Share

Bab 3

Author: Dianti W
last update Last Updated: 2021-06-19 07:37:21

Part 3

“Iya, untuk Mas kawin. Kenapa, sih? Biasa aja, lah! Toh perhiasan koleksimu sendiri juga lebih dari itu, Wid! Sebaiknya sekarang kamu pulang. Temani Frisca, dan jalin komunikasi yang baik dengannya. Akur-akurlah kalian berdua. Jangan bikin Mas jadi pusing, oke?”

“Mas, kalian menikah saja aku gak tau! Sekarang tiba-tiba bawa pulang dia sebagai istri. Mas ini lucu, Mas tau bagaimana hancurnya hatiku ini, Mas?”

“Wid, sudahlah! Menerima akan membuat perasaanmu jauh lebih baik. Aku yakin kamu akan terbiasa nantinya. Ingat, Wid, anak dalam kandungan Frisca itu adalah harapan terbesarku. Harta kita yang sebanyak ini nantinya harus ada yang mewarisi.”

“Anak hasil zina tidak berhak dapat warisan!”

Plakk!

Akhirnya Mas Khalid melakukan hal terhina itu, menampar pipi wanita yang sudah mendampinginya selama hampir sepuluh tahun hanya karena membela seorang wanita perusak rumah tangga orang.

“Puas kamu, Mas? apa kamu pikir dengan perbuatanmu ini aku akan melunak?”

“Ya ampun, Widya. Maafkan, Mas! Mas khilaf!” Cepat-cepat ia mendekap tubuhku sambil menangis. Air mata buaya!

“Baru kali ini kamu berani menyakitiku, Mas. demi apa, Mas? demi orang yang sudah menusukku dari belakang! Tega sekali kamu, Mas!”

“Widya, Mas gak bermaksud menamparmu. Mas khilaf! Kamu memancing emosiku, Widya!”

“Lepaskan! Aku akan membalas semua perbuatanmu padaku, Mas! ingat, siapa yang selama ini selalu mendukungmu dalam kesusahan hidup, sekarang setelah kamu punya banyak uang, kamu lupa, Mas!”

“Widya … Widya ….” Tak kuhiraukan lagi panggilannya. Aku meraih handel pintu dan bergegas pergi keluar. Baru sampai di dalam mobilku, aku masih berusaha mengatur nafas untuk meredakan emosi. Rasa sakit di dalam batin masih tak sebanding dengan perihnya tamparan Mas Khalid tadi. Baik, Mas, ini yang kamu mau! Perang akan dimulai. Aku akan ambil kembali semuanya darimu!

Ponsel dalam tasku berdering. Aku masih bersandar sambil berpegangan pada setir. Kulihat Mas Khalid mengintai dari balik jendela ruang kerjanya yang tepat menghadap parkiran. Kulihat sikapnya seperti orang kalut. Aku merogoh tas, dan menemukan benda pipih itu. Terlihat nama Mikha di layar. Adik perempuan Mas Khalid.

“Halo … Asslamu’alaikum ….”

“Mbak, Wid! Mbak keterlaluan!” cecar Mikha dari seberang sana.

“Ada apa, Kha? Kenapa tiba-tiba bicara begitu?”

“Mbak, Ibu sakit. Sudah dua bulan ini Ibu ingin bertemu Mas Khalid, tapi selalu kamu halangi. Bahkan jatah bulanan Ibu juga tak lagi dikirimkan. Tega kamu, Mbak?”

“Apa? Ibu sakit? Mas Khalid ndak pernah bilang, Dek! Coba sebaiknya kita ngobrol berdua, dari hati ke hati. Mbak masih gak ngerti dengan apa yang kamu katakan.”

“Baik, aku tunggu sekarang juga di rumah Ibu.”

“Baik, Mbak kesana sekarang!”

Ya Tuhan, masalah apa lagi ini? Mikha tak pernah bicara kasar padaku. Mengapa tiba-tiba jadi begini? Ini pasti ada hubungannya dengan kehadiran Frisca dalam kehidupan Mas Khalid.

Aku langsung meluncur menuju rumah ibu mertuaku. Ibu Mas Khalid tinggal sendirian. Mikha dan suaminya tinggal tak jauh dari rumah Ibu. Kami sesekali datang menjenguknya, atau Ibu yang datang ke rumah kami. Tapi belakangan memang aku belum diajak lagi untuk mengunjungi Ibu. Pasti Mas Khalid lebih sibuk dengan si Frisca, sehingga melupakan Ibu.

Satu jam perjalanan, akhirnya aku sampai di halaman rumah Ibu mertuaku. Mikha dengan tak sabar langsung menarik tanganku ke kemar Ibu. Kulihat Ibu tengah berbaring dengan selimut tebal menutupi tubuhnya.

“Assalamu’alaikum, Bu ….” Kucium tangan Ibu dengan khidmat.

“Wa’alaikum salam. Kenapa kamu sendirian, Nak? Mana Khalid?”

“Mas Khalid di kantornya, Bu. Maafkan Widya, Widya lalai menjenguk Ibu.”

“Belakangan perasaan Ibu gak enak, kepikiran kalian berdua,” ujarnya dengan suara yang parau. Perasaan seorang Ibu tak bisa dibohongi. Mungkin Ibu merasakan ada yang tidak beres dalam rumah tangga kami. Ya Allah, jangan sampai Ibu tahu.

“Ayo kita ke rumah sakit, Bu!” ajakku, aku khawatir sekali karena terlihat wajah Ibu sangat pucat.

“Enggak, Nak. Ibu cuman kangen sama kalian berdua. Kalian baik-baik aja, kan?”

Ya Allah, wanita baik ini, bagaimana mungkin bisa melahirkan seorang lelaki pecundang seperti Mas Khalid? Jika kuberitahu semuanya, aku takut penyakit Ibu semakin parah.

“Baik, Bu. Maaf, mungkin Mas Khalid terlalu sibuk sampai lupa mengirimkan uang untuk Ibu.”

“Ibu gak terlalu peduli sama uang kiriman kalian, Nak! Yang Ibu mau, kalian berdua jenguk Ibu.”

“Iya, Bu. Maafkan Widya, ya! Widya janji akan sering-sering jenguk Ibu.” Ibu mengangguk, aku memintanya untuk beristirahat saja, lalu keluar dengan Mikha.

“Dek, Mbak mau bicara.”

“Iya, Mbak!” Kulihat wajah Mikha masih kaku. Kami berjalan ke halaman belakang rumah Ibu untuk mengobrol.

“Mikha, kamu tahu sesuatu tentang Mas Khalid?” tanyaku memulai pembicaraan serius.

“Emang Mas Khalid kenapa, Mbak?”

“Jadi kamu belum tahu?”

“Tahu soal apa, Mbak? Katakan saja, jangan membuatku bingung seperti ini!”

“Dua bulan lalu Mas Khalid menikah lagi dengan Frisca. Dia sudah hamil besar sekarang.”

“Astaghfirullah … Mbak, yang bener?”

“Iya. Soal uang untuk Ibu, Mbak sama sekali ndak tahu kalau belum dikirim. Biasanya Mas Khalid gak pernah telat, kan?”

“Ini, Mbak! Ini pesan dari Mas Khalid waktu Mikha minta ia untuk menjenguk Ibu dan mengingatkan soal uang bulanan.” Mikha menyodorkan ponselnya padaku. Mataku membaca baris demi baris balasan pesan di ponselnya itu.

“Mikha, ini bukan bahasa pesan Mas Khalid. Ini pasti Frisca yang mengirimnya. Tega sekali dia memfitnahku, seolah aku yang tak mengizinkan Mas Khalid mengirim uang untuk Ibu. Pakai alasan bisnis sedang menurun. Kurang ajar sekali dia,” geramku.

“Jadi, ini kerjaan Frisca?” tanyanya. Mikha juga kenal pada Frisca meski ia tak tahu latar belakang wanita itu. Aku menjaga baik-baik harga diri Frisca, menutup aibnya bahkan pada keluarga kami sendiri. Tapi nyatanya dia membalasku dengan sangat keji.

“Mas Khalid sudah menduakan Mbak, Kha. Diam-diam mereka menikah tanpa persetujuan Mbak. Mbak mohon, jangan sampai Ibu tahu semua ini. Mbak khawatir kesehatan Ibu akan terganggu. Cukup kamu saja yang tahu.”

“Mbak, maafkan aku. Aku sudah berburuk sangka. Aku awalnya juga tak percaya kalau Mbak akan setega itu. Aku sendiri tak bisa menanggung Ibu sepenuhnya. Biaya pendidikan hukum Mas Kamil di luar negeri juga sangat mahal. Aku harus pandai-pandai mengatur keuangan kami sampai nanti Mas Kamil selesai kuliah dan bekerja.”

“Mbak ngerti, kalian berdua juga sedang berjuang. Ini ATM cadangan Mbak, kamu pegang saja untuk kebutuhanmu dan juga Ibu.”

“Mbak, Mbak gak akan cerai dengan Mas Khalid, kan?”

“Hmm … kalau itu Mbak lakukan, artinya Mbak menyerahkan Mas Khalid dan juga harta kami pada orang yang salah. Kamu bantu Mbak, ya! Mbak harus dapatkan kembali semua yang menjadi milik Mbak.”

“Iya, Mbak. Mas Khalid keterlaluan sekali. Gara-gara wanita itu, tega menelantarkan Ibu dan juga menyakiti hati Mbak Widya.”

“Kamu bantu Mbak, Mbak ada rencana yang sedang Mbak susun. Kita jangan sampai ketahuan. Pokoknya Mbak akan rebut kembali semuanya. Tapi Mbak juga tak mau menyakiti Frisca secara fisik. Biar bagaimanapun dia itu perempuan yang sedang mengandung.”

“Mbak, seandainya aku jadi Mbak, udah aku usir si Frisca dari dulu.”

“Permainannya sangat halus. Dia membantu penjualan toko, omset penjualan memang melonjak drastis semanjak ia Mbak pekerjakan di kantor. Dia punya kenalan banyak bos-bos kaya. Pastinya ia juga punya sejuta cara untuk merayu calon konsumen, karena memang itu keahliannya.”

“Mas Khalid kenapa bisa sebodoh itu? Aku geram, Mbak. Rasanya aku tak percaya Masku itu bisa melakukan hal ini. Menikah lagi dengan perempuan lain, ya ampun ….”

“Bukan cuman kamu yang berpikir demikian. Rasanya hati Mbak ini hancur saat tahu semua ini. Mbak hanya belum mampu memberinya anak, itulah alasannya mendua.”

“Mbak, mereka hanya menikah siri, kan?” Aku mengangguk.

“Kalau menikah resmi, mereka harus minta surat persetujuan dari Mbak sebagai istri pertama. Tapi mereka tak melakukannya.”

“Mbak, kekuatan hukum pernikahan mereka gak kuat. Lagian, Mbak, apa Mbak yakin kalau itu anaknya Mas Khalid?”

Deg! Seketika jantungku seperti tersadar.

“Kenapa kamu berpikir begitu? Mbak malah gak kepikiran kesitu, Dek!”

“Mbak, sebaiknya kita selidiki. Aku juga akan berkonsultasi dengan suamiku, dia mengerti soal hukum-hukum. Jangan sampai Frisca mengambil harta kalian dan membuat rumah tangga kalian hancur.”

“Kamu benar. Satu hal yang kamu belum pernah tahu, Dek. Frisca itu dulunya wanita penjual diri.”

“Hah? Apa? Friska itu pela ….”

“Sudah, jangan dilanjutkan. Mbak juga salah, terlalu iba pada wajahnya yang memelas memohon pertolongan waktu itu.”

“Ya ampun, Mbak! Mas Khalid benar-benar bodoh! Apa kurangnya Mbak Widya? Mbak jauh lebih ayu daripada Frisca. Apa matanya sudah buta?”

“Bukan matanya, tapi hatinya. Rahasia ini Mbak simpan rapat-rapat karena Mbak tak mau orang lain tahu latar belakang seorang Frisca. Tap Mbak terpaksa beritahu kamu, Mbak butuh bantuanmu.”

“Oke, Mbak. Aku siap kapanpun Mbak butuh bantuan. Kita harus selidiki siapa sebenarnya si Frisca itu. Aku gak rela dia jadi benalu dalam rumah tangga kalian.”

“Terima kasih, ya, Dek. Mbak titip Ibu. Kalau butuh apa-apa, langsung hubungi Mbak saja. Jangan lagi minta pada Mas Khalid. Sekarang ponsel pribadinya pasti dikuasai Frisca. Mas Khalid cuma bawa ponsel khusus urusan bisnis saja.”

“Baik, Mbak.”

Aku pun kembali ke kamar Ibu untuk pamit. Kukatakan padanya agar tak perlu mengkhawatirkan kami. Kami berdua baik-baik saja, dan urusan bisnis juga masih lancar. Ibu tersenyum dan mencium pipiku penuh rasa sayang.

Setidaknya aku masih punya kekuatan tambahan untuk membalas semua yang telah dilakukan oleh Frisca. Tunggu saja waktunya. Saat ini aku tak akan menyentuhnya karena ada janin di dalam rahimnya.

***

Sampai kembali di rumah, kutemukan Frisca sedang menggendong seekor kucing berwarna abu-abu. Entah sejak kapan ia membawa serta hewan peliharaannya itu. Ia mengenakan dres selutut tanpa lengan. Perutnya membuncit dengan jelas. Kuperkirakan usia kandungannya sekitar enam bulan.

“Mbak, dari mana, sih?”

“Apa perlunya kamu tahu?” ujarku sambil berlalu dari hadapannya.

“Makanan kucing aku habis, apa Mas Khalid gak nelpon Mbak suruh belikan?”

“Enggak!” jawabku ketus.

“Kalau suami nelpon itu diangkat, Mbak!”

“Aku tadi lagi nyetir, gak dengar kalau Mas Khalid nelpon. Hape aku di dalam tas, di jok belakang!”

“Jadi gimana, dong? Masak kucing aku ini harus kelaparan?”

“Ya kamu pesan online aja, lah! Gitu aja kok repot!”

“Makanan kucing aku ini khusus, Mbak! Cuma di jual di toko. Gak dijual online!”

