Pesta diadakan dengan sangat meriah. Para tamu mulai berdatangan memenuhi seisi gedung berdekorasi indah itu. Ini adalah sebuah pesta penting. Di mana para tamu yang diundang dari semua kalangan atas.William berada di lantai atas. Memandangi lautan manusia sembari ditemani oleh satu gelas redwine pada genggamannya. Pandangannya mengedar mencari satu sosok yang dia tunggu kehadirannya.Tiba-tiba satu pelayan menghampirinya, berbisik akan satu hal yang mau tidak mau membuat William beranjak dari tempatnya. Pria tampan itu berjalan menuruni tangga, dan berjalan menghampiri seseorang.Karena menjadi tuan rumah, William harus bersikap ramah dengan menyapa para tamu. Dia tidak bisa terus berdiam diri seperti sebelumnya. Sibuk menyapa dan berbincang dengan para tamu, sesekali pandangannya juga tertuju pada pintu masuk yang mana di sana banyak sekali reporter yang tengah meliput acara penting malam ini.Sebuah mobil mewah berhenti tepat di ujung red karpet yang digelar di pintu masuk. Seora
Ini merupakan hari kedua semenjak Clara dan Aland menghadiri pesta yang diselenggarakan keluarga GN. Sudah dua hari pula beredar kabar mengenai kedekatannya dengan Aland. Clara tidak menyangka jika gosip mengenai mereka akan menjadi heboh di hadapan publik.“Ini sudah dua hari semenjak mereka membicarakan hubungan kita,” ucap Clara pada pria tampan di sampingnya.Mereka berdua tengah duduk di atas ranjang bersama. Aland sibuk dengan tab miliknya, dan Clara sibuk dengan smartphonenya. Wanita cantik itu tidak pernah keluar dari ikon internet. Sudah satu hari penuh dia membaca hampir seluruh artikel mengenai dirinya.“Aku memang menginginkannya. Aku menginginkan jika semua orang mengenaliku sebagai istrimu, aku menginginkan semua orang tahu jika Aland Washington sudah menikah. Tapi bukan seperti ini caranya,” gumam Clara. “Semua berita ini terlihat simpang siur dan hanya sebuah gosip belaka.”Wanita cantik itu merasa sangat kecewa. Karena berita mengenai hubungannya dengan Aland masih se
Clara mengeluhkan sakit di perutnya sejak pagi tadi. Wanita cantik itu terus berbaring di atas ranjang dan enggan untuk beranjak. Beberapa kali pelayan menemuinya untuk menanyakan keadaannya, namun tidak ada perubahan.Padahal kemarin malam Aland menjanjikannya untuk pergi ke suatu tempat. Namun mendadak kondisi Clara sangat tidak baik. Tidak tahu bagaimana Aland, mungkin suaminya itu kini tengah menunggunya.Beberapa pelayan yang biasanya membantu Clara bersiap, kini tengah berdiri di sisi ranjang sembari menatap khawatir ke arah nona mudanya.“Nona, bagaimana keadaanmu?” tanya pelayan.Sambil meringis Clara menjawab, “Aku baik-baik saja, hanya ....”“Nona,” seru pelayan itu terdengar sangat khawatir.“Di mana Aland?” tanya Clara.“Tuan Aland sudah pergi pagi-pagi sekali, Nona.”“Pergi? Apa dia mengatakan sesuatu?”“Tuan berpesan, agar Nona segera bersiap, dan pergi tepat waktu. Seseorang akan menjemput Nona tepat pukul setengah sepuluh pagi.”Clara menggigit bibir bagian bawahnya me
Clara menelan salivanya susah payah. Di hadapannya Aland tengah menatapnya dengan begitu tajam. Pria itu tidak memberikan Clara ruang untuk bernapas sedikit pun. Kenapa harus menatapnya dengan tatapan seperti itu? Apa yang telah Clara lakukan sehingga membuatnya marah.Clara menundukan wajahnya, sesekali menggerutu di dalam hati, mempertanyakan sikap Aland yang aneh itu.“Kau sakit, tidak memberiku kabar, dan malah memaksakan diri untuk datang?”Pasti para pelayan yang sudah melaporkannya kepada Aland. Batin Clara.“Kau menungguku,” lirih Clara.“Aku tidak menunggumu,” kata Aland dengan nada suara yang sedikit lantang dan terdengar marah. “Benarkah? Lalu kenapa kau marah?” Clara mengangkat wajahnya dan menatap tajam Aland. “Bukankah kau marah karena aku tidak bisa datang, dan menghancurkan rencanamu?”Aland terdiam sesaat. Apa karena Clara hilang ingatan, lalu wanita cantik di hadapannya ini mendadak sangat bodoh. “Aku tidak marah!” Masih dengan suaranya tajam dan lantang. “Kau mara
