“Abang nanti Risa ke kantor ya,” ucap Clarissa ketika memasangkan dasi suaminya.
“Iya,” jawab Fathir yang menganggukkan kepalanya.
“Nanti mau Risa bawain makan siang,” tanya Clarissa.
“Ya mau lah,” ucap Fathir.
“Nanti Risa ke kantor bawa anak-anak ya,” ucap Clarissa.
“Iya boleh,” jawab Fathir yang mencium bibir istrinya. “Makan siang gak usah dibawa. Nanti kita makan di restoran aja,” ucap Fathir.
“Kenapa gitu?" tanya Clarissa.
“Bisa kotor ruang Abang kalau makan siang di ruangan sama anak-anak. Kita makan di restoran aja nanti siang. Di restoran Juga disediakan tempat bermain anak. Jadi mereka pasti suka," ucap Fathir yang menarik hidung istrinya.
“Lihat bang, anak-anak masih tidur,” ucap Clarissa yang memandang kedua anaknya yang masih tertidur di atas tempat tidur.
Fathir tersenyum memandang kedua anaknya. &ldqu
Clarissa begitu sangat senang ketika bisa menginjakkan kakinya ke perusahaan milik suaminya. Clarissa merasakan degup jantungnya yang begitu sangat kuat. Ada rasa deg-degan ketika pertama kali ke Clarissa menginjakkan kakinya ke perusahaan besar milik suaminya.“Setelah Risa berhenti kerja di sini, ini untuk pertama kalinya Risa datang ke sini ma," ucap Clarissa yang tersenyum memandang Haryati.“Mulai dari sekarang Risa bisa bebas datang ke sini kapan pun Risa mau. Tapi Risa wajib ingat, ini perusahaan Fathir bosnya, jadi sebelum datang ke sini kabari dia dulu, siapa tahu dia sedang banyak kerjaan, kemudian dia juga sibuk, atau mungkin dia sedang berjumpa dengan tamu penting. Jadi Risa harus memahami itu,” ucap Haryati.Clarissa dengan sangat cepat menganggukkan kepalanya. Ada rasa bangga tersendiri ketika Clarissa bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa dialah pemilik pria berwajah tampan yang menjadi pemilik perusahaan besar tersebut. Clar
Fathir memandang istrinya yang saat ini sedang duduk bersandar di tempat tidur. Fathir bisa mengetahui bahwa saat ini istrinya sedang memikirkan sesuatu, melihat raut wajah istrinya yang tidak seperti biasa.“Sayang, Abang sudah pulang,” ucap Fathir yang duduk di tepi tempat tidur.Clarissa mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya. “Risa nggak tahu kalau Abang sudah pulang, Risa lupa turun,” ucap Clarissa yang tersenyum. Clarissa begitu sangat sibuk dengan pikirannya sendiri, sehingga melupakan jam suaminya pulang dari kantor.“Ya enggak apa-apa, tapi kenapa melamun sampai-sampai abang masuk ke dalam kamar gak tau," ucap FathirClarissa diam saat mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya.Fathir menarik tangan istrinya agar semakin mendekat dengannya. Fathir mencium kening istrinya dengan sangat lembut. “Lagi mikirin apa,” ucapnya.Clarissa diam ketika mendengar pertanyaan suaminya.
“Saya akan menjawab semampu saya. Saya akan berusaha untuk memberikan jawaban sesuai dengan yang Pak Fathir inginkan,” ucap Rudi yang sedikit ragu mengucapkan kalimat tersebut. Entah mengapa Rudi merasa firasatnya sangat tidak baik saat ini.“Saya ingin bertanya tentang ibu Rini?" ucap Fathir. “Apa saya boleh tahu bagaimana ceritanya bapak bertemu dengan ibu Rini. Kapan peristiwa itu terjadi. Kemudian bagaimana ketika bapak menikah dengan ibu Rini itu berapa tahun yang lalu,” ucap Fathir.Wajah Rudi berubah ketika mendengar apa yang dikatakan oleh fathir. Bayangan peristiwa itu kembali segar diingatannya.Back to back.“Pak Didin tidak usah cepat-cepat,” ucap Rudi yang duduk di kursi belakang.“Iya pak, hanya saja saat ini kondisi sudah malam. Ditambah lagi dengan hujan lebat seperti ini, nanti bila kita lambat ada orang yang berniat jahat yang memanfaatkan hal tersebut,” ucap P
Back to Back. “Ini Pak minumannya,” ucap Didin yang sudah berganti pakaian. Didin meletakkan dua kopi di kursi yang kosong di samping Rudi. Rudi menganggukkan kepalanya dan menyeruput kopi panas tersebut.“Bagaimana pak,” tanya Didin.“Panas,” jawab Rudi.“Iya Pak saya tahu, maksud saya bukan kopinya Pak, tapi wanita yang tadi,” ucap Didin sedikit mengulum senyumnya.“Sudah dipindahkan ke ruangan operasi, Saya juga sudah menandatangani semua surat pernyataan dan persetujuan untuk operasi, jadi kita menunggu hasilnya,” ucap Rudi.“Saya tidak mengerti Pak, mengapa ada wanita sendirian di tengah malam,” ucap Didin.Rudi mengusap wajahnya. “Yang ada ada hanya kartu identitas penduduk miliknya saja, dan itu juga sudah basah, dan saya hanya bisa membaca namanya, jadi kita tidak tahu mencari keluarganya di mana,” ucap Rudi menjelaskan.
Fathir memegang kertas amplop berwarna putih dengan logo Rumah Sakit. Fathir memandang Rudi yang saat ini berdiri di sampingnya. Kedua pria itu sama-sama datang ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA istri-istri mereka.“Jujur saja Pak Rudi, saya sangat gugup untuk membuka ini,” ucap Fathir yang memandang Rudi.Rudi menganggukkan kepalanya, “saya juga saya sangat gugup, jantung saya saat ini sedang berdebar-debar,” ucapnya.“Kita buka Pak Rudi,” ucap Fathir.“Iya Pak Fathir silakan,” ucap Rudi.Fathir menganggukkan kepalanya. Fathir membuka amplop itu dengan sangat perlahan-lahan, bila benar Ibu Rini adalah mertuanya, Fathir tidak bisa membayangkan seperti apa bahagianya istrinya ketika mengetahui hal itu.Fathir mengeluarkan lembaran di dalam amplop berwarna putih tersebut. Fathir melihat hasil dari tes DNA yang sudah dilakukannya, matanya terbuka lebar dan kemudian menatap Rudi.
Clarissa begitu sangat tidak sabar menunggu apa yang akan disampaikan oleh suaminya. Walaupun terkesan itu mustahil baginya, namun Clarissa tetap ingin mengetahui tentang wanita yang bernama Rini tersebut."Abang membuat janji berjumpa dengan suaminya ibu Rini,” ucap Fathir."Apa tidak apa-apa bang bertanya dengan suaminya,” tanya Clarissa yang begitu sangat takut bila keinginannya menjadi masalah untuk suaminya.Fathir menggelengkan kepalanya.“Bagaimana,” tanya Clarissa.“Abang berharap setelah mengetahui semuanya adek merasa lebih tenang,” ucap Fathir yang memegang tangan istrinya menuju ke tempat tidur. "Duduk dulu,” ucap Fathir yang menepuk tempat tidur disampingnya.“Iya Risa akan berusaha untuk menerima semuanya,” ucap Clarissa yang duduk di samping suaminya.“Dari hasil tes DNA yang sudah Abang lakukan bersama dengan Pak Rudi, Ibu Rini adalah ibu kandung adek,&r
Rudi begitu sangat panik ketika melihat istrinya pingsan. Rudi merebahkan tubuh istrinya di atas tempat tidur dan menghubungi dokter yang selama ini selalu menangani istrinya.Rudi menggenggam tangan istrinya dan mencium punggung tangan istrinya. “Aku yakin kamu wanita yang sangat baik. Dulu aku khawatir bila kamu mengingat masa lalu mu, namun sekarang tidak. Aku akan menerima masa lalu mu, karena walau bagaimanapun semua itu hanyalah masa lalu,” ucap Rudi. Pria itu tidak mengetahui apa-apa tentang istrinya.Rudi membuka pintu kamarnya ketika mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya tersebut.“Pak Rudi, dokter Rio sudah datang,” ucap kepala pelayannya yang berdiri di depan pintu kamar.“Terima kasih dokter Rio sudah datang. Langsung masuk aja dok," ucap Rudi yang sudah terlihat sangat cemas.“Baik Pak,” jawab dokter Rio yang masuk kedalam kamar milik Rudi. “Apa saya boleh tahu bagaimana
Clarissa memegang tangan suaminya dengan sangat erat. Ia merasa begitu sangat gugup ketika akan bertemu dengan ibunya. Saat ini Clarissa beserta keluarga suaminya sedang berada di restoran mewah. Suaminya sengaja mengosongkan restoran ini, agar istrinya bisa dengan leluasa melepaskan kerinduannya dengan ibunya.“Bang Risa gugup," Clarissa berucap dengan memandang wajah suaminya. Tiga belas tahun tidak bertemu dengan ibunya, dan ini adalah pertemuan keduanya dengan ibunya.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya. “Sebentar lagi Pak Rudi akan datang,” ucapnya.“Mama sangat senang akhirnya Risa ketemu dengan ibu Risa,” ucap Haryati yang duduk di depan Clarissa. Haryati begitu sangat tidak sabar menunggu momen yang penuh dengan sejarah ini. Tanpa sepengetahuan anak dan menantunya, Haryati sudah memakai jasa kameramen agar mengambil video dan juga memotret pertemuan menantu dan juga besannya.Clarissa menganggukkan kepalanya.
Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu
Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld
"Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak
Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan
Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan
Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak
"Apa tidak ada cara lain dok, Istri saya sudah sangat kesakitan tapi masih disuruh untuk jalan?" Fathir menahan emosinya saat dokter Sandra yang menangani persalinan Istrinya meminta agar istrinya jalan-jalan di dalam kamar."Ini guna mempercepat bukaannya pak. Saat ini sudah bukaan 5." Dokter Sandra menjelaskan."Tapi istri saya sudah sangat kesakitan," ucap Fathir yang meneteskan air matanya. Dengan sangat cepat pria itu menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengusap air matanya."Fathir, persalinan normal memang seperti ini." Rini menasehati menantunya."Tapi bu," ucap Fathir menghentikan ucapannya."Kita harus ikut apa yang disarankan dokter Sandra. Biar mempercepat bukaan. " Ucap Rini.Fathir memandang isterinya yang berbaring di atas tempat tidur. Saat ini yang bisa dilakukannya hanya menuruti saran dari dokter tersebut.Fathir berjalan mendekati istrinya. Pria itu duduk di samping tempat tidur. "Mau ya Dek jalan," bujukn
Setelah sholat subuh Fathir menemani istrinya jalan pagi di halaman rumahnya. Terkadang Fathir membawa istrinya jalan di taman agar Istrinya tidak bosan.Saat ini Fathir sedang berada di taman di depan rumahnya. Istrinya tidak mau untuk jalan-jalan ke taman yang berada di luar dari perumahannya. Clarissa lebih memilih untuk jalan pagi di halaman rumah mereka.Clarissa berhenti dan memegang tangan suaminya."Kenapa?" tanya Fathir."Perut Risa sakit bang," ucap Clarissa. Wajahnya terlihat menahan sakit."Apa sakit kali sayang, bila terlalu sakit jalan paginya udahan aja. Abang gendong ke kamar ya?"Clarissa menggelengkan kepalanya. "Gak usah bentar lagi akan hilang, sekarang sering sakit gini bang, terus nanti sakitnya hilang." Clarissa mengusap-usap perutnya berharap rasa sakit yang dirasakannya bisa secepatnya hilang.“Sayang, adek cepat lahir ya nak, kasihan Mama,” ucap Fathir. Ia hanya berusaha menguatkan istrinya dengan
Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo