Tiga hari berlalu dalam waktu singkat dan Doni terus berada di lokasi proyek setiap hari. Meskipun dia memutuskan untuk menjadi bos di balik layar, selama waktu ini dia sebagai penanggung jawab utama masih harus muncul dan mengurus banyak hal.Pada pagi hari ketiga, Doni baru saja tiba di kantor dan Thomas menelepon saat mendengar Denada berbicara tentang pengangkutan bahan ke lokasi."Pak Doni, uangnya sudah tiba. Kamu bisa kemari dan menghitungnya, lalu kita akan menandatangani kontraknya.""Semua uang tunainya sudah sampai? Nggak ada sepeser pun yang kurang? Di mana kalian?""Tentu saja! Kami berada tepat di luar lokasi proyek.""Oke, aku akan segera pergi ke sana." Doni menyimpan ponselnya dan berkata kepada Denada, "Aku akan keluar.""Hah?" Denada menengadahkan kepalanya, "Ada sesuatu yang harus kulaporkan kepadamu.""Bukankah sudah kubilang kamulah yang akan mengambil keputusan?""Ada inspeksi keamanan dari atasan secara resmi. Kamulah penanggung jawab proyek ini dan harus mengat
"Hah?""Hah apa? Ambil foto! Jarang sekali bisa melihat uang sebanyak itu."Setelah mengatakan itu, Doni mengambil ponselnya dan mencari sudut yang cocok sebelum mengambil banyak foto."Ini asli atau cuma alat peraga?" Denada bertanya."Tentu saja asli!" Thomas berjalan sambil tersenyum, "Pak Doni, ada alat pendeteksi uang di dalam mobil. Kalau kamu khawatir, aku bisa langsung memeriksa uang tersebut untukmu.""Nggak, nggak, aku percaya padamu. Semua ini asli." Doni tersenyum, "Aku belum pernah melihat uang sebanyak itu. Terima kasih banyak telah memberiku pencerahan."Thomas tertawa dan berkata, "Pak Doni, Untuk apa berterima kasih kepadaku? Semua uang ini milikmu."Doni tertegun dan berkata dengan terkejut, "Ya ampun, kamu gila. Untuk apa memberiku begitu banyak uang secara cuma-cuma?""Hah?" Thomas juga tertegun. Setelah beberapa saat, dia tertawa lagi, "Pak Doni, kamu benar-benar pandai bercanda. Setelah kontrak ditandatangani, tentu saja uang itu akan menjadi milikmu. Akulah yang
Doni masuk ke dalam kantor Helen dan melihatnya menatap dokumen dengan tatapan khawatir."Istriku, ada apa?"Helen mengernyitkan dahi, "Di perusahaan, kamu ....""Baiklah ... Bu Helen, oke?" Doni mengangkat bahu, "Melihatmu membuatku ingin memanggilmu istriku.""Jangan membicarakan hal membosankan seperti ini lagi." Helen mendorong dokumen di atas meja ke hadapan Doni, "Lihat ini."Doni mengambil dokumen dan melihatnya, "Proyek Grup Waleri? Ternyata Thomas bisa menggunakan dua cara sekaligus.""Menggunakan dua cara sekaligus?" Helen agak bingung."Dua hari yang lalu Thomas mencariku untuk membeli tanah, tapi aku nggak setuju." Doni berkata dengan santai, "Masih ada sebidang tanah tersisa. Kalian jangan menjualnya. Sebidang tanah itu nggak boleh dijual.""Sepertinya kamu terlambat." Helen tersenyum getir, "Ayahku sudah menjual tanah itu.""Sudah dijual?" Doni tertegun, "Dijual kepada Thomas? Harga yang dia tawarkan terlalu rendah!""Dijual ke Grup Damian milik Keluarga Yulas." Helen ber
Helen tiba-tiba merasa ingin menggoda Doni dan dia menganggukkan kepala, "Proyek ini kelihatannya bagus.""Apa?" Doni terlihat terkejut, "Aku salah dengar atau kamu salah bicara? Katakan lagi.""Proyek ini kelihatannya bagus. Kalau Grup Kusmoyo bisa melakukannya, grup kita akan langsung menjadi grup besar yang penting di Kota Timung.""Sial!" Doni tidak bisa menahan diri untuk mengumpat, "Nggak! Nggak boleh! Jangankan Grup Waleri, proyek ini saja benar-benar nggak bisa diandalkan! Grup Kusmoyo jangan menerimanya!""Kenapa nggak boleh menerimanya? Cuma karena kamu punya kesan buruk terhadap Grup Waleri?"Doni langsung membuka dokumen tersebut, menunjuk angka di atas dan bertanya, "Berapa biaya yang dibutuhkan kalau keuntungannya sebesar ini? Ayo hitung dengan keuntungan 100%!""10 triliun.""Oke, dengan biaya 10 triliun, bagaimana Grup Kusmoyo akan membiayainya?" Doni bertanya, "Mau menggadaikan rumah seperti yang Keluarga Wongso lakukan?""Nggak masalah, risiko memang harus diambil bar