“Ya udah, pergi aja sendiri!” ketusku sambil melepas sepatu, dan meletakkannya di rak.

“Aku kan hamil, sama Mas Khalid gak boleh keluar rumah! Aku ini istri yang patuh, Mbak! Gak kayak kamu!”

“Emangnya aku kenapa?” tantangku sambil menatap matanya dan berjalan mendekatinya.

“Ya, kamu suka bantah suami!” ujarnya tanpa rasa takut.

“Bantah suami? Siapa yang bilang?”

“Mas Khalid!”

“Oh, jadi Mas Khalid bilang begitu padamu? Bagus sekali!” ujarku sambil bertepuk tangan.

“Iya, makanya Mas Khalid berpaling padaku, karena aku ini jauh lebih lembut daripada kamu, Mbak!”

“Oh, ya? Tau apa kamu tentang sifat saya? Berapa lama kita kenal?” ujarku lagi sambil berjalan semakin memepet tubuhnya. Frisca terlihat mulai ketakutan.

“Kamu mau ngapain, Mbak! Jangan macam-macam, ya! Aku aduin sama Mas Khalid nanti kamu!”

“Aduin aja!” ujarku sambil merampas kucing dalam gendongannya, lalu kubawa berjalan ke arah dapur.

“Mbak, mau kamu apain kucing aku?” teriaknya sambil mengekor di belakangku.

“Kucingmu lapar, kan?” tanyaku sambil berbalik. Sontak Frisca pun berhenti dengan wajah kebingungan.

“I-iya.”

Aku melanjutkan langkah kakiku ke dapur, meminta izin pada Mbok Jum.

“Mbok, goreng ikan asin hari ini?” tanyaku pada Mbok Jum yang sedang memasak makan siang. Mbok Jum punya makanan kesukaan yaitu ikan asin.

“Iya, Nyah!”

“Mbook, jangan panggil Nyah lagi! Mbok ini selalu saja lupa.”

“Abisnya Mbak Wid mirip sekali dengan Almarhumah Ibu.”

“Sudah, panggil Wid saja!”

“Kalau di depan Bapak, Mbok gak berani panggil nama, Mbak.”

“Ya sudah, Mbak saja.”

“Baik.”

“Mana ikan asinnya, Mbok?”

“Ini, Mbak.” Mbok Jum menyerahkan sepiring kecil ikan asin goreng.

“Pegangin kucingnya, Mbok!”

“Mbok takut dicakar, Mbak.”

“Enggak.”

Dengan takut-takut Mbok Jum menerima kucing milik Frisca. Aku mengambil nasi dan melumatkan ikan asin itu dengan nasi.

“Mbak, mau kamu kasih makan apa si Gerry?” Frisca yang sejak tadi mengamati langsung panik saat tahu nasi ikan asin itu untuk kucingnya.

“Ikan asin!” jawabku santai.

Piring berisi nasi ikan asin aku letakkan di bawah, lalu Gerry aku ambil dari tangan Mbok Jum.

“Nih, Gerry! Mulai sekarang kamu makan ikan asin saja.”

“Mbak, jangan! Kucingku gak biasa makan ikan asin!”

“Halah!” jawabku santai. Kulihat Gerry mengendus makanan dalam piring, lalu tanpa terduga langsung memakannya dengan lahap. Entah karena lapar atau memang aslinya dia doyan.

“Gerry … jangan!” Frisca berlari hendak mengambil Gerry. Namun langkah kakinya aku cegah dengan kakiku.

“Eeh, gak usah berisik. Kamu mau kucingmu mati kelaparan karena tuannya malas membelikan makanan?”

“Mbak, entar kalau Gerry mati gara-gara makan ikan asin gimana?”

“Hilih! Kamu gak usah sok manjain kucing itu. Buktinya dia makan dengan lahap!”

“Aduh, Gerry! Jangan dimakan, sayang! Nanti kamu sakit perut!”

“Ya elah, lebay amat kamu, Fris! Kamu tau, gak? Kucing itu sama kayak Mas Khalid. Udah bosen kali dia makan makanan bermerek dan mahal, diam-diam dia juga doyan ikan asin!”

“Maksud kamu apa, Mbak?”

“Kamu ikan asinnya!” ujarku sambil menunjuk jidatnya yang glowing akibat skincare dan perawatan mahal.

Aku meninggalkannya di dapur bersama kucingnya yang kekenyangan, kulihat Mbok Jum mengulum senyum sambil diam-diam mengacungkan jempolnya padaku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
mantan PEL*CUR gayanya kayak orang gedongan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 4

    Part 4“Gerry … awas kamu, Mbak! Kalau sampai kucing aku mati, aku aduin kamu sama Mas Khalid biar kamu dimarahin!” ancam Frisca.“Kalo si Gerry mati ya tinggal dikubur,” jawabku santai. Kulihat wajah Frisca menggeram marah. Jangan kau pikir kau bisa mengintimidasi aku, Frisca! Kamu yang tidak selayaknya ada di rumah ini. Tunggu saja waktunya.“Lihat saja nanti, aku akan jadi satu-satunya nyona besar di rumah ini,” ujarnya ketus.“Tidur dulu sana! Abis itu ngimpi!” sahutku tak kalah ketus. Frisca menghentakkan kaki kemudian pergi masuk ke dalam kamarnya. Paling juga mau ngadu. Silahkan, aku tak takut.Aku mengajak Mbok Jum makan siang bersama. Lebih baik makan bersama Mbok Jum daripada dengan si Frisca sialan itu. Ponsel di samping piringku berdering. Nomor kantor Mas Khalid memanggil.‘Mau apa lagi nelpon-nelpon? Udah dapat aduan dari istri muda?’

    Last Updated : 2021-06-19
  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 5

    Part 5Selanjutnya aku langsung mengatur rencana untuk malam nanti. Semuanya sudah aku jabarkan pada Mikha melalui pesan di aplikasi hijau. Mikha sudah mengerti apa yang harus ia lakukan jika nanti malam aku memberinya kode, maka ia harus meneleponku.Selesai sholat isya, Mas Khalid dan juga Frisca belum juga kembali ke rumah. Entah kemana mereka. Jam sepuluh malam barulah kulihat sorot cahaya lampu mobil Mas Khalid memasuki halaman. Aku langsung mengirim chat pada Mikha.“Mas Khalid sudah pulang. Standby!”“Oke, Mbak!” balasnya tak lama kemudian.Kulihat Frisca bergelayut manja di lengan Mas Khalid sambil menenteng begitu banyak belanjaan. Ooh, ternyata mereka habis pulang dari shopping. Bukan main, royal sekali Mas Khalid pada istri barunya itu.“Baru pulang, Mas?” tanyaku.“Iya, abis nemenin Frisca belanja kebutuhan bayi. Fris, kamu masuk ke kamar! Mas mau mandi!

    Last Updated : 2021-06-19
  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 6

    Part 6“Mas, bangun!” ujarku subuh itu, sambil mengguncang tubuh Mas Khalid.“Ah! Apa, sih, Wid?” ujarnya sambil menggeliat malas.“Bangun! Sholat subuh!”“Duuh, kamu ganggu aja, sih? Masih ngantuk tau? Semalam gak bisa tidur!”“Gak bisa tidur? Ngorok sampai saat ini itu apa namanya gak bisa tidur? Kamu lupa kewajibanmu, Mas? sholat, Mas!”“Kamu duluan aja, deh!”“Mas! kamu bener-bener berubah total sekarang! Bahkan sholat pun kamu sengaja lalai!”“Udahlah, kamu kalau mau sholat, sholat aja sendiri! Gak usah maksa-maksa!”“Bener-bener kamu, Mas! belum dapat azab aja kamu!” ujarku kesal. Aku sudah sengaja membangunkannya setelah aku selesai sholat, nyatanya masih saja malas.Aku bergegas ke dapur menemui Mbok Jum. Sarapan sedang dimasak

    Last Updated : 2021-06-19
  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 7

    Part 7PoV Frisca“Aaarggghh … keseeeelll …. Mas Khalid bener-bener keterlaluan. Masa iya pagi-pagi begini aku sudah dipaksa keluar dari rumah." Kulihat supir Mas Khalid sekilas melirikku dari pantulan kaca spion.“Mbak, mau saya anter kemana?” tanyanya takut-takut. Pastinya dia takut melihat wajahku yang masih acak-acakan dan marah.“Ke hotel dekat kantor Mas Khalid saja!” jawabku ketus. Sialan! Aku cuma bawa ponsel, gak sempat bawa dompet. Udah bagus aku bela-belain bangun pagi supaya Mas Khalid gak tahu kalau tadi malam aku dugem. Ya abisnya aku kesel, lah. Mas Khalid gak percaya waktu aku bilang aku kehilangan perhiasan itu, dan dengan entengnya Mas Khalid marah-marah gara-gara aku keceplosan. Iiiih … ini semua pasti ulah Mbak Widya.Aku benci kesepian. Dulu, saat masih menjadi wanita simpanan, aku tak bebas. Hanya keluar sesekali bersama Mas Khalid. Aku hanya bisa keluar jika Mas

    Last Updated : 2021-06-19
  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 8

    Part 8“Aamiinn ….” Aku sengaja menyahuti ucapan Mikha supaya Ibu merasa senang.“Ya sudah, aku mau langsung balik aja, ya, Mbak, Mas! soalnya mau packing barang-barang aku sebelum berangkat besok. Aku titip Ibu. Aku janji, kalau nanti udah balik lagi ke Indonesia, Ibu aku yang rawat.” Mikha berkata dengan raut wajah sumringah. Sudah berhasil mengambil alih barang-barang mahal milik Frisca, plus dapat uang saku dari Mas Khalid. Lebih baik begitu, kan? Uangnya untuk keluarga sendiri.“Kamu hati-hati, ya, Kha! Gak usah khawatir, Ibu pasti betah di rumah ini. Mbak yang akan mengurus semua keperluan Ibu.”“Duuh … makasih banyak, ya, Mbak Wid. Mbak baik banget, deh. Gak salah Masku milih Mbak jadi istri. Udah cantik, baik, lembut. Pokoknya kebangetan kalau sampai Mas Khalid tega melirik perempuan lain. Itu gak boleh terjadi. Ya, kan, Mas?” ucap Mikha, membuat Mas Khalid semakin k

    Last Updated : 2021-06-19
  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 9

    Part 9PoV FriscaMas Khalid bener-bener kelewatan. Sudah hampir satu minggu aku diasingkan di hotel ini. Dia cuma datang satu kali, pagi saat aku dipaksa keluar dari rumah. Dia membawakan beberapa potong pakaian untuk ganti diriku selama mengungsi. Dia bilang ibunya akan tinggal selama dua minggu di rumahnya. Sial!Satu minggu ini dia susah banget dihubungi. Aku datangi ke kantor, tapi ternyata semua orang sedang sibuk mempersiapkan sebuah event yang akan diadakan oleh toko. Mbak Widya setiap hari datang ke kantor. Kalau aku nekat masuk kantor dengan membawa perut buncit ini, apa kata orang-orang nantinya? Mereka memang tahu aku istri siri bosnya, tapi masa pernikahan kami belum ada tiga bulan, pastinya mereka akan mencemooh aku. Apalagi disana selalu ada Mbak Widya. Pasti mereka jadi berani padaku. Aaarrgghh … sial benget, sih!Mas Khalid juga sama, setiap kali aku hubungi, selalu saja jawabannya sedang sibuk. Usai jam kantor juga d

    Last Updated : 2021-06-19
  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 10

    Part 10“Mengapa sulit sekali meminta pengertian darimu, Widya?” ucap Mas Khalid, suaranya ditekan serendah-rendahnya.“Karena kamu sudah mengkhianati aku, Mas. Kamu selingkuh! Pengertian seperti apa yang kamu maksud? Apa kamu pengertian padaku sehingga aku harus membalasnya dengan pengertian juga?”“Widya .. please … terima saja Frisca! Kalau perlu, kamu bujuk Ibu supaya Ibu juga bisa menerima Frisca. Ibu sebentar lagi akan menggendong cucu, anakku! Pasti Ibu akan senang. Itu impian Ibu yang tak bisa kamu wujudkan.”“Masih saja menyalahkanku untuk menutupi kesalahanmu sendiri, Mas! nanti, setelah anak itu lahir, kita lakukan tes DNA. Kalau memang dia anak kandungmu, barulah kamu bicara soal pengertian!”“Apa maksud kamu, Wid?”“Mas, apa kamu yakin Frisca mengandung anakmu?”“Yakin! Meskipun awalnya merasa dijebak, tapi Mas

    Last Updated : 2021-06-19
  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 11

    Part 11PoV FriscaAduuh … kenapa pula aku ini? Kenapa sampai keluar darah begini, sih? Pasti ada apa-apa. terpaksa aku menghubungi pihak hotel untuk meminta bantuan. Biar bagaimanapun, aku tak mau sampai anak ini kenapa-napa. Dia satu-satunya alat yang bisa membuatku memiliki Mas Khalid sepenuhnya. Setelah anak ini lahir ke dunia, aku akan meminta Mas Khalid menceraikan Mbak Widya. Anak ini harus bisa diselamatkan.Tak menunggu lama, akhirnya petugas hotel datang, dan aku langsung meminta untuk diantarkan ke rumah sakit paling bagus di kota ini. Aku langsung masuk IGD.Mas Khalid yang dihubungi oleh pihak rumah sakit juga langsung datang menemuiku. Aku sengaja berpura-pura marah padanya.“Kamu kenapa bisa sampai seperti ini, sih, Fris?” ujarnya sesaat setelah ia tiba. Dokter yang menanganiku tahu kalau aku begini karena kebanyakan meminum alkohol tapi aku memintanya untuk tidak memberitahukan hal itu

    Last Updated : 2021-06-19

Latest chapter

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 26 (End)

    Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 26Mas Khalid semakin kalap mengetahui semuanya. Kami memang terlambat mengecek rumah Ibu, sebab terlalu sibuk mengurus dan menjaga Ibu di Rumah Sakit. Sekarang, Frisca entah dimana keberadaannya. Tapi aku yakin, bersembunyi di lubang semut pun, pasti kamu akan bisa aku temukan!“Ibu, maafkan Khalid. Gara-gara Khalid, Ibu harus ikut menanggung akibatnya.” Mas Khalid meratap di tepi ranjang perawatan Ibu.“Mas, aku dan Mas Kamil sudah membuat laporan ke kepolisian. Aku pastikan, Frisca akan mendapatkan balasan dari perbuatannya!” ujar Mikha.“Kalau waktu bisa diulang, Mas pasti tidak akan mau kenal dengan Frisca! Mas menyesal! Semua masalah yang datang pada keluarga kita, semua akibat Mas yang bermain api dengan Frisca.”“Sudahlah, Mas. Semua orang pasti punya kesalahan, yang penting saat ini adalah, kita fokus pada kesembuhan Ibu, dan secepatnya

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 25

    Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 25PoV FriscaHahahaha … mereka pikir aku perempuan bodoh yang mudah menyerah begitu saja? Meski Mas Khalid marah dan mengusirku saat itu, tapi aku tak akan begitu saja tinggal diam pada semua perlakuan buruknya padaku. Masih sakit hatiku saat Mas Khalid mengusirku waktu itu. Padahal dia tahu, hujan turun dengan derasnya. Aku didorong keluar gerbang pagar rumahnya seperti anjing jalanan. Dia lebih khawatir pada perempuan itu. Dibopongnya tubuh Mbak Widya masuk ke dalam rumah.Kalau kamu bisa menyakitiku seperti aku ini seorang penjahat, baik! Aku akan benar-benar menjadi jahat. Apa kamu lupa, Mas? dulu kamu bersimpuh di kakiku, sekarang kau campakkan aku begitu saja. Aku tahu, kau itu laki-laki yang takut miskin! Padahal kau bisa memiskinkan istrimu itu dan hidup bahagia bersamaku. Dasar laki-laki tak berpendirian kamu, Mas!Kamu akan merasakan sakitnya nanti. Aku bergegas pulang ke rum

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 24

    Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku.Part 24Frisca benar-benar gila, ditengah derasnya hujan yang mengguyur bumi, dia nekat berlari keluar dengan membawa bayinya. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, sampai tega hendak mencelakai anaknya sendiri.Untungnya Mas Khalid sudah siaga dengan memerintahkan security untuk menutup gerbang. Frisca terjebak, dan aku bisa menangkap rambutnya.Frisca berteriak kesakitan, namun dia masih saja meronta saat aku hendak mengambil Andra dari tangannya. Bukannya diberikan, Frisca malah dengan sengaja melemparkan anak itu ke dinding tembok pos security. Seketika darahku seperti berhenti mengalir melihat tubuh kecil itu membentur dinding. Kesadaranku pun seketika hilang. Allah ….Saat tersadar, aku sudah ada di dalam kamar. Bajuku sudah berganti, dan hal pertama yang aku ingat adalah Andra.“Mas! mana Andra? Dimana Andra, Mas?” tanyaku panik. Mas Khalid sedang duduk men

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 23

    Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 23PoV FriscaMbak Widya benar-benar susah ditaklukkan. Ibuk juga selalu aja nolak kalau aku menyuruhnya mengambil barang-barang berharga di rumah itu. Ibuk bener-bener gak bisa diajakin kompromi. Rasanya aku gak betah tinggal di rumah Ibuk. Belum lagi si Ferdy sifatnya selalu saja sinis kalau aku minta uang sama Ibuk.“Ibuk belum gajian, Fris. Mungkin lusa. Itupun Ibuk untuk bayar sewa rumah sama sekolahnya Ferdy, Nak.”“Alesan banget, sih, Ibuk?”“Ngapain Ibuk bohong sama kamu?”“Emang Ibuk digaji berapa sama Mbak Widya?”“Empat juta.”“Cuma segitu? Kok Ibuk mau, sih?”“Itu sudah tinggi, Nak. Sebelumnya Ibuk hanya digaji dua setengah juta.”“Ibuk yang bod**! Ibuk bisa minta gaji lebih tinggi. Masak iya ngurusin anak cacat begitu gajinya cuma segitu?”

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 22

    Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 22Hari ini kami akan kembali ke rumah. Aku menjemput Bu Tini di rumahnya. Kulihat wajah Bu Tini lesu tak seperti biasanya.“Bu, Ibu sakit?” tanyaku saat kami sudah tiba di rumah.“Enggak, Mbak. Saya cuma lagi sedih.”“Sedih kenapa, Bu? Cerita sama saya!”“Mbak Wid, sekarang Frisca anak saya ada di rumah saya. Saya ingin kami hidup damai, berkumpul seperti dulu.”“Frisca di rumah Ibu? Tapi tadi saya gak lihat?”“Iya, dia sembunyi di dalam kamar. Saya ingin Frisca berubah jadi anak baik. Frisca memaksa saya supaya bisa membantunya rujuk dengan Pak Khalid. Saya gak mungkin meminta Mbak Widya untuk menerima dia kembali ke rumah ini. Frisca itu terlalu berambisi, Mbak. Saya bingung.”“Ibu tahu, kan? Frisca sudah dicerai oleh Mas Khalid. Itu bukan atas paksaan saya, tapi atas dasar kemauan Mas

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 21

    Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 21PoV FriscaKenapa, sih, hidupku ini sial banget? Sampai-sampai teman lama semuanya pergi menjauh. Mana sekarang uang yang aku punya udah semakin menipis. Semua ini gara-gara Mbak Widya! Geramnya hatiku, sampai-sampai kedua tanganku mengepal keras menahan kesal.Kemana lagi aku akan pergi? hape sudah hancur sejak di rumah Jessica. Aku bakalan inget sama semua orang-orang yang udah bikin hidupku sengsara. Awas aja nanti, aku bakalan bales kalian satu persatu.Tiba-tiba terlintas sebuah ide dalam benakku. Yess! Aku akan pergi ke rumah Mikha untuk mengambil kembali barang-barang mahal milikku yang dulu diambilnya. Dasar adik ipar tak tahu sopan santun, seenaknya saja membawa habis semua barang branded yang aku punya.Aku menghentikan taksi lalu pergi menuju rumah Mikha. Sampai di sana, kulihat suasana rumah sangat sepi. Pasti Mikha sedang sendirian di dalam rumah sekarang.Tok tok tok!A

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 20

    Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku Part 20 Aku menyibak tirai penutup kaca yang menghadap tepat ke jalan. Mataku mengikuti gerakan kemana wanita yang mengaku bernama Melisa itu melangkah. Dugaanku, dia pasti ada hubungannya dengan Frisca. Benar saja, mataku menangkap bayangan dua wanita di seberang sana. Meski tampaknya Frisca menyamar dengan menggunakan pakaian yang tertutup, namun gerak-geriknya sangat ketara. Dia merencanakan siasat busuk untuk mengelabuiku. Mencari keuntungan dengan cara kotor. “Kamu perhatikan dua perempuan di seberang sana, Mas! aku yakin, perempuan tadi adalah orang suruhan Frisca!” Mas Khalid melihat ke arah yang aku tunjuk. “Benar-benar bikin pusing kepala!” ucap Mas Khalid sambil mengusap dagunya dengan kasar. “Nada bicaramu sepertinya masih gak rela kalau aku membuka semua kebusukan Frisca.” “Sudahlah! Semakin kamu tunjukkan semuanya, sama artinya kamu sedang mengolok-olok aku, Wid.”

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 19

    Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku Part 19 PoV Frisca Sial sial siaaalll! Mbak Widya itu benar-benar licik. Sengaja ia meminta cerai dari Mas Khalid dan memancing dengan cek senilai satu milyar. Nyatanya itu cuma akal-akalan dia saja untuk membuatku terusir dari rumahnya. Bodohnya lagi, ternyata Mas Khalid malah memilih mempertahankan rumah tangganya bersama Mbak Widya. Bagai kerbau dicocok hidungnya. Mas Khalid malah mengucapkan kata cerai padaku. Awalnya kupikir aku tak akan rugi karena aku sudah mendapatkan uang satu milyar itu. Tapi ternyata dugaanku meleset jauh. Cek itu tak bisa dicairkan meski satu rupiah pun. Kali ini aku masuk dalam perangkap yang dibuat oleh Mbak Widya. Benar-benar licik! Tapi tunggu dulu, bukan Frisca namanya kalau kehabisan cara untuk mencari keuntungan. Aku sudah pernah merasakan pahitnya hidup miskin akibat usaha Ayahku yang mengalami keterpurukan hingga bangkrut total. Aku tak mau itu terulang l

  • Aku Lebih Cantik dari Gundik Suamiku   Bab 18

    Aku Lebih Cantik dari Gundik SuamikuPart 18“Dimana dia?” tanyaku pada karyawanku yang terlihat cemas menunggu di depan toko. Keributan itu pastinya sudah membuat pengunjung merasa tak nyaman. Bisa bahaya, reputasi tokoku akan rusak gara-gara ulah Frisca.“Di ruangan atas, di ruangan Bu Frisca dulu, Bu! Dia dijaga ketat dua security kita.”“Oke, saya ke atas sekarang!”Aku membisiki Irvan, karyawanku di bagian toko untuk memberikan pengumuman agar pelanggan tidak berpikiran negatif.“Baik, Bu!” ujarnya cepat.“Ayo ke atas, Mas!” Mas Khalid mengangguk.“Mohon maaf untuk pelanggan setia toko kami. Hari ini kebetulan kami sedang mengadakan promo, semua produk kami berikan diskon sepuluh persen tanpa batas minimal belanja, ya! Khusus untuk yang belanja senilai sepuluh juta ke atas, otomatis akan menjadi member di toko ini, dengan keuntungan mendapatkan diskon spesia

DMCA.com Protection Status