“Aku lihat tadi sepertinya Farah sudah banyak berubah ya Ma,” ucap Fathir yang memandang mamanya ketika ia sudah duduk di dalam mobil.
“Jangan pernah merasa kasihan sama orang seperti dia. Dia orang yang sangat pandai berakting. Mama nggak mau kamu memberi kesempatan untuk orang seperti itu. Kamu harus berhati-hati. Bila nanti dia ingin berjumpa dengan Devan dan juga Sheren, biar mama yang menemui dia, kamu nggak usah,” ucap Haryati dengan sangat tegasnya. Haryati sudah begitu sangat memahami bagaimana sifat Farah. Sekarang Farah terlihat begitu sangat menyedihkan, namun dia pasti akan mencari cara untuk bisa dekat kembali kepada putranya, dan Haryati akan berusaha untuk mencegah hal itu. Farah begitu sangat tidak pernah mau mengambil tahu tentang keadaan anak-anaknya, begitu juga dengan kedua orang tuanya. Yang menjadi tujuan utamanya hanyalah kesenangan dan uang. Haryati begitu sangat paham dan tahu betul sif
“Jadi Sheren sekarang sudah jadi mama ya,” ucap Fathir yang duduk di samping istrinya.Clarissa memutar kepalanya dan memandang suaminya. “Sejak kapan sampai,” ucapnya yang sejak tadi tidak menyadari kehadiran suaminya.“Belum lama,” ucap Fathir. Dia tersenyum dan mencium kening istrinya.“Jadi cucu, main jadi Mama sekarang,” ucap Haryati yang mencium rambut cucunya yang tebal dan juga hitam.Sheren menganggukkan kepalanya. "ya, nenek," ucapnya.“Mau Risa buatkan minum,” tanya Clarissa.“Boleh tapi minumnya di kamar saja,” ucap Fathir.“Apa nggak ke kantor,” tanya Clarissa.“Nanti setelah makan siang baru ke kantor lagi,” jawab Fathir yang memang sudah mengatur jadwalnya di kantor.
“Dek bangun,” ucap Sinta yang membangunkan adiknya.“Riski membuka matanya dan memandang Sinta yang sudah duduk disampingnya.“Iya Kak,” jawab Riski yang masih mengusap-usap matanya.“Kakak mandi dulu ya, habis itu adik langsung mandi, kita sholat,” ucapnya.“Iya Kak,” jawab Riski. Sinta beranjak dari kasur yang sudah tipis. Kasur yang dipakainya untuk alas tidurnya bersama dengan adiknya. Sinta berjalan menuju ke kamar mandi. Di jam seperti ini, kondisi rumah masih sangat sepi, karena orang-orang masih tertidur dengan sangat nyenyaknya. Setelah selesai mandi Sinta mengambil wudhu untuk sholat subuh. Sinta selalu keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai pakaian, Sinta menggulungkan handuk di rambutnya agar rambutnya yang basah cepat kering.Sinta masuk ke dalam kamar dan memandang adiknya yang kembali tertidu
“Nanti Sinta jadi ke sini ya bang,” tanya Clarissa yang sedang memasangkan dasi suaminya. “Iya, nanti sore Sinta akan datang,” ucap Fathir yang tersenyum mengusap pipi istrinya. Ini untuk yang pertama kalinya istrinya meminta sesuatu kepadanya. Untuk pertama kalinya juga istrinya meminta bertemu dengan temannya. Fathir tahu bahwa istrinya pasti begitu sangat merindukan temannya yang dulu pernah bekerja dengannya. Namun demi menjaga agar tidak ada cerita yang tidak enak tentang dirinya, maka istrinya tidak ingin bertemu dengan temannya tersebut. “Risa nggak sabar menunggu Sinta datang,” ucap Clarissa yang tersenyum. Fathir mencium bibir istrinya. “Nanti Abang kasih waktu untuk melepaskan rindu sama Sinta,” ucapnya.
Sinta mengambil air putih hangat di dispenser, dan kemudian meletakkan gelas yang berisi air putih itu di atas meja, yang berada di ruang pantry. Meja itu biasa mereka pakai untuk makan dan sebagainya. Sinta duduk di kursi dan meminum air hangat tersebut. Sinta merasakan perutnya yang sedikit sakit. Sinta mengambil obat yang ada di dalam loker, dan segera meminum obat tersebut. “Karena waktu itu ketemu sama pak David, sehingga aku punya obat ini. Tapi isinya sudah tinggal sedikit. Nggak apalah obatnya memang bagus, jadi nanti bila gajian aku harus beli satu botol,” ucap Sinta yang tersenyum memandang botol berwarna putih.Setelah peristiwa itu Sinta sudah tidak pernah lagi bertemu dengan David, bahkan Sinta tidak tahu David itu bekerja di bidang apa. “Tapi apa dia kerja di sini atau nggak ya,” ucap Sinta yang tidak tahu karena dia tidak pernah berjumpa dengan pria tersebut.
"Saya permisi dulu pak," ucap Sinta yang beranjak dari tempat duduknya.“Tunggu,” ucap David.“Ada apa pak,” tanya Sinta yang menundukkan wajahnya.“Duduk,” ucap David yang kembali menyuruh Sinta untuk duduk kembali.“Kamu tunggu sebentar,” ucap David yang kemudian keluar dari dalam ruangannya.Walaupun tidak mengerti apa alasan pria itu memintanya untuk duduk kembali, namun Sinta menurutinya.Sinta memandang David yang masuk ke dalam ruangannya, dan kembali duduk di kursi yang ada di depannya.Ingin sekali David bertanya kepada Sinta, apakah gadis itu sudah makan atau belum,
Clarissa berdandan dengan sangat cantik. Sore ini Clarissa akan berjumpa dengan teman yang sangat dirindukannya. “Risa berharap Sinta sangat senang ketika melihat Risa,” ucapnya yang merapikan rambutnya.“Kenapa mau jumpa sama Sinta aja deg-degan seperti ini,” ucap Clarissa.“Gimana nanti tanggapan Sinta, pasti dia akan banyak tanya,” ucap Clarissa yang mengetahui bagaimana sifat sahabatnya tersebut.“Harus jawab apa nanti,” ucap Clarissa merasa sangat tidak tahu harus bagaimana, ketika bertemu dengan sahabatnya. Clarissa tidak ada henti-hentinya bertanya sendiri di depan cermin, sambil memandang dirinya di depan cermin tersebut.Clarissa kemudian tersenyum ketika mengingat Sinta. “Risa beneran rindu,” ucap Clar
David menghentikan mobilnya di depan rumah Sinta.“Saya mau siap-siap sebentar Pak,” ucap Sinta.“Iya,” jawab David yang sedikit menganggukkan kepalanya.“Bapak ingin tunggu di mobil atau di rumah saya,” ucap Sinta menawarkan.“Kamu kirain saya sopir yang nungguin kamu di mobil,” ucap David yang membuka sabuk pengamannya.Sinta tersenyum nyengir ketika mendengar jawaban pria tersebut. "Tinggal bilang aja mau tunggu di rumah,” ucapnya di dalam hati.Sinta turun dari mobil yang diikuti oleh David di belakangnya. Sinta memanggil Tantenya, dengan cepat pintu rumah itu terbuka.“Ba
Riski begitu sangat senang ketika naik ke dalam mobil mewah milik David. Ingin rasanya anak itu membuka jendela mobilnya, agar wajahnya terlihat oleh teman-temannya yang tinggal satu perumahan dengannya. Riski tidak berbicara apa-apa, Riski hanya duduk di belakang dengan memandang keluar jendela.David sedikit memutar kepalanya dan memandang Riski yang duduk di kursi belakang. “Namanya siapa,” tanya David yang duduk di kursi kemudinya.“Nama aku Riski Om,” jawab Riski.David tersenyum ketika anak itu memanggilnya Om. “Apa saya sudah terlalu tua ya,” ucapnya yang membuat Sinta yang duduk di sampingnya tertawa kecil, seakan menjawab iya.David memandang ke arah Sinta dengan tatapan matanya.S
Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu
Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld
"Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak
Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan
Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan
Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak
"Apa tidak ada cara lain dok, Istri saya sudah sangat kesakitan tapi masih disuruh untuk jalan?" Fathir menahan emosinya saat dokter Sandra yang menangani persalinan Istrinya meminta agar istrinya jalan-jalan di dalam kamar."Ini guna mempercepat bukaannya pak. Saat ini sudah bukaan 5." Dokter Sandra menjelaskan."Tapi istri saya sudah sangat kesakitan," ucap Fathir yang meneteskan air matanya. Dengan sangat cepat pria itu menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengusap air matanya."Fathir, persalinan normal memang seperti ini." Rini menasehati menantunya."Tapi bu," ucap Fathir menghentikan ucapannya."Kita harus ikut apa yang disarankan dokter Sandra. Biar mempercepat bukaan. " Ucap Rini.Fathir memandang isterinya yang berbaring di atas tempat tidur. Saat ini yang bisa dilakukannya hanya menuruti saran dari dokter tersebut.Fathir berjalan mendekati istrinya. Pria itu duduk di samping tempat tidur. "Mau ya Dek jalan," bujukn
Setelah sholat subuh Fathir menemani istrinya jalan pagi di halaman rumahnya. Terkadang Fathir membawa istrinya jalan di taman agar Istrinya tidak bosan.Saat ini Fathir sedang berada di taman di depan rumahnya. Istrinya tidak mau untuk jalan-jalan ke taman yang berada di luar dari perumahannya. Clarissa lebih memilih untuk jalan pagi di halaman rumah mereka.Clarissa berhenti dan memegang tangan suaminya."Kenapa?" tanya Fathir."Perut Risa sakit bang," ucap Clarissa. Wajahnya terlihat menahan sakit."Apa sakit kali sayang, bila terlalu sakit jalan paginya udahan aja. Abang gendong ke kamar ya?"Clarissa menggelengkan kepalanya. "Gak usah bentar lagi akan hilang, sekarang sering sakit gini bang, terus nanti sakitnya hilang." Clarissa mengusap-usap perutnya berharap rasa sakit yang dirasakannya bisa secepatnya hilang.“Sayang, adek cepat lahir ya nak, kasihan Mama,” ucap Fathir. Ia hanya berusaha menguatkan istrinya dengan
Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo