil."Wah, janinnya ada dua. Kemungkinan kembar, Bu!" Rendra yang di samping Afi mendampingi dan melihat gambar anaknya tersenyum bahagia. Dia mencium kening Afi tanpa malu di depan dokter Elsa."Bang!" Afi melirik Dokter Elsa yang tampak senang dengan perlakuan Rendra padanya yang sangat manis.Setelah USG kelihatan, dokter menganalisis umur dan juga jadwal persalinan untuk Afi."Kandungan Bu Nafisah memasuki minggu ke enam. Dan kondisi kehamilan sangat rentan untuk banyak beraktivitas berat. Sebaiknya, Ibu istirahat dan mengurangi aktivitas agar tak terlalu lelah. Apa Ibu mengalami gejala ngidam?" tanya Dokter Elsa."Nggak Dok, sepertinya suami saya yang nyidam. Dia kalau pagi suka pusing, dan sekarang lebih menyukai di dekat saya. Seperti ini!" Afi menunjuk suaminya, dan Rendra mendelik kesal."Hahaha, kalian lu
"Fi, Abang lapar! Kita cari makanan yuk!" ucap Rendra saat sedang berbaring di kasur dengan Afi."Malam-malam pengen makan? Abang nggak salah? Apa Afi masak lagi aja di dapur?" Afi memandang jam di dinding, padahal sekarang pukul sepuluh malam. Tetapi suaminya ingin makan di luar. "Nggak usah masak, Abang pengennya makan di luar bareng kamu." Pernikahan Afi dan Rendra sudah berjalan hampir lima bulan, dan akhir-akhir ini Rendra memang kelihatan aneh. Dia yang biasanya dingin, berubah sangat manja dan suka sekali mencium rambut Afi yang baru saja keramas."Besok saja ya, Bang!" bujuk Afi.Dengan wajah kecewanya, Rendra menekuk wajahnya dan berbalik memunggungi Afi. Afi yang melihat tingkah lucu suaminya, mencubit pipinya pelan."Abang kayak wanita lagi datang bulan, suka ngambek. Dan keinginan Abang yang aneh seperti wanita ngidam. Apa mungkin Abang ngidam?" ucap Afi terkikik geli.Rendra kembali berbalik badan menghadap Afi. "Kamu terakhir datang bulan kapan?" tanya Rendra serius.
Pipi Afi merona karena malu, ia menghabiskan malam ini dengan pesta dansa yang amat membuat malam begitu indah."Dan kamu, harus membayar mahal nanti malam dengan ku, Sayang!" Rendra membisikan kalimat yang membuat Afi begitu merinding. Rendra, lelaki normal yang sedang di mabuk asmara. Gelora cintanya pada Afi, membuat ia semangat sekali untuk menggoda Afi dan membuatnya salah tingkah.Afi kaget ketika melihat Nissa dan juga Yuna dengan seorang lelaki dan mereka juga ikut berdansa. "Mereka memaksa minta ikut, katanya ingin menikmati suasana Bali yang indah. Namun, jangan khawatir. Mereka tak akan menginap di resort ini, mereka akan menginap di hotel keluarga Dirgantara. Jadi, kita nggak ada yang bisa ganggu!" goda Rendra membuat pipi Afi kembali bersemu merah. Ternyata ia tahu, jika dirinya kaget melihat kehadiran Nissa dan Yuna.*Malam ini, dansa dan pesta kembang api digelar. Di luar resort, semua tamu menikmati indahnya bintang dan juga kembang api yang meriah. Banyak kekaguman
Malam ini Rendra mengajak Afi berbulan madu ke Bali. Rendra menutup mata istrinya dengan kain penutup agar ia sukses dalam memberikan kejutan. Afi dan Rendra sampai di Bali, tepatnya resort Stary angel milik istrinya."Apa sih, Bang? Afi penasaran banget!"Rendra mengajak Afi berjalan dan berhenti tepat di depan Resort. Semua orang yang diperintahkan Rendra sudah siap dengan tugas masing-masing. Mereka sampai di resort malam hari, membuat suasana begitu sangat romantis.Rendra memberikan aba-aba pada semua orang dan ia membuka penutup mata Afi perlahan."Sudah boleh buka mata?" tanya Afi. "Sudah! Dan lihatlah, Sayang!" Afi membuka matanya dan terkejut dengan surprise yang di buat suaminya. Karpet permadani merah dan juga bunga mawar putih kesukaannya, berjejer rapi di setiap pinggir jalan menuju pintu masuk resort. Beberapa orang yang tampak berseragam melebarkan senyum dan menunduk hormat."Suka?" tanya Rendra."Suka banget! Makasih, Bang!" jawab Afi tersenyum riang."Ini belum seb
"Kenapa melihat Abang seperti itu? Abang memang tampan," ucapnya percaya diri."Tampan tapi mes*um!" ucapku asal. Kami keluar kamar hotel dan mengetuk pintu kamar Nissa. Ia juga telah siap dari tadi. "Cie, pengantin baru. Seger amat! Habis berapa ronde tadi malam?" goda Nissa membuatku sedikit malu."Dek, kamu jadi ikut pulang nggak! Cepat! Abang tunggu di bawah," ucap Bang Rendra dingin."Yuna mana, Niss?" tanyaku karena tak melihat Yuna."Dia di jemput sama cowoknya tadi," ucapnya."Kamu nggak dijemput cowokmu?" ledekku membuat ia mencebikkan bibirnya."Ya iya, yang sudah laku. Sombong amat!" sahutnya dengan nada kesal.Aku, Nissa, dan Bang Rendra pulang ke rumah Bunda. Kami akan berkumpul bersama keluarga besar."Di sana nanti ada Haris juga, Bang?" tanyaku melirik Nissa. Ia tampak tak suka ketika aku menyebut nama Haris. Aku tahu, Nissa masih marah dengan Haris dan Nissa bukan wanita yang mudah memaafkan sepertiku."Mungkin. Tapi kalau dia sadar diri, seharusnya nggak usah datan
Pov Afi"Pagi, Sayang!" ucap lelaki di sampingku yang sah bergelar menjadi suami. Rendra mencium pipiku dan mengusap rambutku perlahan. Aku yang baru tidur diperlakukan suamiku dengan hangat membuat hatiku berbunga-bunga."Bang! Jam berapa ini? Aku kesiangan ya?" ucapku mengucek mataku mengedarkan pandangan ke dinding. Jam menunjukkan pukul setengah lima pagi."Nggak, Sayang! Tapi kalau kamu mau nambah lagi, kita kesiangan!" godanya. Senyum genitnya membuatku mencubit lengannya. Suamiku hanya terkekeh pelan. Senyum yang jarang ia tampakkan pada semua orang, kini bahkan sangat mudah aku dapatkan.Aku melemaskan ototku, semalam bahkan Bang Rendra sangat membuatku kelelahan. "Mandi dulu, Sayang! Atau mau Abang mandikan?" ucap Bang Rendra menaik turunkan alisnya. Genit! Aku hendak berdiri dan pergi ke kamar mandi tapi Bang Rendra malah mengangkat tubuhku hingga aku kaget."Bang! Aku bisa mandi sendiri!" ucapku meminta turun. Namun, bang Rendra hanya tersenyum dan meletakkanku di bathub ya
Sholat jamaah selesai, Afi mendekati Rendra dan meminta salim padanya lalu mencium punggung tangan suaminya . Rendra sangat senang dengan status barunya kini sebagai suami. Rendra mencium pucuk kepala Afi sambil melafadzkan doa."Allohuma innii as aluka khayraha wa khayra wa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzibika min syarriha wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi.Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dalam rumah tangga kami. Turunkanlah rasa cinta di hati kami berdua. Cinta yang senantiasa menambah kecintaan kami kepada-Mu.""Aamiin." Setelah melafalkan doa dan mencium kening Afi, Rendra kini duduk bersila menghadap sang istri. Dipandanginya wajah cantik nan sholeh yang kini sudah sah menjadi istrinya ini. Afi yang merasa malu dipandang suaminya, memilih melepas mukena dan melipatnya."Udah Bang, lihatinya!" ucap Afi salah tingkah. Ia hendak berdiri untuk menaruh mukena yang tadi ia pakai ke dalam lemari. Rendra masih menatap Afi, membuat Afi memilih tiduran di ranjangnya.Rendra berdiri dan