Afi masuk lagi ke dalam dan mengganti bajunya yang tadi ia kenakan dengan gaun selutut berwarna peach. Rendra memandang Afi tak berkedip membuat Afi yang melihat tatapan aneh Rendra merasa tak nyaman."Nggak bagus ya pake ini? Ganti lagi?""Mau ganti pake apapun, jelek ya jelek aja!" Rendra menggandeng tangan Afi dan berjalan pelan. Karena kaki Afi belum sepenuhnya pulih, sehingga ia jalannya sedikit lambat.Afi dan Rendra memasuki mobil dan mengemudikan mobilnya keluar apartemen."Bang, mau kemana?" tanya Afi penasaran.Rendra diam tak menanggapi ucapan Afi dan memilih menyalakan musik audio di mobilnya.Lagu penyanyi terkenal 'Ari Lasso' berjudul 'Penjaga hati' sengaja ingin ia putar untuk mewakili isi hatinya sekarang.🎶🎶🎶Tak pernah aku impikanBetapa beratnya meruntuhkan hatimuLama sudah ku menungguSeutas harapan tulus cintamuTakkan 'ku temui wanita sepertimuTakkan kudapatkan rasa cinta iniKubayangkan bila engkau datangKupeluk bahagiakan akuKuserahkan seluruh hidupku
"Kamu sudah cek betul-betul semuanya, Ris?" tanya Rendra melihat dokumen yang Haris berikan."Tentu saja, pekerjaanku tak pernah gagal, Ren. Kamu tak usah meremehkan keahlianku kali ini," ucap Haris sombong."Aku hanya memastikan saja siapa tahu pekerjaanmu sama payahnya dengan kisah cinta kamu. Bisa saja kamu ceroboh lagi!" ejek Rendra pada sahabatnya ini."Cinta dan pekerjaan itu berbeda. Afi saja begitu kan, dia payah dalam hal cinta tapi pandai dalam bekerja.""Jangan samakan dia dengan kamu. Dia itu wanita baik, bukan macam kamu. Br***ek!" kelakar Rendra tersenyum miring."Gini nih kalau lagi bucin! Dan menurut pepatah mengatakan jika sedang cinta, tai ayam pun terasa coklat," tawa Haris.Rendra hanya melirik sekilas dan kembali membaca berkas di tangannya."Hari ini jam 10 aku akan menemani Afi ke pengadilan. Kamu langsung kerjakan saja rencana selanjutnya," perintah Rendra."Segitunya ya! Sampai di bela-belain temani ke pengadilan. Benar-benar cinta mati kamu ya?""Kalau bukan
"Bang, untuk persidangan terakhir besok. Boleh nggak aku nggak usah datang? Sepertinya aku nggak bisa setegar itu mendengarkan ucapan hakim bahwa …," Afi terisak di samping Rendra ditutupi oleh kedua tangannya."Nanti kita tanyakan sama pengacara hukum kita, kenapa kamu nggak bisa? Kamu masih berharap pada suamimu?" tanya Rendra."Ketika suara palu itu terdengar, pasti bayangan indah bersamanya tak dapat aku hindari. Sulit untuk melupakan orang yang telah membersamai kita selama ini, memilih melepaskan begitu saja sebuah ikatan." Rendra hanyut dalam kesedihan dan mengelus pucuk kepala Afi."Abang yakin kamu bisa! Angel tak pernah menyerah untuk hal semacam itu, bukankah kamu biasa tersakiti?" ucap Rendra."Sakit karena penghianatan lebih menyakitkan dari sakit karena jatuh dari mobil. Luka jiwa akan sulit disembuhkan daripada luka raga." Afi memandang pantulan wajahnya yang terlihat menyedihkan, menghilangkan rasa yang entah kapan bisa pergi dari pikirannya."Berusahalah mengikhlaskan
Hari ini seminggu sudah Aldo berada di Palembang. Ia tak dapat pulang ke Surabaya karena Mami dan Papi yang saat ini masih terbaring di rumah sakit. Mereka juga tak dapat dipindahkan ke Surabaya karena kondisi yang benar-benar kritis.Semalam Aldo tak dapat tidur dengan nyenyak. Selain ia sedang di rumah sakit, ia juga selalu memimpikan Afi beberapa hari belakangan. Aldo beberapa kali mencoba menghubungi Afi, tapi nomornya tidak aktif. Sejak kepergiannya dari rumah, Afi benar-benar memutus komunikasi dan menghilang bak ditelan bumi.Aldo tak mungkin menanyakan pada Alin mengenai keberadaan Afi, ia berpikir keras siapa orang yang dapat dimintai bantuan. Tiba-tiba ia teringat dengan Haris, dan Aldo berniat meminta bantuan padanya. Haris satu-satunya orang yang tau masalah rumah tangganya sekarang. Ia meraih ponsel di sakunya dan mencoba menghubungi Haris."Hallo, assalamualaikum, Ris.""Waalaikumsalam, Kenapa, Al?" "Kamu sibuk?""Lumayan, kenapa?""Aku mau minta tolong padamu, carikan
Setelah dua sidang terlewati, kini sidang putusan Akhir di buka.Afi yang menghadiri persidangan dengan Nissa merasakan kegugupannya. Lagi-lagi Aldo tak menampakan kehadirannya membuat Afi begitu tampak murung. Suaminya itu benar-benar ingin segera berpisah darinya, Afi kembali meneteskan air matanya."Sudah, Fi! Nggak usah menagisi lelaki tak bertanggung jawab itu. Kita fokus mendengarkan hasil sidang saja," ucap Nissa.Afi menghapus air matanya dengan tisu dan kembali membetulkan posisi duduknya di hadapan majelis hakim. Serasa dunia akan runtuh, ketika palu majelis hakim menyetujui gugatan perceraiannya terdengar keras di telinga Afi. Dan hari ini ia benar-benar sudah berubah status menjadi janda. Afi memeluk Nissa erat dan tergugu di pelukan sahabatnya itu."Kamu kuat, Fi! Kamu bisa lewati ini semua," ucap Nissa. Beruntung Rendra ada pertemuan di Singapura sehingga ia tak perlu melihat Afi yang sedang sangat rapuh iniSetelah sidang berakhir, Afi dan Nissa memutuskan kembali ke ap
Afi merasa bingung, ia mondar mandir di dalam apartemennya dengan sesekali menggigit kukunya karena ia merasa tak bisa mengambil keputusan. Di samping ia enggan jika bertemu Mami ia juga malas bertemu Aldo, mantan suaminya.Afi mengambil ponselnya hendak bertanya saran pada Rendra, siapa tahu di punya solusi atas kebimbangannya kali ini. Walau terkadang omongannya menyebalkan, namun solusinya terkadang sangat berguna untuk di pertimbangkan.Panggilan berdering, dan suara khas Rendra terdengar sangat datar di telinga Afi. Biasa, Rendra memang begitu karakternya. Afi tak terlalu takut jika mendengar ucapannya kini, karena ia sudah terbiasa."Assalamualaikum," salam Afi gugup."Waalaikumsalam," jawab Rendra."Lagi ngapain, Bang?" tanya Afi basa-basi. Ia takut jika Rendra sedang sibuk dan mengganggu pekerjaannya."Kenapa?""Sibuk nggak?"tanya Afi kesal. Bukannya menjawab pertanyaan nya malah ia balik bertanya."Kalau hanya bertanya aku sedang apa, sudah makan belum, lagi sama siapa, aku s
Saat menuju rumah sakit Afi melupakan ponselnya yang masih ia charge di kamar, ia akan putar balik untuk mengambil ponsel yang tertinggal."Pak, Rumah Sakit Bunga Harapan masih jauh nggak dari sini?" tanya Afi pada supir taksi yang ia tumpangi."Itu di depan, Neng, kita sudah sampai! Kenapa, Neng? Ada yang ketinggalan?" tanya supir itu."Ponsel saya yang tertinggal, Pak! Tapi karena sudah di depan, baik kita nggak usah balik. Tadi nya kalau jauh aku mau ambil, sekarang sudah sampai. Aku turun di sini saja," ucap Afi ramah."Baik, Non!" Afi menyerahkan uang pembayaran taksi dan turun di depan rumah sakit tempat Papi dirawat. Afi mampir di sebuah toko buah dan bubur di sekitar sana untuk ia bawa menuju rumah sakit.Afi mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan, ia berharap tak ada kejadian buruk yang terjadi di sana.Kaki melangkah menuju ruang informasi dan menanyakan kamar tempat Papi dirawat. Setelah mengetahuinya Afi berjalan menuju kamar mertuanya. Langkahnya terhenti saat sudah d
Afi memilih pulang ke Surabaya sendiri. Tadinya Aldo memaksanya untuk ikut dengannya pulang, Tapi Afi menolak dengan alasan malas bertemu Alin. Suasana sedang berduka membuat Afi tak ingin berdebat dengan Aldo dan berjanji akan menemuinya nanti saat pemakaman Papi di Surabaya. Afi sebenarnya hanya menghindar membicarakan perihal pribadi dahulu karena merasa tak enak dengan Mami.Sejak kedatangan Afi, Mami sama sekali tak berbicara dengannya. Mungkin ia benar-benar terluka akibat semua peristiwa yang terjadi begitu cepat. Jika semua bisa di putar kembali, Mami sama sekali tak akan meminta Papi untuk memilih karena sudah pasti Papi akan memilih dirinya. Papi sudah pernah berjanji tak akan meninggalkannya apapun itu.Sari, istri pertama Papi yang meninggalkannya karena waktu itu kondisi ekonomi Papi yang tidak mennentu. Mami adalah istri ketiga setelah istri kedua meninggal akibat kecelakaan yang menimpanya. Trauma kehilangan dua istrinya membuat Papi sangat menyayangi Mami, bagaimana pu