Haris melihat jam di tangannya, hari ini ia ada janji dengan Aldo untuk membahas tentang masalah di proyeknya. Tentu saja ia tahu, jika pasti Aldo akan mencarinya dan meminta bantuannya. Rendra memang cerdas, ia tepat sasaran membuat Aldo benar-benar terpuruk."Ren, jadi ikut ke Mitra Cahaya Group? Katanya ingin berkenalan lebih lanjut dengan mantan suami kekasihmu itu?" ledek Haris pada Rendra. Hari ini Rendra memang sedang di Horison property, karena ia sedang membahas hal yang penting mengenai bisnisnya di luar negeri."Apa perlu saya turun tangan untuk hal seremeh itu? Saya kira kamu lebih cerdas dari yang aku duga. Lakukan pekerjaanmu dengan apik, dan pastikan Aldo menyesal telah menyia nyiakan Afi, jangan seret aku ke dalam hal yang masih bisa kamu selesaikan sendiri tanpa bantuanku," paparnya.Haris menatap sahabatnya datar."Yakin, akan kamu habiskan semuanya milik Aldo?" tanya Haris meyakinkan sahabatnya."Jangan tunggu sampai aku yang ikut menanganinya. Jika iya, Dia bisa ha
Sebenarnya ia malas jika harus berurusan dengan wanita itu, tapi mau bagaimana lagi, Alin hanya akan takut jika bertemu dengannya. Haris memakai perbuatan mereka dulu di hotel sebagai senjata mengancam Alin agar ia menurut. Yang Rendra katakan benar, wanita akan menurut jika sudah mendapatkan hatinya. Alin dulu sangat penurut, sebelum ia mencintai Aldo sahabatnya. Entah kapan awal mula mereka saling mencintai, yang jelas Haris salah sudah memberikan semuanya pada Alin sehingga ia begitu tamak sampai sekarang.Haris mengetuk pintu dan membuka nya, ia melihat Aldo yang tengah sibuk dengan Laptopnya melirik ke arahnya."Hai, Bro! Sibuk banget kayaknya, lagi garap proyek baru kah?" tanya Haris basa basi."Beginilah sekarang, aku harus bolak balik mengecek laporan keuangan yang sudah tak bisa lagi aku akali," jawabnya. Aldo menyudahi aktivitasnya dan mengajak Rendra berbicara serius."Ris, kamu tahu sekarang perusahaanku sudah di ambang kehancuran. Karyawan sudah banyak yang mengundurkan
"Pak, banyak karyawan demo di depan kantor!" ucap Zidan dengan panik. Aldo yang sibuk dengan laptopnya seketika berdiri dan menatap Zidan tak percaya."Karyawan?"" Iya, karyawan Permata property, Pak! Mereka datang berbondong-bondong menuntut hak mereka selama bekerja!" jelas Zidan dengan nada tak beraturan.Aldo kembali memijat kepalanya. Sekarang kantor Papinya juga kacau, ia sama sekali tak bisa menunaikan hak mereka dalam dua bulan ini. Pembangunan yang berhenti akibat kepengurusan hak milik tanah yang ternyata bersengketa membuat perusahaannya tak dapat meneruskan pembangunan. Dan uang yang dipakai untuk membeli lahan itu dulu, telah lenyap sudah. Alin benar-benar gegabah, entah dengan siapa ia beli lahan itu. Ia tak mengeceknya dahulu sebelum menandatangani perjanjian pembelian lahan. Akhirnya, semua uang dari perusahaan Papi terkuras. Di tambah, gaya hidup Alin yang terkesan mewah membuat Aldo sulit mengontrol keuangannya."Kamu ikut saya, Zi!" tegas Aldo kepada Zidan.Aldo b
"Kamu dari mana lagi, Dek?" tanya Aldo melihat Alin yang baru pulang dari luar."Cari angin! Sumpek di rumah! Siapa suruh ke kantor aku nggak boleh!" balas Alin."Aku tak membiarkanmu terlalu lelah, masak sudah hamil besar masih bekerja. Apa kata orang? Tak dapatkan kau lihat aku sangat mengkhawatirkanmu?" jelas Aldo memegang lengan Alin. Alin melepaskan pegangan Aldo dan masuk ke dalam kamar. Aldo hanya menatap sendu sikap Alin barusan. Mami Cahyo melihatnya iba, ternyata selama ini ia salah memilih Alin sebagai menantu terbaiknya. Ia berfikir jika wanita itu tulus mencintai anaknya, ternyata setelah Aldo terpuruk dia malah tak ada di sampingnya.Mami meneteskan air matanya melihat adegan kekacauan rumah tangga Aldo, ia merasa ada yang salah dengan semua ini. Mami jadi teringat tentang Afi, menantu yang selama ini mendampingi Aldo di saat awal merintis bisnisnya. Ia begitu telaten menghibur Aldo di kala banyak yang berusaha menjatuhkan perusahaan miliknya.Mami merasa ini adalah teg
Hari ini Rendra akan mendatangi kantor Aldo untuk memberikan tawaran bisnis yang kemarin telah di sepakati. Tentu saja kembali ke tujuan awal Rendra, yaitu membuat Aldo tak bisa berkutik dengan saham yang akan ia beli. Haris memang dapat diandalkan, kelicikannya patut diacungi jempol."Sudah siap, Bro? Mari kita lihat muka pecundang itu takluk di depan kamu!" ucap Haris yakin.Namun saat hendak pergi, ternyata Aldo mengabari Haris jika ia sudah sampai di Grarendra group. Rendra memicingkan matanya pada Haris yang menatapnya takut."Kenapa?" tanya Rendra penasaran dengan yang terjadi."Aldo sudah datang ke sini, Ren!" "Bahaya!" ucap Rendra panik. Ia takut Aldo bertemu dengan Afi yang berada di kantornya sekarang."Telepon Aldo, tunggu dia di luar saja!" ujar Rendra. Ia bergegas keluar ruangannya untuk menemui Aldo yang tiba-tiba datang tanpa ia duga.Ternyata, langkahnya kurang cepat! Aldo sudah bertemu Afi di depan. Aldo tampak sedang berbincang serius dengan Afi. Rendra mengurungka
"Hallo, Assalamualaikum, Mas!""Waalaikum salam, Afi, syukur kamu nelpon. Mas mau bilang kalau Mas nggak bisa pulang untuk sekarang ini! Mas lagi di kantor polisi! Tolong kamu bilang sama Mami, Mas baik-baik saja. Mas yakin, kamu bisa membuat Mami tak khawatir padaku!""Kamu kenapa, Mas?""Aku di bawa para karyawan perusahaan Papi yang tak bisa aku jalankan, mereka menuntut gaji yang tak Mas penuhi selama dua bulan ini. Mas mohon padamu, tolong jelaskan pada Mami sebaik mungkin agar beliau tak khawatir.""Alin kemana, Mas?""Nomornya tidak dapat dihubungi, aku sudah mencobanya. Tapi tak bisa tersambung juga, Mas harap nanti dia tak bertemu denganmu. Jaga diri baik-baik, Fi! Mas sayang kamu!""Sudahlah, Mas! Jangan mengulang kesalahan lagi dengan menyakiti hati Alin karena perasaan sayangmu itu. Cukup aku yang kamu korbankan. Dia sekarang istrimu, dan aku bukanlah siapa-siapa lagi. Aku harap Mas sudah mengikhlaskan ini semua. Jika Mas belum bisa mengikhlaskan aku, lebih baik kita tak
Rendra berlari saat melihat mobil yang ditumpangi Afi mengalami kecelakaan beruntun, sebuah mobil di depannya juga tampak rusak parah. Ada beberapa orang memanggil ambulan untuk membawa para korban. Jantung Rendra berdetak kencang saat melihat Afi yang sudah lemas di dalam mobil dengan banyak darah yang berceceran di tubuhnya."Afi?!" teriak Rendra histeris."Cepat bawa korban naik ke ambulan!" Seorang perawat membawa tandu untuk membawa Afi dan dua orang korban lainnya. Rendra melihat Alin yang tak lain juga menjadi korban kecelakaan ini. Rendra mengangkat tubuh Afi dan ikut masuk ke dalam ambulan untuk menemaninya ke rumah sakit. Rasa khawatirnya sungguh tak dapat digambarkan lagi, melihat wajah pucat Afi dan juga tangannya yang mulai dingin membuat Rendra benar-benar takut kehilangan Afi."Afi, bertahanlah untuk Abang! Jangan tinggalkan Abang lagi," ucap Rendra pilu.Seorang perawat yang ikut di dalam ambulan memberikan pertolongan pertama dengan sigap dan cepat agar tak terjadi
"Aldo ditahan di kepolisian. Dan sekarang Maminya sangat terpukul dengan kabar ini. Aku harus bagaimana?""Atas kasus apa?" "Kelalaian terhadap hak para karyawan perusahaan. Mereka yang membawa Aldo masuk ke dalam penjara." Sebenarnya Rendra bisa saja senang atas kabar ini, tapi untuk kali ini hatinya tergerak untuk ikut membantu. Bukan karena iba, melainkan otaknya berpikir tentang hal lain."Ajak Maminya ke kantor polisi, dan bayar tebusan atas penahanan Aldo. Kamu, urus pembayaran karyawan Aldo yang masih belum ditunaikan! Aku ingin Aldo merasa berhutang budi padaku. Suruh beberapa saksi untuk datang sebagai syarat pembebasannya." "Baiklah, siap laksanakan, Bos!" Haris mengajak Mami ke kantor polisi dan memintanya untuk tetap tenang.Haris dan Mami telah sampai di kepolisian, Haris bergegas turun dengan Mami.Haris berbincang dan berdiskusi kepada pihak kepolisian yang menahan Aldo. Haris juga menjaminkan kebebasan Aldo atas nama Rendra. Tentu saja, sebelumnya ia menelpon Zidan