Clara duduk di atas sofa di dalam kamarnya, didampingi Aland yang tengah membaca buku di sampingnya. Clara menyender pada bahu suaminya, pikirannya sibuk memikirkan ajakan Hanna tadi. Suadaranya itu mengajak untuk pergi berlibur bersama, namun Clara belum memiliki jawaban untuk itu. Aland hanya diam, tidak mengatakan apapun. Dan Clara sendiri tidak berani menanyakannya.Di sisi lain, kini Aland tahu jika Clara menyembunyikan sesuatu darinya. Perihal kejadian terakhir kali di dalam perkumpulan komunitas, sebenarnya Clara tidak bermaksud seperti itu, Clara hanya merasa jika dia harus mencari waktu yang tepat untuk membicarakannya.Clara beranjak, menggeser posisi duduknya dan menatap Aland dengan intens. “Malam tahun baru … apa yang kau rencanakan?” tanya Clara.Aland menutup bukunya, menyimpan itu ke atas meja. “Kau ingin membicarakan mengenai ajakan saudarimu , bukan?”Clara menghela napas panjang. “Aku hanya tidak tahu bagaimana cara menanggapinya.”“Kita akan pergi,” ucap Aland.“Ka
Clara membuka matanya perlahan, rasa kantuk masih mendominasi dirinya. Ini tengah malam, namun smartphonenya itu tidak berhenti berdering. Entah siapa yang menelponya pada jam seperti ini. Lenganya meraba nakas, lalu meraih smartphonenya yang tersimpan di sana. Tanpa melihat siapa yang menelpon, dia langsung menjawab panggilannya.“Hallo,” jawab Clara parau.“Clara, apa aku menganggumu?” tanya seseorang di seberang telepon.Clara menarik smartphonenya, menyipitkan pandangan dan membaca nama pada layar smartphone. “William?” Dia mendekatkan kembali ponselnya ke depan telinga.“Clara?”“Ya?”“Aku pikir kau tertidur kembali,” ucap William.Clara tersenyum tipis. “Tidak, aku masih mendengarkanmu.”“Clara, maaf aku menelponmu tengah malam seperti ini. Aku tengah berada di luar negeri, perbedaan waktu kita sangat jauh.” “Ya, ada apa William?”“Karena kesibukanku, aku belum sempat mengucapkan permohonan maafkepadamu.”“Maaf?” tanya Clara bingung.“Ya, maaf. Seharusnya ketika di pesta, aku t
Dua orang wanita cantik itu melangkah masuk ke dalam sebuah toko, seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan sangat ramah. Jessie menarik Clara untuk ikut bersamanya melihat high heels yang terpajang rapih dengan berbagai model. “Lihatlah, sangat indah, bukan?” tanya Jessie seraya memperlihatkan high heels berwarna merah muda.“Ya, ini sangat indah.”Clara bukan orang tipe wanita yang gemar menghabiskan uang dengan berbelanja. Semua barang miliknya sudah tersedia, dan bahkan untuk pakaian yang ingin dia kenakan terkadang ada seseorang khusus memilihkannya dengan sesuai model dan musim. Clara tidak pernah berbelanja sendiri.Sebelum pergi, Aland memberikannya sebuah kartu kredit kepadanya. Tapi sampai sekarang, Clara belum memilih satu pun barang yang akan dia beli. Berbeda dengan Jessie yang sangat senang ketika berbelanja, wanita cantik itu sudah meminta pelayan untuk membungkus beberapa item pilihannya. “Clara, kau belum membeli apapun,” ucap Jessie. Padahal sejak tadi Jes
“Aku akan ikut berlibur bersama keluargaku.”Aland menatap Clara dengan begitu tajam, membuat Clara menciut kehilangan nyali. Sebenarnya Clara juga terpaksa memutuskan hal ini, namun karena adanya gosip yang beredar, sepertinya ini adalah jalan yang terbaik.Kemarin, ketika banyak orang yang menatapnya dengan tatapan aneh karena artikel mengenai latar belakang Clara, Ia menjadi tidak bisa mengangkat wajahnya. Clara merasa malu pada dirinya sendiri, pada Aland, pada semua orang. Jadi, dia memutuskan untuk mengikuti acara liburan bersama keluarga Royce hanya untuk hal ini. Clara ingin dunia tahu jika dirinya memiliki asal usul yang jelas.Aland menatapnya heran, karena Clara mengubah keputusannya secara mendadak. Clara masih menundukkan wajahnya, Ia tidak berani menatap Aland langsung. Ia takut jika Aland akan memarahinya karena dirinya yang begitu labil dan berubah-ubah.“Baiklah, kita berangkat dua hari sebelum malam tahun baru.”Seketika Clara mengangkat wajahnya, lalu berkata, “Ap