Sore harinya, rapat dewan direksi Grup Kusmoyo diadakan tepat waktu. Helen duduk di kursi CEO dan melihat ke ruang rapat, tetapi tidak bisa menemukan Doni.Dia pun mengerutkan kening, mengangkat telepon di ruang rapat dan menghubungi nomor ruang komunikasi."Halo, aku Helen."Suara Jarson yang panik terdengar dari telepon."Bu ... Bu Helen, ada perintah apa?""Siapa yang berjaga? Kamu sendirian?""Iya, aku yang sedang berjaga. Bu Helen ada masalah apa?"Helen merasa agak tenang, "Nggak apa-apa. Sekarang cuacanya panas, jadi jangan sampai kepanasan.""Oke, oke, terima kasih atas perhatian Bu Helen."Setelah mengakhiri panggilan, Helen agak bingung. Doni pergi ke mana?Saat sedang memikirkannya, Thomas tiba. Helen dan Bernard keluar untuk menyambutnya sebelum mengundangnya ke ruang rapat.Thomas baru saja dipermainkan oleh Doni pagi ini dan sangat marah hingga hatinya sakit.Kalau dipikirkan kembali, Doni mempermainkannya dua kali dengan cara yang hampir sama. Akan tetapi, dia benar-bena
"Doni, lakukan apa pun yang harus kamu lakukan dan jangan mengacau di sini!" Selly berkata dengan gigi terkatup.Dia membenci Doni dan Denada karena mencuri proyeknya. Kalau bukan karena dua orang ini, sekarang dia akan bertanggung jawab penuh atas proyek satu triliun itu dan mungkin utang judi yang sangat besar itu sudah lunas. Apa gunanya membantu Thomas sebagai orang dalam setiap hari? Sekarang dia hanya berharap proyek ini bisa jatuh ke tangannya. Meski hanya jabatan wakil juga tidak masalah. Dengan begini, dia bisa mendapatkan uang dan segera melunasi utang judinya.Doni menatap orang lain di rapat dewan direksi dan tersenyum, "Sepertinya kalian nggak terlalu menyambutku. Oke, aku pergi dulu. Aku memang sangat sibuk di sana."Setelah mengatakan itu, Doni berbalik dan meninggalkan ruang rapat.Helen hendak memanggilnya, tetapi Doni berjalan terlalu cepat dan sudah meninggalkan ruang rapat. Dia pun mengepalkan tangannya karena frustrasi. Mengapa orang ini begitu tidak bisa diandalka
Wajah Thomas menjadi pucat pasi setelah mendengar suara yang tidak senonoh.Kali ini perutnya tidak memberinya waktu untuk bersiap. Tiba-tiba saja ususnya dipenuhi gas. Saat berbicara, dia sempat mengendalikannya dan udara terus menyembur keluar dengan begitu cepat serta dahsyat sehingga dia tidak bisa menahan pantatnya.Tidak seperti sebelumnya, kali ini perutnya terus mengeluarkan gas dan suaranya tidak bisa berhenti.Terlebih lagi, hal paling mengerikan bagi Thomas mulai terjadi.Selain gas, beberapa benda padat kecil mulai tidak bisa dikendalikan.Dia langsung mencium sesuatu yang tidak sedap.Baunya memenuhi ruangan.Raut wajah semua orang dari Grup Kusmoyo yang menatapnya mulai terlihat aneh dan beberapa mulai menutup hidung mereka dengan tangan.Bernard berkata dengan hati-hati, "Pak Thomas, perutmu nggak nyaman?"Thomas mati-matian mencoba mengendalikan pantat untuk mencegah gas keluar terlalu cepat hingga mengeluarkan terlalu banyak benda padat dan membuat segalanya semakin ti
Bernard tampak bingung lalu segera bertanya, "Helen, apa yang terjadi?""Ada seseorang dari perusahaan menelepon nomor darurat, ambulans pun datang." Helen berkata, "Aku akan tanya dulu siapa yang berada dalam bahaya."Helena mulai menelepon beberapa kantor dan meminta resepsionis untuk menanyakan situasinya.Namun hingga dokter naik ke atas, Helen masih belum mengetahui siapa yang menelepon panggilan darurat.Kedua dokter merasa sedikit kesal."Apa maksud kalian? Ada hukuman kalau menelepon bantuan darurat secara iseng!""Kalian menunda waktu kami seperti ini, apa kalian nggak tahu kemungkinan akan ada pasien yang tertunda penyelamatannya?""Kalau ada yang melayang nyawanya, apa kalian berani bertanggung jawab?"...Dokter itu masih muda, sepertinya baru saja mulai bekerja, suaranya masih terdengar kekanak-kanakan. Namun, Helen masih tidak berani membalas, memang benar-benar salah! Kenapa ada karyawan yang tidak bertanggung jawab di perusahaan. "Maaf, ini salah kami. Kami akan mencari
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a