Share

Bab 650

Penulis: Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 18:00:01
Setelah mendengar ini, Raja Emino merenung sejenak, "Tapi akan lebih baik kalau dia mati, kesalahan langsung jatuh pada Keluarga Septa. Linda serakah dan takut mati, tapi juga licik. Selain itu, dia juga sangat dibenci, takutnya sulit bagi orang untuk memercayai ucapannya. Terlebih lagi, Keluarga Septa telah menjaga Kota Uldi selama bertahun-tahun dan tidak pernah membunuh warga sipil. Kalau seseorang membuat keributan besar untuk membersihkan nama baiknya, dia bisa disingkirkan dari masalah ini."

Raja Linuta berkata, "Tapi tujuan kita bukan untuk membunuh Keluarga Septa. Kita hanya perlu menyuruh Kota Uldi mengubah jenderalnya. Begitu Keluarga Septa menarik diri dari sana, atur bawahan kita untuk menjaga Kota Uldi. Sekarang Petrus belum memihak pada kita, jadi kita harus merebut Kota Uldi. Selama kita mengendalikan pasukan besar di dua tempat atau tertunda karena perang, kita bisa memulai pemberontakan petani di berbagai tempat sesuai rencana awal dan membuat Kaisar menyulut amarah ra
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 651

    Di Taliani, Andi pergi menemui paman guru dengan sepucuk surat, "Paman, Alfred mengirimkan surat yang mengatakan kalau dia memintaku pergi ke ibu kota dan ada sesuatu yang membutuhkan bantuanku."Paman guru bermeditasi, memejamkan mata dan tidak menjawab.Dia sudah lama marah dan masih marah sampai sekarang. Dia tidak mau berbicara dengan siapa pun, juga tidak akan membiarkan siapa pun turun gunung.Oleh karena itu, kini beberapa orang yang biasa pergi keluar gunung terjebak di sini. Mereka yang sudah keluar tapi belum kembali juga tidak berani kembali, seperti menghilang tanpa jejak, misalnya Desni.Sebelum pergi ke Manuel, paman guru berulang kali memerintahkan untuk jangan membangun rumah di Gunung Belin karena dia punya rencana untuk membangun gedung pengamatan setinggi lima lantai, bisa untuk mengamati bulan atau menikmati bintang. Karena melatih teknik meringankan tubuh adalah yang paling berguna, tetapi yang lebih penting adalah dia punya alasan lain.Awalnya paman guru berencan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 652

    Tuan Axel juga tahu ini akan lebih sulit. Dia berpikir sejenak dan berkata, "Begini saja, aku akan menggambar perkiraannya, lalu menjelaskan detailnya."Andi menatapnya dan bertanya, "Kamu tidak ingat seperti apa rupanya, 'kan?"Tuan Axel terlihat agak sedih, "Aku selalu mengira aku tidak akan pernah melupakannya, tapi sekarang setelah mengingat penampilannya dengan hati-hati, yang ada hanya wajah tersenyum dan adegan dia berlari ke arahku sambil memanggilku kakak, tapi aku tidak bisa mengingat sesuatu yang spesifik tentang penampilannya tidak peduli seberapa keras aku berusaha.""Kalau begitu kamu sendiri tidak bisa menggambarnya." Andi berkata, "Jangan salahkan dirimu sendiri. Melupakan setelah lebih dari sepuluh tahun adalah hal yang wajar. Ditambah dengan kenangan menyakitkan, otak kita cenderung menghindari hal yang menyakitkan. Mengingatnya kembali hanya akan membuatmu sedih dan lambat laun akan membuatmu melupakannya."Dia menepuk bahu Tuan Axel, "Tapi kalau dia yang masih kecil

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 653

    Hari ini beberapa orang datang, Arnesa buru-buru mengganti pakaiannya dan keluar menemui mereka.Nyonya Kartika melihat wajahnya dan merasa lega. Sepertinya anak itu baik-baik saja. Wajahnya terlihat lebih cerah darinya.Setelah menyapa dan duduk, Nyonya Kartika bertanya sebelum mengetahui kalau dia baru saja berlatih seni bela diri dengan Kak Cadas.Nyonya Kartika berpikir di dalam hati, 'Memang benar berada di lingkungan tertentu memang akan memengaruhi seseorang. Sekarang putri keluarga bangsawan pun ikut berlatih seni bela diri.'Arnesa tersenyum malu-malu, "Mengingat aku akan bosan untuk waktu yang lama, aku pun berlatih seni bela diri dengan Kak Cadas, tapi itu tidak akan dihargai orang lain."Nyonya Kartika berkata dengan lugas, "Berlatih seni bela diri memang akan sulit untuk dihargai orang, tapi itu juga hanya kamu seorang. Jangan pedulikan mereka. Lakukan saja apa pun yang membuatmu senang."Dayang Gita terbatuk. Bukankah ini memalukan? Sebagian besar orang yang hadir adalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 654

    Setelah menghabiskan waktu lama di tempat Arnesa, Kak Cadas menyuruh semua orang keluar. Dia bilang putri harus istirahat dan hujan telah berhenti, jadi semua orang harus pulang.Tuan Muda Keenam menghela napas lega, kemudian memegang tangan Nina dan berjalan ke depan dengan langkah cepat. Saat berjalan, dia menyadari kalau sikapnya tidak sopan dan buru-buru berdiri diam dan melangkah ke samping, menunggu ibu mertua dan kakak iparnya pergi dulu.Nyonya Kartika menatap menantunya dan diam-diam menghela napas, bodoh sekali. Saat menikah, kulitnya putih bersih. Akan tetapi, sekarang kulitnya begitu gelap. Nina juga terlihat semakin gelap. Orang yang tidak tahu akan mengira dia menikah dengan seorang petani.Itu juga karena Nina menyukainya. Untung saja dia adalah putra dari Keluarga Akbar yang merupakan bonus.Intan ada di belakang, memperhatikan mereka berjalan bergandengan tangan dan merasakan pasangan muda itu memiliki hubungan yang baik. Tiba-tiba mereka berhenti, lalu dia dan Alfred

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 655

    Andi mengangkat kepalanya dan berkata, "Kalian keluarlah dulu, hal ini tidak mungkin bisa diselesaikan dengan cepat. Masih ada banyak yang perlu disesuaikan dengan perlahan dan mungkin saja harus menggambar 10 sampai 20 lukisan."Alfred sedikit tertegun saat melihat lukisan wanita dewasa yang diletakkan di atas kursi, Alfred merasa lukisan ini mirip dengan ibu mertuanya, yang merupakan ibu Intan.Hanya saja, lukisan ini tidak mirip dengan ibu mertua yang dia temui sebelum pergi berperang ke Manuel, melainkan ibu mertua yang dia temui saat masih remaja.Pada saat itu ibu mertuanya memiliki wajah yang lebih bulat dan senyumannya terlihat sangat lembut."Ayo pergi," ucap Intan sambil mengulurkan tangan untuk menarik ujung lengan pakaian Alfred.Alfred menunduk untuk menatapnya, "Intan, kamu tidak merasa dia mirip dengan seseorang?""Mirip siapa?" tanya Intan. Intan kembali menatap lukisan itu dan tidak merasa lukisan itu mirip dengan seseorang.Alfred segera mengganti ucapannya saat mende

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 656

    Intan merasa sedikit terkejut, "Tuan Axel juga punya mata-mata di Kediaman Jenderal?""Betul sekali, Tuan Axel bahkan punya banyak mata-mata di setiap kediaman di ibu kota. Tapi tidak semuanya bisa berbaur dengan baik.""Kenapa kamu tidak langsung kasih tahu dia dan kenapa kasih tahu aku?"Ranto berkata, "Tuan Axel terus berada di dalam ruang kerja sejak Kak Andi datang, aku berpikir bahwa Tuan Axel pasti mematuhi ucapan Raja. Lagian, bukankah kamu hanya perlu kasih tahu Raja?"Intan merasa sangat terkejut dan berkata, "Kenapa mata-mata harus melapor padamu? Apakah kamu bertanggung jawab atas hal ini? Tidak disangka Tuan Axel begitu percaya padamu?"Ranto berkata dengan bangga, "Tentu saja, apakah kamu kira aku hanya seorang pelatih? Tuan Axel bilang kalau aku terlihat ceroboh, tapi aku sangat teliti dalam hal pekerjaan, jadi Tuan Axel menyerahkan masalah mata-mata padaku."Ranto keluar sambil melakukan lompat terbalik.Intan tercengang pada saat ini, Intan selalu merasa Ranto masih se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 657

    Alfred pergi ke Kejaksaan Agung pada keesokan harinya, Intan pergi ke ruang kerja dan melihat Kak Andi serta Tuan Axel masih belum keluar, jadi Intan menyuruh seseorang untuk membawa makanan ke dalam dan Intan tidak masuk untuk mengganggu mereka.Marsila datang dan mengajak Intan untuk berbicara, Intan mengangguk dan berkata, "Ayo sekalian antar Erik ke akademi."Harpy dan Erik telah menjadi teman dekat pada saat ini, Harpy belajar banyak hal dari Tuan Muda meskipun tidak memiliki syarat untuk bersekolah.Suasana di dalam kereta sangat ramai sepanjang jalan, Intan hanya mendengar sambil tersenyum dan terkadang mengucapkan beberapa kata. Kereta kuda berganti arah setelah sampai di akademi dan berhenti di depan kedai teh yang terkenal di ibu kota.Mereka berdua tidak langsung duduk setelah memasuki kedai teh, melainkan keluar dari pintu samping dan berjalan menuju Gang Keni setelah melewati beberapa jalan.Marsila berhenti di depan sebuah kediaman dan mengetuk pintu, pintu terbuka setela

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 658

    Mata Leolina berkaca-kaca, "Ayah, aku rela mati jika bisa menolong Ibu dan menghancurkan wanita kejam itu."Pangeran Rafael mengulurkan tangannya untuk menyuruh Leolina mendekat dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Dasar gadis bodoh, Ayah melakukan ini karena berharap kita bisa hidup dengan baik dan tidak butuh siapa pun untuk mengorbankan nyawa mereka.""Ayah!" ucap Leolina sambil berlutut di tanah, lalu meletakkan kepalanya di pangkuan Pangeran Rafael dengan rongga mata yang memerah. "Aku sudah lama menunggu hari ini datang dan berharap Ayah serta Ibu bisa selamat, berharap aku dan Kakak bisa menemani kalian sampai tua."Rongga mata Pangeran Rafael juga sedikit memerah dan berkata sambil mengelus rambut Leolina, "Berdirilah dan jangan buat Nyonya menertawaimu. Kamu sudah dewasa tapi masih bersikap seperti anak kecil."Leolina menyeka air matanya dan berdiri, "Maafkan tindakanku, Nyonya."Intan tidak mengatakan apa pun dan hanya berkata dengan datar, "Bagaimana kalau Pangeran kasih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status