Aland Menambahkan ditergen pada mesin cuci, lalu menekan tombol untuk mulai. Sementara Clara duduk di kursi dan menatap Aland dengan intens diiringi dengan senyuman tipis pada wajahnya. Dia sangat puas melihat Aland sekarang. Seorang bos sebuah perusahaan besar tengah mencuci di hadapanya.Clara terkekeh kecil. “Perfect husband.”Aland menoleh, menatap Clara lalu tersenyum.“Selain mencuci, apa suamiku ini bisa melakukan hal lainnya?” tanya Clara.“Kau ingin melihat keterampilanku yang lain?”Clara terkekeh. “Jika kau memaksa, mungkin aku akan melihatnya.”“Baiklah.”Aland membuka kemeja putih yang tengah dikenakannya, membuat Clara membulatkan bibir sembari melihat takjub ke arah suaminya. Pria tampan itu sengaja memperlihatkan dadanya yang bidang serta otot perutnya yang sispax. Membuat siapapun yang melihatnya akan meneteskan air liur secara tidak sadar.“Apa ini keterampilanmu yang lain?” Clara menatap Aland dengan tatapan nakal. “Menggodaku?”Aland tersenyum simpul, melangkah men
Clara duduk di atas sofa di dalam kamarnya, didampingi Aland yang tengah membaca buku di sampingnya. Clara menyender pada bahu suaminya, pikirannya sibuk memikirkan ajakan Hanna tadi. Suadaranya itu mengajak untuk pergi berlibur bersama, namun Clara belum memiliki jawaban untuk itu. Aland hanya diam, tidak mengatakan apapun. Dan Clara sendiri tidak berani menanyakannya.Di sisi lain, kini Aland tahu jika Clara menyembunyikan sesuatu darinya. Perihal kejadian terakhir kali di dalam perkumpulan komunitas, sebenarnya Clara tidak bermaksud seperti itu, Clara hanya merasa jika dia harus mencari waktu yang tepat untuk membicarakannya.Clara beranjak, menggeser posisi duduknya dan menatap Aland dengan intens. “Malam tahun baru … apa yang kau rencanakan?” tanya Clara.Aland menutup bukunya, menyimpan itu ke atas meja. “Kau ingin membicarakan mengenai ajakan saudarimu , bukan?”Clara menghela napas panjang. “Aku hanya tidak tahu bagaimana cara menanggapinya.”“Kita akan pergi,” ucap Aland.“Ka
Clara membuka matanya perlahan, rasa kantuk masih mendominasi dirinya. Ini tengah malam, namun smartphonenya itu tidak berhenti berdering. Entah siapa yang menelponya pada jam seperti ini. Lenganya meraba nakas, lalu meraih smartphonenya yang tersimpan di sana. Tanpa melihat siapa yang menelpon, dia langsung menjawab panggilannya.“Hallo,” jawab Clara parau.“Clara, apa aku menganggumu?” tanya seseorang di seberang telepon.Clara menarik smartphonenya, menyipitkan pandangan dan membaca nama pada layar smartphone. “William?” Dia mendekatkan kembali ponselnya ke depan telinga.“Clara?”“Ya?”“Aku pikir kau tertidur kembali,” ucap William.Clara tersenyum tipis. “Tidak, aku masih mendengarkanmu.”“Clara, maaf aku menelponmu tengah malam seperti ini. Aku tengah berada di luar negeri, perbedaan waktu kita sangat jauh.” “Ya, ada apa William?”“Karena kesibukanku, aku belum sempat mengucapkan permohonan maafkepadamu.”“Maaf?” tanya Clara bingung.“Ya, maaf. Seharusnya ketika di pesta, aku t
Dua orang wanita cantik itu melangkah masuk ke dalam sebuah toko, seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan sangat ramah. Jessie menarik Clara untuk ikut bersamanya melihat high heels yang terpajang rapih dengan berbagai model. “Lihatlah, sangat indah, bukan?” tanya Jessie seraya memperlihatkan high heels berwarna merah muda.“Ya, ini sangat indah.”Clara bukan orang tipe wanita yang gemar menghabiskan uang dengan berbelanja. Semua barang miliknya sudah tersedia, dan bahkan untuk pakaian yang ingin dia kenakan terkadang ada seseorang khusus memilihkannya dengan sesuai model dan musim. Clara tidak pernah berbelanja sendiri.Sebelum pergi, Aland memberikannya sebuah kartu kredit kepadanya. Tapi sampai sekarang, Clara belum memilih satu pun barang yang akan dia beli. Berbeda dengan Jessie yang sangat senang ketika berbelanja, wanita cantik itu sudah meminta pelayan untuk membungkus beberapa item pilihannya. “Clara, kau belum membeli apapun,” ucap Jessie. Padahal sejak tadi Jes
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,