Clara membaringkan tubuhnya ke atas ranjang yang empuk, menenggelamkan wajahnya pada bantal lalu memejamkan mata. Perjalanan ini benar-benar membuatnya merasa lelah, tapi itu sebanding karena dia bisa berlibur bersama Aland untuk yang kedua kalinya.“Kau ingin keluar?” tanya Aland.“Untuk apa? Hari sudah mulai gelap,” kata Clara, masih dengan mata yang terpejam.“Kau tidak ingin melihat sunset?”“Sunset?” Dia langsung terbangun dan beringsut turun dari ranjang. “Aku mau.”Aland merangkul bahu Clara. “Ayo kita pergi.”Mereka berdua berjalan di tepi pantai sembari menunggu waktu sunset tiba. Angin sedikit terasa kencang pada sore hari, sedangkan Clara hanya memakai sebuah dress tanpa lengan. Ia memeluk kedua lengannya, sesekali mengelusnya agar terasa sedikit hangat. Sekilas, Clara melirik Aland yang terlihat sangat hangat karena menggunenakan jas casualnya.“Aku tidak akan meminjamkan jas-ku untukmu,” kata Aland sangat terang-terangan.Clara berpaling, menatap ke arah pantai yang terha
WARNING!!! 21+Happy Reading ….Sudah beberapa menit sejak penyatuan tubuh mereka. Aland masih berada di atas tubuh Clara, mengukung tubuh wanita cantik itu ke dalam sebuah permainan yang menggairahkan. Hentakan serta sentuhan seductive yang Aland berikan membuat Clara menjerit dan meronta ketika menikmati itu semua.“A-land ….” Clara menyentuh dada bidang suaminya, lalu sentuhan itu naik menuju ceruk lehernya, menuju atas dan mennyentuh lembut wajah tampan suaminya. Peluh menetes dari ujung rambut legamnya, menetes membasahi setiap inci wajahnya, berliuk dan membasahi rahangnya, membasahi leher, membasahi dada bidangnya.Jemari lentik Clara menyeka peluh itu, dia menarik ceruk leher suaminya, mendekatkan wajahnya untuk menautkan bibir, jemari lentiknya masih aktif, menyentuh serta meremas rambut legam pria yang tengah menguasai tubuhnya.Mereka hanyut dalam permaianan yang sangat menggairahkan, permainan yang menguras emosi serta tenaga, cinta, kenikmatan, rasa yang tidak bisa di ut
Aland memandangi wanita cantik itu dengan intens, namun wanita itu malah langsung berpaling, menghindar tatapan Aland yang tajam dan menusuk. Dia melangkah maju mengabaikan Aland, jemari lentiknya meraih sebuah botol kaca kecil dengan wangi yang khas di atas nakas.“Ini milik Clara, bukan?” tanyanya. Ia membuka penutup parfum itu lalu menyemprotkannya tepat pada leher jenjangnya. Kemudian dia berdiri kembali di depan Aland, mencondongkan tubuhnya mendekat. “Bagaimana? Tercium seperti Clara? Kau bisa menyentuhku sekarang.”Namun Aland masih diam dan mengabaikannya.Tidak mendapatkan perlakuan yang dia harapkan, wanita cantik itu duduk tepat di samping Aland, dan dengan sengaja bersender pada bahu kekar pria di sampingnya. “Aland, seharusnya kau menghubungiku ketika kau membebaskan temanku Miyu, jadi aku bisa datang untuk menjemputnya.”“Jessie, aku tidak memiliki urusan denganmu. Jika kau ingin membicarakan masalah temanmu, seharusnya itu tidak kau lakukan karena dulu dia dengan suka r
Clara duduk di atas sofa yang berada di dalam sebuah kamar seorang pria. Pria tampan itu tiba-tiba membawanya ke dalam kamar tapi tidak mengatakan tujuannya. Clara sempat bertanya, namun hanya sebuah jawaban singkat yang William berikan.“Aku memiliki sesuatu untukmu,” ucap William kepada Clara.“Apa itu?”William duduk tepat di sampingnya. “Tapi sebelum itu, katakan, kenapa kau mau diajak masuk ke dalam kamarku, apa kau tidak takut aku memiliki maksud tertentu?” tanya William.Clara terkekeh samar. “Apa kau benar-benar memiliki maksud tertentu kepadaku?”William menganggukan kepalanya. “Ya.”Clara sama sekali tidak terlihat takut, dia malah terkekeh kecil menanggapi setiap kata yang diucapkan William. “Aku mempercayaimu,” ucap Clara dengan nada rendah.William tersenyum simpul, menatap Clara dengan begitu mendalam. Wajah cantiknya terlihat berbeda, yang William rasakan saat ini sangat berbeda ketika saat mereka pertama kali bertemu. Dulu, wajah itu tidak banyak tersenyum, hanya ada k
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,