Home / Romansa / Aku Madu / 68. Sinta

Share

68. Sinta

Author: Liazta
last update Last Updated: 2021-11-05 00:11:37

David memandang gadis yang berbaring di atas tempat tidur. Wajah gadis itu tampak pucat. David memperhatikan wajah gadis itu. Sampai sekarang dia belum tahu siapa nama gadis tersebut.

David sedikit tersenyum ketika melihat gadis itu sudah membuka matanya. David begitu sangat lega ketika melihat gadis itu sudah mulai sadar.

“Di mana ini,” ucap gadis tersebut yang memandang ke kanan dan ke kiri, untuk memastikan di mana saat ini ia berada.

“Kamu sekarang ada di rumah sakit,” jawab David.

“Kenapa aku ada di sini? Aku baik-baik sajakan?" ucap Sinta. Sinta memandang tubuhnya ke bawah untuk memastikan kondisinya. Sinta memegang pelipis keningnya yang terasa pusing.

“Kamu sekarang berada di rumah sakit, maafkan aku tadi aku tidak sengaja,” ucapnya.

“Tidak sengaja apa,” tanya Sinta.

David sedi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Madu   69. Kenapa Tidak Pulang

    Sinta begitu sangat gelisah, ia berjalan-jalan di dalam kamar yang saat ini ditempatinya. “Gimana caranya bisa keluar dari sini, aku udah nggak punya uang,” pikirnya. Sinta harus menghemat uang sisa gajinya agar bisa naik busway ke kantor, karena memang posisi rumahnya sangat jauh dari kantor.“Orang yang mengantar tadi siapa,” ucapnya yang mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Sinta memandang jam yang menempel di dinding yang sudah menunjukkan jam 5 sore.“Katanya tadi jam 4 mau ke sini, ini sudah jam 5,” ucap Sinta yang sudah sangat cemas dan takut bahwa orang itu sudah meninggalkannya begitu saja. Sinta perlahan-lahan berjalan menuju ke pintu. Sinta membuka pintu kamarnya dan memandang ke kanan dan juga ke kiri untuk melihat Situasi. "Sepi, kalau langsung pulang ada yang mengejar nggak ya," ucapnya di dalam hati.Namun Sinta menggelengkan kepalanya, “nanti

    Last Updated : 2021-11-05
  • Aku Madu   70 Selalu Ramai

    “Apa jalan saya terlalu cepat,” ucap David yang memandang ke belakang dan menghentikan langkahnya.Dengan cepat Sinta menghentikan langkahnya ketika melihat David sudah berhenti di depannya. “Tidak Pak,” jawabnya.“Jadi kenapa kamu berjalan di belakang saya,” tanya David.“Saya tidak enak pak bila jalannya sejajar dengan bapak,” ucap Sinta yang melihat pakaian pria di depannya yang memakai jas rapi. Melihat tampilan pria itu, terlihat bahwa pria itu bukan orang sembarangan. Sedangkan dirinya hanya memakai baju seragam berwarna biru pekat yang memiliki tulisan cleaning servis di belakang punggungnya.****Clarissa memasangkan dasi suaminya. Clarissa tersenyum memandang wajah suaminya.“Kenapa senyum-senyum lihat abang,” tanya Fathir.Clarissa begitu sangat malu ketik

    Last Updated : 2021-11-05
  • Aku Madu   71. David

    “Sabuk pengamannya dipasang,” ucap David yang duduk di kursi kemudinya. Pria itu memasang sabuk pengaman di dadanya.“Baik Pak,” jawab Sinta yang menarik sabuk pengaman yang ada di samping kirinya. Sinta begitu sangat bingung ketika harus memakai sabuk pengaman tersebut.“Apa kamu bisa,” tanya David.Sinta sedikit tersenyum ketika memandang wajah pria yang saat ini sedang menatapnya. “Saya bisa Pak tapi tunggu sebentar, soalnya saya belum pernah memakainya,” ucap Sinta yang begitu malu saat mengatakan kalimat tersebut.David membuka kembali sabuk pengamannya. David mencondongkan tubuhnya semakin mendekat ke arah sinta untuk membantu gadis itu memasang sabuk pengamannya.Sinta memejamkan matanya ketika tubuh pria itu begitu dekat dengannya. Sinta dapat mencium aroma wangi tubuh pria yang berwajah tampan tersebut.

    Last Updated : 2021-11-05
  • Aku Madu   72. Hanyaya Milik Ku

    Kota ini merupakan tempat yang dipilih Farah untuk tinggal. Kota yang memiliki udara yang sejuk dan juga segar.“Aku akan memulai semuanya dari awal. Aku akan memulai hidup baru di sini,” ucap Farah saat duduk di atas Bukit Alesan. Farah menikmati indahnya pemandangan Kota Bogor dari atas bukit, dan pemandangan puncak gunung Gede Pangrango dan perkebunan warga. Berharap udara dingin dan pemandangan yang indah bisa menenangkan hati dan pikirannya.Farah duduk dan termenung seorang diri. Semua usaha dan perjuangannya sekarang sudah sia-sia, Ia harus memulai semuanya dari awal lagi. Rumah tangganya sudah tidak ada lagi. Sudah tidak ada lagi yang tersisa saat ini. Farah hanya sendiri di dalam hidupnya. Bayangannya mundur jauh ke belakang, saat mengingat masa-masa saat dulu ia berada di kampung bersama dengan kedua orang tuanya. Farah mengusap air matanya. "Waktu itu hidup kami serba kekurangan namun aku baha

    Last Updated : 2021-11-05
  • Aku Madu   73. Keputusan

    “Apa Abang mau Risa temani abang,” ucap Clarissa saat membantu suaminya memasang dasi.Fathir tersenyum dan menggelengkan kepalanya dan mencium punggung tangan istrinya. “Nggak usah, Adek jaga saja anak-anak di rumah, Mama sama Papa juga ikut,” ucapnya.“Apa Abang yakin nggak mau Risa ikut,” tanya Clarissa.“Iya sayang, do’akan ya semuanya berjalan dengan baik.”“Risa do’akan agar semuanya berjalan lancar,” ucap Clarissa yang tersenyum lebar dan mencium bibir suaminya sebagai tanda bahwa ia memberi semangat untuk suaminya.“Sayang Papi, Papi mau pergi dulu, jagain Mimi, ingat jangan nakal,” ucapnya yang mengusap perut istrinya dan menciumnya. “Do’akan urusan Papi semuanya bisa cepat selesai.” Fathir berucap sambil mengusap perut istrinya.

    Last Updated : 2021-11-05
  • Aku Madu   74. Bermain

    “Aku lihat tadi sepertinya Farah sudah banyak berubah ya Ma,” ucap Fathir yang memandang mamanya ketika ia sudah duduk di dalam mobil.“Jangan pernah merasa kasihan sama orang seperti dia. Dia orang yang sangat pandai berakting. Mama nggak mau kamu memberi kesempatan untuk orang seperti itu. Kamu harus berhati-hati. Bila nanti dia ingin berjumpa dengan Devan dan juga Sheren, biar mama yang menemui dia, kamu nggak usah,” ucap Haryati dengan sangat tegasnya. Haryati sudah begitu sangat memahami bagaimana sifat Farah. Sekarang Farah terlihat begitu sangat menyedihkan, namun dia pasti akan mencari cara untuk bisa dekat kembali kepada putranya, dan Haryati akan berusaha untuk mencegah hal itu. Farah begitu sangat tidak pernah mau mengambil tahu tentang keadaan anak-anaknya, begitu juga dengan kedua orang tuanya. Yang menjadi tujuan utamanya hanyalah kesenangan dan uang. Haryati begitu sangat paham dan tahu betul sif

    Last Updated : 2021-11-05
  • Aku Madu   75. Pergi Ke Kantor

    “Jadi Sheren sekarang sudah jadi mama ya,” ucap Fathir yang duduk di samping istrinya.Clarissa memutar kepalanya dan memandang suaminya. “Sejak kapan sampai,” ucapnya yang sejak tadi tidak menyadari kehadiran suaminya.“Belum lama,” ucap Fathir. Dia tersenyum dan mencium kening istrinya.“Jadi cucu, main jadi Mama sekarang,” ucap Haryati yang mencium rambut cucunya yang tebal dan juga hitam.Sheren menganggukkan kepalanya. "ya, nenek," ucapnya.“Mau Risa buatkan minum,” tanya Clarissa.“Boleh tapi minumnya di kamar saja,” ucap Fathir.“Apa nggak ke kantor,” tanya Clarissa.“Nanti setelah makan siang baru ke kantor lagi,” jawab Fathir yang memang sudah mengatur jadwalnya di kantor.

    Last Updated : 2021-11-05
  • Aku Madu   76. Ingin Jumpa Sinta

    “Dek bangun,” ucap Sinta yang membangunkan adiknya.“Riski membuka matanya dan memandang Sinta yang sudah duduk disampingnya.“Iya Kak,” jawab Riski yang masih mengusap-usap matanya.“Kakak mandi dulu ya, habis itu adik langsung mandi, kita sholat,” ucapnya.“Iya Kak,” jawab Riski. Sinta beranjak dari kasur yang sudah tipis. Kasur yang dipakainya untuk alas tidurnya bersama dengan adiknya. Sinta berjalan menuju ke kamar mandi. Di jam seperti ini, kondisi rumah masih sangat sepi, karena orang-orang masih tertidur dengan sangat nyenyaknya. Setelah selesai mandi Sinta mengambil wudhu untuk sholat subuh. Sinta selalu keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai pakaian, Sinta menggulungkan handuk di rambutnya agar rambutnya yang basah cepat kering.Sinta masuk ke dalam kamar dan memandang adiknya yang kembali tertidu

    Last Updated : 2021-11-05

Latest chapter

  • Aku Madu   119. Ulang Tahun Pernikahan

    Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu

  • Aku Madu   118. Makan Malam Bersama

    Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld

  • Aku Madu   117. Sikap Farah

    "Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak

  • Aku Madu   116. Rindu

    Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan

  • Aku Madu   115. Di Manja Suami

    Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan

  • Aku Madu   114. Siapa Namanya 

    Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak

  • Aku Madu   113. Melahirkan

    "Apa tidak ada cara lain dok, Istri saya sudah sangat kesakitan tapi masih disuruh untuk jalan?" Fathir menahan emosinya saat dokter Sandra yang menangani persalinan Istrinya meminta agar istrinya jalan-jalan di dalam kamar."Ini guna mempercepat bukaannya pak. Saat ini sudah bukaan 5." Dokter Sandra menjelaskan."Tapi istri saya sudah sangat kesakitan," ucap Fathir yang meneteskan air matanya. Dengan sangat cepat pria itu menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengusap air matanya."Fathir, persalinan normal memang seperti ini." Rini menasehati menantunya."Tapi bu," ucap Fathir menghentikan ucapannya."Kita harus ikut apa yang disarankan dokter Sandra. Biar mempercepat bukaan. " Ucap Rini.Fathir memandang isterinya yang berbaring di atas tempat tidur. Saat ini yang bisa dilakukannya hanya menuruti saran dari dokter tersebut.Fathir berjalan mendekati istrinya. Pria itu duduk di samping tempat tidur. "Mau ya Dek jalan," bujukn

  • Aku Madu   112. Tanda-tanda

    Setelah sholat subuh Fathir menemani istrinya jalan pagi di halaman rumahnya. Terkadang Fathir membawa istrinya jalan di taman agar Istrinya tidak bosan.Saat ini Fathir sedang berada di taman di depan rumahnya. Istrinya tidak mau untuk jalan-jalan ke taman yang berada di luar dari perumahannya. Clarissa lebih memilih untuk jalan pagi di halaman rumah mereka.Clarissa berhenti dan memegang tangan suaminya."Kenapa?" tanya Fathir."Perut Risa sakit bang," ucap Clarissa. Wajahnya terlihat menahan sakit."Apa sakit kali sayang, bila terlalu sakit jalan paginya udahan aja. Abang gendong ke kamar ya?"Clarissa menggelengkan kepalanya. "Gak usah bentar lagi akan hilang, sekarang sering sakit gini bang, terus nanti sakitnya hilang." Clarissa mengusap-usap perutnya berharap rasa sakit yang dirasakannya bisa secepatnya hilang.“Sayang, adek cepat lahir ya nak, kasihan Mama,” ucap Fathir. Ia hanya berusaha menguatkan istrinya dengan

  • Aku Madu   111. Nostalgia di Kantor

    Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo

DMCA.com Protection Status