Back to Back.
“Ini Pak minumannya,” ucap Didin yang sudah berganti pakaian. Didin meletakkan dua kopi di kursi yang kosong di samping Rudi. Rudi menganggukkan kepalanya dan menyeruput kopi panas tersebut.
“Bagaimana pak,” tanya Didin.
“Panas,” jawab Rudi.
“Iya Pak saya tahu, maksud saya bukan kopinya Pak, tapi wanita yang tadi,” ucap Didin sedikit mengulum senyumnya.
“Sudah dipindahkan ke ruangan operasi, Saya juga sudah menandatangani semua surat pernyataan dan persetujuan untuk operasi, jadi kita menunggu hasilnya,” ucap Rudi.
“Saya tidak mengerti Pak, mengapa ada wanita sendirian di tengah malam,” ucap Didin.
Rudi mengusap wajahnya. “Yang ada ada hanya kartu identitas penduduk miliknya saja, dan itu juga sudah basah, dan saya hanya bisa membaca namanya, jadi kita tidak tahu mencari keluarganya di mana,” ucap Rudi menjelaskan.
<Fathir memegang kertas amplop berwarna putih dengan logo Rumah Sakit. Fathir memandang Rudi yang saat ini berdiri di sampingnya. Kedua pria itu sama-sama datang ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA istri-istri mereka.“Jujur saja Pak Rudi, saya sangat gugup untuk membuka ini,” ucap Fathir yang memandang Rudi.Rudi menganggukkan kepalanya, “saya juga saya sangat gugup, jantung saya saat ini sedang berdebar-debar,” ucapnya.“Kita buka Pak Rudi,” ucap Fathir.“Iya Pak Fathir silakan,” ucap Rudi.Fathir menganggukkan kepalanya. Fathir membuka amplop itu dengan sangat perlahan-lahan, bila benar Ibu Rini adalah mertuanya, Fathir tidak bisa membayangkan seperti apa bahagianya istrinya ketika mengetahui hal itu.Fathir mengeluarkan lembaran di dalam amplop berwarna putih tersebut. Fathir melihat hasil dari tes DNA yang sudah dilakukannya, matanya terbuka lebar dan kemudian menatap Rudi.
Clarissa begitu sangat tidak sabar menunggu apa yang akan disampaikan oleh suaminya. Walaupun terkesan itu mustahil baginya, namun Clarissa tetap ingin mengetahui tentang wanita yang bernama Rini tersebut."Abang membuat janji berjumpa dengan suaminya ibu Rini,” ucap Fathir."Apa tidak apa-apa bang bertanya dengan suaminya,” tanya Clarissa yang begitu sangat takut bila keinginannya menjadi masalah untuk suaminya.Fathir menggelengkan kepalanya.“Bagaimana,” tanya Clarissa.“Abang berharap setelah mengetahui semuanya adek merasa lebih tenang,” ucap Fathir yang memegang tangan istrinya menuju ke tempat tidur. "Duduk dulu,” ucap Fathir yang menepuk tempat tidur disampingnya.“Iya Risa akan berusaha untuk menerima semuanya,” ucap Clarissa yang duduk di samping suaminya.“Dari hasil tes DNA yang sudah Abang lakukan bersama dengan Pak Rudi, Ibu Rini adalah ibu kandung adek,&r
Rudi begitu sangat panik ketika melihat istrinya pingsan. Rudi merebahkan tubuh istrinya di atas tempat tidur dan menghubungi dokter yang selama ini selalu menangani istrinya.Rudi menggenggam tangan istrinya dan mencium punggung tangan istrinya. “Aku yakin kamu wanita yang sangat baik. Dulu aku khawatir bila kamu mengingat masa lalu mu, namun sekarang tidak. Aku akan menerima masa lalu mu, karena walau bagaimanapun semua itu hanyalah masa lalu,” ucap Rudi. Pria itu tidak mengetahui apa-apa tentang istrinya.Rudi membuka pintu kamarnya ketika mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya tersebut.“Pak Rudi, dokter Rio sudah datang,” ucap kepala pelayannya yang berdiri di depan pintu kamar.“Terima kasih dokter Rio sudah datang. Langsung masuk aja dok," ucap Rudi yang sudah terlihat sangat cemas.“Baik Pak,” jawab dokter Rio yang masuk kedalam kamar milik Rudi. “Apa saya boleh tahu bagaimana
Clarissa memegang tangan suaminya dengan sangat erat. Ia merasa begitu sangat gugup ketika akan bertemu dengan ibunya. Saat ini Clarissa beserta keluarga suaminya sedang berada di restoran mewah. Suaminya sengaja mengosongkan restoran ini, agar istrinya bisa dengan leluasa melepaskan kerinduannya dengan ibunya.“Bang Risa gugup," Clarissa berucap dengan memandang wajah suaminya. Tiga belas tahun tidak bertemu dengan ibunya, dan ini adalah pertemuan keduanya dengan ibunya.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya. “Sebentar lagi Pak Rudi akan datang,” ucapnya.“Mama sangat senang akhirnya Risa ketemu dengan ibu Risa,” ucap Haryati yang duduk di depan Clarissa. Haryati begitu sangat tidak sabar menunggu momen yang penuh dengan sejarah ini. Tanpa sepengetahuan anak dan menantunya, Haryati sudah memakai jasa kameramen agar mengambil video dan juga memotret pertemuan menantu dan juga besannya.Clarissa menganggukkan kepalanya.
“Makannya harus banyak,” ucap Rini memasukkan ayam bakar ke dalam piring putrinya.“Iya ma,” jawab Clarissa yang tersenyum.“Biasanya kalau wanita hamil banyak makan. Tapi ini makanya sedikit," Fatir berucap memandang Istrinya.“Clarissa banyak maunya. Minta ini minta itu tapi yang makan disuruhnya Fathir,” ucap Haryati.“Bawaan hamil itu beda-beda, nggak semuanya sama,” ucap Rini yang tersenyum memandang putrinya yang sedang makan. Rini tidak ada henti-hentinya menatap wajah putrinya. Putri kecilnya yang cantik sudah tumbuh dewasa, dan bahkan wajahnya jauh lebih cantik dengan kulit yang putih bersih, terawat."Waktu bayanginnya enak. Tapi gitu lihat dan mau makan, sepertinya lebih enak kalau Bang Fathir yang makan,” ucap Clarissa.Fathir tersenyum ketika mendengar ucapan istrinya. Pria itu sudah sangat terbiasa memakan apa saja yang diperintahkan oleh istrinya, walaupun terkadang y
Fathir, Burhan, dan Rudi berdiri di taman yang berada di samping rumah milik Burhan. Ketiga pria tampan beda generasi itu sama-sama tidak melanjutkan langkah kakinya mereka, hanya berdiri sambil memandang ke arah tiga wanita cantik yang saat ini tertawa dan bercerita. Meskipun ketiga pria itu tidak tahu apa yang sedang diceritakan oleh ketiga wanita tersebut, namun melihat raut wajah ketiga wanita itu mereka tahu bahwa wanita itu saat ini sedang bercanda.Fathir begitu sangat bahagia memandang wajah istrinya yang tak ada henti-hentinya tersenyum. Fathir dapat mendengar dengan jelas istrinya tertawa. Fathir hanya diam memandang istrinya dari jarak yang tidak terlalu jauh. Pria itu seakan tidak ingin mengganggu kebersamaan istrinya, bersama dengan mama dan juga mertuanya.“Mereka begitu sangat senangnya dan asyiknya bercerita, mereka sampai tidak mengetahui keberadaan kita,” Burhan berucap dengan menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan senyuman di wajah tampan
Clarissa duduk di atas tempat tidur dengan meletakkan beberapa bantal di belakang punggungnya, Kakinya diluruskannya. Posisi seperti ini membuat dirinya lebih nyaman. Matanya fokus melihat video-vidio mengenai kehamilan. Kehamilan pertama membuatnya begitu sangat memikirkannya. Selalu ada rasa khawatir yang membuat hatinya tidak tenang. Namun saat merasakan gerak bayinya yang begitu aktif, membuatnya sangat lega, itu artinya bayinya di dalam tumbuh sehat.Clarissa merasakan tubuhnya yang selalu merasa kepanasan, walaupun AC di dalam kamarnya sudah dibuat suhu terendah. Berada di dalam kamar membuatnya nyaman, seperti saat ini. Clarissa dengan sangat bebas tidak memakai pakaian, cukup memakai dalaman saja. Perutnya yang sudah besar dibiarkan terbuka begitu saja.Setelah bosan memandangi layar ponselnya, Clarissa beranjak dari atas tempat tidur dan memandang keluar jendela. Clarissa tersenyum saat melihat kedua anaknya yang sedang berlari-larian di taman samping ru
Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo