Laila tak sabar ingin segera sampai ke rumah Jeni. Terlihat pintu rumah Jeni tidak terkunci dan Laila segera masuk ke ruang kerja Jeni."Jen!" Laila terkejut melihat Jeni menangis tersedu di meja kerjanya."Jen, peluklah aku jika kamu butuh sandaran. Ingatlah aku temanmu," Laila mendekati Jeni yang sedang menangis di meja kerjanya."Lai, maaf jika masalah ini aku ikut berperan besar. Aku sudah lama ingin membalasnya tapi belum ada waktu yang tepat, hikss." tangis Jeni meledak dipelukan Laila. Laila mengusap punggung Jeni dan menenangkan sahabatnya."Video itu---,""Ya, video perselingkuhannya Ayahnya Alexandra. Video asusila yang telah direkamnya, Lai." Jeni menjelaskan video itu, video yang direkam sendiri oleh pihak istri simpanannya, namun Jeni bisa menghacker data dari ponsel istri simpanan Ayahnya Alexandra."Jen, lihatlah aku. Jen, bisakah kau pindah dekat rumahku? Aku ada rumah sederhana dekat rumahku. Kau bisa menempatinya, aku tak mau jika kau mendapat kesulitan lagi," Laila
Bram gelisah karena gagal sudah membuat bangkrut perusahaan Doni. Awalnya Bram puas karena Doni ditangkap polisi namun tak lama berselang, Doni berhasil dibebaskan karena kasus tersebut adalah fitnah."Brengsek! bagaimana bisa semua data itu kembali seperti semula?" Bram memijit pelipisnya, pusing memikirkan kegagalannya. Bram sudah mengeluarkan banyak uang untuk menyuruh orang membobol data perusahaan Doni."Awas kau Doni! gara-gara kau membatalkan pertungan dengan anakku, aku akan terus mengincar supaya perusahaanmu bangkrut!" Bram tetap mencari rencana untuk membalas dendam kepada Doni.Bram terkejut ketika siaran televisi tiba-tiba menayangkan tampilan adegan panas yang tersiar di videotron. Bram seketika berdiri dan mendekati televisi untuk memastikan jika berita itu salah."Br*ngs*k! Kenapa harus tersebar video itu di videotron?" umpat Bram. Bram geram sekali mengetahui jika video asusilanya berdama istri simpanannya disebarkan oleh orang tak dikenalnya. Tubuh Baram bergetar heb
Sampai di rumah istri simpanannya, Bram melihat sebuah mobil mewah melintas dari rumah istri simpanannya. Mobil mewah keluaran terbaru yang harganya bisa mencapai puluhan miliar. Bram berpikir jika pemilik tersebut adalah teman Gisel.'Siapa pemilik mobil mewah itu? Bahkan mobilnya lebih bagus dan mahal daripada milikku' batin Bram. Tak lama, Bram turun dan langsung membuka pintu. Hanya Bram dan istri simpanannya yang mempunyai kunci rumah itu."Malam, Sayang?" sapa Bram pada Gisel istri simpanannya. Bram langsung memeluk Gisel seperti sudah lama tak saling bertemu. Bram melakukan hal ini supaya Gisel tetap bersamanya."Malam, Sayang. Tumben malam-malam kesini?" Gisel curiga jika ada sesuatu yang Bram butuhkan sehingga datang larut malam ke rumahnya."Iya, sepertinya aku akan tinggal di sini," jawaban Bram membuat kedua mata Gisel membola sempurna."Ke, kenapa?" Gisel terlihat gugup karena kedatangan Bram membawa berita buruk baginya. Gisel hanya mencintai harta Bram, tanpa mau berlam
Polisi segera membawanya ke arah kantor polisi dengan keadaan Bram masih tertidur. Bram tertangkap dan sebentar lagi akan menjadi berita besar di siaran televisi meski skandal dirinya belum selesai."Tunggu!" Semua berhenti ketika Wina memberikan interupsi kepada rekannya."Kita hanya akan mendapatkan satu tersangka. Jika kita ingin mendapatkan lebih, kita manfaatkan Bram. Kita bertiga tetap menyamar sebagai wanita nakal supaya Bram memanggil temannya dan kita tinggal meringkusnya!" Beberapa rekan menyetujui usul Wina, memang lebih tepat seperti itu, memanfaatkan salah satu tersangka untuk membuat tersangka yang lain keluar dari persembunyiannya."Betul, kata Wina Kapten. Saya setuju dengan ide Wina. Biarlah kami bertiga menjalankan aksi ini," Rika tetap menjadi pendukung utama dengan ide Wina. Menangkap penjahat menjadi salah satu kegemarannya."Ide yang sangat bagus, oke. Jadi sekarang kita bawa Bram ke sebuah hotel, dan kau Fadil, segera kau pasang CCTV yang tak terlihat di kamar h
Pagi ini Doni terkejut dengan berita tentang Bram di televisi dengan kasus baru. Bram terjerat kasus penyalah gunaan narkoba. Belum selesai kasus sebelumnya, kini hukuman yang lain sudah menunggu Bram."Pak Bram?" Doni terkejut mendengar berita di televisi mengenai kasus yang menjerat Bram."Ada apa, Sayang?" Laila melihat suaminya yang terkejut dengan berita Bram."Pak Bram, papanya Alexandra terjerat kasus berat." Doni terkejut mendengar berita mengenai Bram."Oh," Laila santai mendengar berita tentang Bram. Sebelum kasus mencuat, Laila sudah lebih dulu mengetahuinya. "Kok hanya oh, Sayang?" tanya Doni atas jawaban singkat Laila."Iya, aku sudah tau skandal papanya alexandra sejak lama." sahut Laila dengan santai."Kok kamu baru memberitahukan padaku sayang?""Apa pentingnya? Kamu ingin berhubungan dengan mereka?" Laila memandang suaminya penuh selidik."Bukan seperti itu, Lai. Tapi mereka menjanjikan kerjasama di bidang pariwisata," Doni masih mencoba menjelaskan pada Laila."Semua
Doni memberikan tespack kepada Laila untuk memastikan kehamilannya. Doni berharap keinginannya menjadi seorang ayah menjadi kenyataan."Jangan ngintip!" Laila begitu ketus saat bicara dengan suaminya sendiri. "Tiap hari udah liat, enggak perlu ngintip," pungkas Doni semakin gemes dengan istrinya yang mudah marah.Sati menitDua menitJantung Doni berdetak tak beraturan ketika Laila masih berada di kamar mandi. Tak lama, Laila keluar dengan wajah datar tidak ada cerianya sama sekali. Doni berpikir untuk kembali bersabar jika Laila belum diberikan amanah buah hati."Hasilnya ini," Laila memberikan tespacknya pada suami."Garis dua, alhamdulillah ya Allah. Akhirnya aku akan jadi ayah, terimakasih sayangku." Doni sangat bahagia bahwa Laila tengah hamil anaknya."Iya, tapi jangan ganggu aku. Aku mau rebahan, lelah terus dari tadi," Laila kembali ke ranjang dan rebahan seperti tadi. Tubuh terasa lemas sekali dan mudah lelah."Iya, kamu boleh istirahat. Jangan capek-capek juga, makan yang
Perdebatan antara Rina dan Shilla membuat Rizwan malu, bahkan sangat malu dengan Laila. Rizwan tak menyangka jika kakaknya sangatlah matre seperti yang diucapka Laila saat menjadi istrinya dulu."Aku enggak betah dengan kakakmu, Mas!" pungkas Shilla pada Rizwan. Rizwan tak bisa membantah perkataan Shilla apalagi membela kakaknya. Rizwan terlalu takut dengan istrinya sendiri"Tapi, Shill--"Aku enggak mau tau, jangan sampai ibumu dan kakakmu mencampuri urusan rumah tangga kita!" Shilla terlihat masih marah atas perlakuan kakak iparnya."Mungkin Mbak Laila dulu sangat bahagia melepasmu karena keuangannya diatur sama ibu dan kakakmu," Shilla kembali mengungkapkan uneg-unegnya kembali."Maksud kamu?" Rizwan masih kurang paham dengan perkataan Shilla."Apa kamu enggak mikir, istri kamu jatah lebih kecil dari pada keluargamu. Padahal ibumu sudah punya uang pensiunan yang cukup lumayan ditambah lagi Mbak Rina yang kehidupannya ingin bermewah-mewahan meskipun sudah dapat nafkah dari suaminya,
Sepulang dari rumah Rizwan, segera ibunya bergegas pulang ke rumah Rina. Romlah sementara tinggal bersama Rina karena rumahnya terlalu kotor dan Romlah paling malas membersihkan rumah."Rin, Rizwan sudah mulai ngelunjak denganku!" Romlah datang tiba-tiba dan tèrlihat dipenuhi amarah."Maksud ibu, Rizwan sudah berani melawan ibu?" Rina menebak kekhawatiran ibunya."Ya, ini semua gara-gara Shilla. Rugi aku sudah menikahkan anak pungut itu dengan Shilla," tukas ibunya. Rina terkejut ketika Ibunya mengungkit soal asal usul Rizwan. Padahal almarhum ayahnya sudah memintanya untuk merahasiakan asal usulnya."Ibu menyebutnya anak pungut? Bukankah ayah sudah melarang ibu menyebutnya seperti itu?" Rina terkejut mendengar penuturan ibunya."Aku sudah sangat muak dengannya, bisa-bisanya dia lebih memilih istrinya daripada ibu yang merawatnya!" suara Romlah masih terdengar tak ada rasa bersalah."Terus apa yang akan ibu lakukan setelah ini? Pastinya Rizwan akan sangat terpukul setelah mendengar ib