Clarissa mulai mencari hiburan yang ada di televisi. Clarissa menghentikan pencariannya ketika melihat acara berita. Clarissa melihat suaminya yang sedang melakukan klarifikasi mengenai statusnya dengan Farah. Raut wajah suaminya begitu sangat berbeda ketika melakukan klarifikasi tersebut. Tatapan mata suaminya terlihat bahwa saat itu ia sedang menahan rasa marah dan kecewa. Gaya bicaranya juga terdengar begitu sangat datar.
Clarissa mulai menyimak berita yang saat ini sedang ditontonnya di televisi. Clarissa seakan tidak percaya ketika melihat tayangan-tayangan tentang video dan pemberitaan Farah. Clarissa juga melihat aksi Farah yang tertangkap oleh kamera saat di dalam kamar hotel. Clarissa menutup mulutnya ketika melihat berita tersebut. Clarissa merasakan sakit di hatinya ketika mengetahui bahwa mantan istri suaminya itu ternyata telah menghianati suaminya. Penghianatan yang dilakukan oleh wanita itu terekam oleh publik. Clarissa
Setelah memutuskan sambungan telepon dari bosnya, David meminta kepada anggotanya untuk berpencar mencari cempedak hutan tersebut. Sedangkan pria itu melajukan mobilnya ke pasar buah.David mendapatkan informasi dari pedagang buah, bahwa ternyata di pasar buah selalu ada buah-buah berbagai jenis walaupun sedang tidak musim.David mengemudikan mobilnya menuju ke pasar buah. David sangat tidak sabaran saat melewati jalanan ibukota yang begitu sangat macet, berulang kali pria itu menekan klakson mobilnya dan meminta jalan, agar mobil didepannya mau membuka jalan untuknya.David begitu sangat lega ketika pria itu sampai di pasar buah. David memberhentikan mobilnya di areal parkir yang disediakan oleh pasar buah. Pria itu melihat jam yang melingkar di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 1 siang, sedangkan batas yang diberikan oleh bos nya sebelum jam 2 siang.David sedikit ber
Clarissa baru terbangun dari tidurnya ketika suaminya menghubunginya. Clarissa tertidur setelah makan siang. Pengaruh kehamilannya membuat Clarissa begitu sangat mudah mengantuk dan tertidur. Clarissa langsung bergegas ke kamar mandi. Ia menyempatkan untuk mandi sejenak untuk menghilangkan rasa gerahnya.Clarissa keluar dari dalam kamar mandi setelah mandi ala kadarnya.Clarissa mengenakan baju yang terlihat begitu sangat cantik. Dress berwarna kuning kunyit yang panjang selutut dengan memiliki tali pita di bawah dadanya.Dress pendek lengan itu terlihat begitu sangat cantik di tubuhnya yang langsing dan juga tinggi dan perutnya juga masih belum terlihat.Clarissa menyisir rambut pendeknya. Clarissa mengusap krim wajah di wajahnya, dan kemudian melapisi wajahnya dengan bedak yang begitu sangat tipis. Clarissa hanya merias wajahnya dengan sangat sederhana, karena memang dia t
Fathir duduk di atas tempat tidur bersama dengan istrinya. Pria yang sedang menonton televisi itu berulang-ulang kali memandang ke arah istrinya yang sedang sibuk makan cempedak hutan yang di goreng tepung.Clarissa tersenyum memandang suaminya yang sejak tadi lebih fokus memperhatikannya daripada memperhatikan layar pipih yang menempel di dinding.“Enak kali ya Dek,” ucapnya yang memperhatikan istrinya hanya makan sendiri tanpa menawarkannya.Clarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Abang nggak boleh minta lagi tadi sudah Risa beri,” ucapnya yang menggigit goreng cempedak tersebut.“Dek lagi hamil itu nggak boleh pelit, makan cempedak juga nggak boleh banyak,” ucap Fathir. Fathir masih begitu sangat ingin memakan cempedak hutan yang dimakan oleh istrinya. Walaupun ia baru mencoba rasa buah tersebut, namun ternyata rasa buah itu
“Bang anak-anak ikut,” tanya Clarissa yang memandang wajah suaminya.“Nggak,” ucap Fathir.“Kenapa nggak dibawa,” tanya Clarissa yang memandang ke segala sudut rumah. Mencari keberadaan dua anak kecil tersebut.“Papinya pengen berduaan dengan miminya,” ucap Fathir yang tersenyum memandang istrinya."Anak-anak mana bang?" tanya Clarissa ketika Ia tidak melihat keberadaan Devan dan sheren.“Lagi dibawa mama ke kamar mama, jadi mereka main di kamar,” ucap Fathir.“Kenapa,” tanya Clarissa.“Kalau dilihatnya kita mau keluar yang ada nanti dia minta ikutan. Kalau nggak diajak malah nangis," ucap Fathir.“Tapi Risa belum pernah mengajak mereka jalan-jalan, main-main di luar,” ucapnya.“Gimana mau mengajak mere
“Devan udah besar, udah bisa duduk sendiri,” ucap Fathir yang memandang putranya yang duduk di bagian posisi pintu.“Aku masih kecil Papi,” ucap Devan yang kemudian berpindah duduk ke posisi bagian tengah.Clarissa tersenyum memandangnya.Mereka tidak ada henti-hentinya tertawa ketika melihat tingkah lucu Sheren dan juga Devan yang sudah sangat pandai berbicara.“Apa kita akan memilih taman ini Pak,” ucap supir pribadi Fathir yang memberhentikan mobilnya di sebuah taman yang berada di tengah kota.Fathir memandang istrinya.“Iya Bang di sini aja,” ucap Clarissa.“Iya boleh Pak Udin,” ucap Fathir.“Baik Pak,” ucap Udin yang mencari parkir untuk mobil yang dikemudikannya. Udin memarkirkan mobil tersebut di areal parkir ya
David memandang gadis yang berbaring di atas tempat tidur. Wajah gadis itu tampak pucat. David memperhatikan wajah gadis itu. Sampai sekarang dia belum tahu siapa nama gadis tersebut.David sedikit tersenyum ketika melihat gadis itu sudah membuka matanya. David begitu sangat lega ketika melihat gadis itu sudah mulai sadar.“Di mana ini,” ucap gadis tersebut yang memandang ke kanan dan ke kiri, untuk memastikan di mana saat ini ia berada.“Kamu sekarang ada di rumah sakit,” jawab David.“Kenapa aku ada di sini? Aku baik-baik sajakan?" ucap Sinta. Sinta memandang tubuhnya ke bawah untuk memastikan kondisinya. Sinta memegang pelipis keningnya yang terasa pusing.“Kamu sekarang berada di rumah sakit, maafkan aku tadi aku tidak sengaja,” ucapnya.“Tidak sengaja apa,” tanya Sinta.David sedi
Sinta begitu sangat gelisah, ia berjalan-jalan di dalam kamar yang saat ini ditempatinya. “Gimana caranya bisa keluar dari sini, aku udah nggak punya uang,” pikirnya. Sinta harus menghemat uang sisa gajinya agar bisa naik busway ke kantor, karena memang posisi rumahnya sangat jauh dari kantor.“Orang yang mengantar tadi siapa,” ucapnya yang mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Sinta memandang jam yang menempel di dinding yang sudah menunjukkan jam 5 sore.“Katanya tadi jam 4 mau ke sini, ini sudah jam 5,” ucap Sinta yang sudah sangat cemas dan takut bahwa orang itu sudah meninggalkannya begitu saja. Sinta perlahan-lahan berjalan menuju ke pintu. Sinta membuka pintu kamarnya dan memandang ke kanan dan juga ke kiri untuk melihat Situasi. "Sepi, kalau langsung pulang ada yang mengejar nggak ya," ucapnya di dalam hati.Namun Sinta menggelengkan kepalanya, “nanti
“Apa jalan saya terlalu cepat,” ucap David yang memandang ke belakang dan menghentikan langkahnya.Dengan cepat Sinta menghentikan langkahnya ketika melihat David sudah berhenti di depannya. “Tidak Pak,” jawabnya.“Jadi kenapa kamu berjalan di belakang saya,” tanya David.“Saya tidak enak pak bila jalannya sejajar dengan bapak,” ucap Sinta yang melihat pakaian pria di depannya yang memakai jas rapi. Melihat tampilan pria itu, terlihat bahwa pria itu bukan orang sembarangan. Sedangkan dirinya hanya memakai baju seragam berwarna biru pekat yang memiliki tulisan cleaning servis di belakang punggungnya.****Clarissa memasangkan dasi suaminya. Clarissa tersenyum memandang wajah suaminya.“Kenapa senyum-senyum lihat abang,” tanya Fathir.Clarissa begitu sangat malu ketik
Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu
Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld
"Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak
Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan
Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan
Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak
"Apa tidak ada cara lain dok, Istri saya sudah sangat kesakitan tapi masih disuruh untuk jalan?" Fathir menahan emosinya saat dokter Sandra yang menangani persalinan Istrinya meminta agar istrinya jalan-jalan di dalam kamar."Ini guna mempercepat bukaannya pak. Saat ini sudah bukaan 5." Dokter Sandra menjelaskan."Tapi istri saya sudah sangat kesakitan," ucap Fathir yang meneteskan air matanya. Dengan sangat cepat pria itu menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengusap air matanya."Fathir, persalinan normal memang seperti ini." Rini menasehati menantunya."Tapi bu," ucap Fathir menghentikan ucapannya."Kita harus ikut apa yang disarankan dokter Sandra. Biar mempercepat bukaan. " Ucap Rini.Fathir memandang isterinya yang berbaring di atas tempat tidur. Saat ini yang bisa dilakukannya hanya menuruti saran dari dokter tersebut.Fathir berjalan mendekati istrinya. Pria itu duduk di samping tempat tidur. "Mau ya Dek jalan," bujukn
Setelah sholat subuh Fathir menemani istrinya jalan pagi di halaman rumahnya. Terkadang Fathir membawa istrinya jalan di taman agar Istrinya tidak bosan.Saat ini Fathir sedang berada di taman di depan rumahnya. Istrinya tidak mau untuk jalan-jalan ke taman yang berada di luar dari perumahannya. Clarissa lebih memilih untuk jalan pagi di halaman rumah mereka.Clarissa berhenti dan memegang tangan suaminya."Kenapa?" tanya Fathir."Perut Risa sakit bang," ucap Clarissa. Wajahnya terlihat menahan sakit."Apa sakit kali sayang, bila terlalu sakit jalan paginya udahan aja. Abang gendong ke kamar ya?"Clarissa menggelengkan kepalanya. "Gak usah bentar lagi akan hilang, sekarang sering sakit gini bang, terus nanti sakitnya hilang." Clarissa mengusap-usap perutnya berharap rasa sakit yang dirasakannya bisa secepatnya hilang.“Sayang, adek cepat lahir ya nak, kasihan Mama,” ucap Fathir. Ia hanya berusaha menguatkan istrinya dengan
Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo