Share

Bab 623

Author: Nanda
last update Last Updated: 2024-11-02 18:00:00
Nyonya Serena mengirimkan kartu ucapan ke Kediaman Keluarga Widyasono, mengatakan besok dia akan datang berkunjung. Yanti memikirkan apa yang dikatakan Nyonya Intan dan raut wajahnya menjadi sangat serius.

Yanti berpikir sejenak dan berkata pada Kirana, "Siapkan hadiah. Aku ingin pergi ke Kediaman Aldiso."

"Nyonya, perlu memberi kartu ucapan dulu atau tidak?" Kirana bertanya, "Bukankah tidak sopan kalau seperti ini?"

"Tidak perlu. Saat aku membawa Nona Ketiga pergi, aku memberi tahu Nyonya Intan kalau akan datang untuk meminta maaf. Itu tidak dianggap tidak sopan." Besok seseorang akan ada orang dari Kediaman Raja Emino akan datang berkunjung, jadi sudah terlambat untuk mengirimkan kartu ucapan.

Kediaman Aldiso.

Intan menatap wajah Yanti yang merah dan bengkak dengan bekas tamparan yang jelas dan bertanya, "Apakah kamu baik-baik saja?"

Yanti tersenyum pahit, "Tidak apa, aku menampar diriku sendiri. Tidak ada seorang pun di Kediaman Keluarga Widyasono yang berani memukulku."

Intan tidak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 624

    Intan telah berkata sampai di sini dan Yanti tidak mungkin tidak mengerti.Yanti tidak berani memikirkan hal lain dan juga bukan hal yang bisa dipikir olehnya sebagai seorang wanita. Apa yang bisa dia lakukan setidaknya adalah memastikan bahwa hubungan Keluarga Bangsawan Widyasono dengan semua orang bersih.Tuan Axel datang setelah Yanti pergi.Biasanya Tuan Axel jarang menemui istri Raja Aldiso sendirian, tapi dia sudah merasa waspada sejak Yanti masuk dan mendengar selama beberapa saat di luar.Intan juga mengetahui bahwa Tuan Axel sedang mendengar di luar, jadi dia bertanya, "Tuan, apakah menurutmu aku sudah mengatakannya dengan tepat?""Sangat tepat," jawab Tuan Axel sambil memberi salam. "Nyonya tidak boleh mengatakannya dengan terlalu jelas, tapi juga tidak boleh tidak mengatakannya. Karena tidak peduli bagaimanapun juga, tentara di Manuel adalah Pasukan Belima atau Pasukan Aldiso."Intan menghela napas, "Benar, aku sama sekali tidak bisa duduk diam dan tidak melakukan apa-apa ka

    Last Updated : 2024-11-03
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 625

    Marsila berkata setelah Veni keluar, "Orang ini terlihat sangat menyebalkan."Intan tersenyum dan berkata, "Dia sangat cekatan dalam kerja. Tidak peduli bagaimanapun juga dia adalah orang dari istana dan pekerjaan Mutiara jadi lebih sedikit sekarang."Marsila tersenyum dan berkata, "Kapan kamu akan melepaskan Mutiara pergi? Sudah waktunya baginya untuk menikah."Intan menghela napas, "Bukankah aku berencana untuk mencari pasangan untuknya setelah aku tidak sibuk? Aku tidak tega berpisah dengannya, tapi dia seumuran denganku dan akan jadi wanita tua kalau aku tidak melepaskan Mutiara.""Bagaimana dengan Ranto?" tanya Marsila sambil mengerutkan keningnya."Aku takut Mutiara mati kelaparan kalau bersama dengannya."Marsila tersentak, "Benar juga. Ranto ingin menghidupi murid-muridnya, berapa banyak uang yang bisa diterima istrinya di masa depan? Lebih baik pria seperti dia tidak menikah, karena dia hanya akan menyakiti wanita. Apakah kamu masih ingat? Bukankah Ranto pernah bilang kalau di

    Last Updated : 2024-11-03
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 626

    Kak Aba sangat marah saat mendengar ini, "Hei, orang tua, keluarlah dari sini. Aku sudah menoleransi sikapmu untuk waktu yang lama dan menghormati usiamu yang sudah tua, tapi tidak disangka kamu sama sekali tidak bisa jadi manusia. Aku belum pernah memarahi orang tua seumur hidupku, jadi aku akan membuat pengecualian untukmu. Sebaiknya jangan sampai paksa aku untuk menamparmu, aku akan jahit mulutmu kalau kamu tidak bisa jaga mulutmu dengan baik."Kak Aba menghormati orang tua dan mengasihi anak kecil. Dia menghormati orang yang sopan padanya, tapi kalau ada yang bersikap kurang ajar, maka jangan salahkan dia karena bertindak dengan kasar.Nyonya Besar Desla sangat marah, Nyonya Silvia segera menariknya untuk berjalan ke dalam sambil berkata dengan suara rendah, "Ibu, jangan bertengkar. Tidak baik jika Nyonya Intan datang dan lihat kalian sedang bertengkar.""Apakah aku takut padanya?" Orang yang paling membuat Nyonya Besar Desla kesal adalah Intan. "Meskipun dia adalah seorang istri R

    Last Updated : 2024-11-04
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 627

    Sekelompok pelayan wanita di ruang luar melihat Intan datang dan segera berdiri, tapi Intan sama sekali tidak melirik mereka. Dia membuka tirai dan berjalan masuk yang diikuti oleh Marsila.Intan menarik napas dalam-dalam saat melihat kondisi Arnesa, kenapa dahinya terluka? Dahinya terluka lagi?"Ahmar, apa yang terjadi?" Intan segera memegang tangan Arnesa, lalu duduk di tepi tempat tidur, kemudian menyeka keringat dan air mata di wajah Arnesa dengan lengan pakaiannya.Ahmar sedang melakukan teknik akupunktur, perut Arnesa yang ditutupi selimut brokat penuh dengan jarum.Ahmar menghela napas, "Ini tidak hanya sesederhana janinnya terguncang, dikhawatirkan sudah melukai janin. Bahkan tidak ada tanda-tanda melahirkan setelah meminum obat percepat persalinan dan enam jam telah berlalu."Wajah Arnesa berkerut karena kesakitan, "Kakak sepupu ... sakit sekali.""Jangan takut, jangan takut. Ada Kakak sepupu di sini," ujar Intan untuk menghibur Arnesa. Dia menoleh untuk bertanya pada Ahmar, "

    Last Updated : 2024-11-04
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 628

    Pelayan Arnesa yang bernama Lira menitikkan air mata karena merasa sedih dan marah setelah mendengar apa yang dikatakan Nyonya Besar Desla. Dia segera berkata saat melihat Intan hendak pergi keluar, "Nyonya, Pangeran minta Tuan Putri untuk memujinya di depan Kaisar, agar Pangeran bisa dapat jabatannya kembali dan menjadi seorang Putra Bangsawan lagi. Tuan Putri tidak setuju dan mengatakan bahwa sikap Pangeran tidak pantas untuk menduduki jabatan itu, Pangeran marah dan mendorong Tuan Putri. Ini semua bukan kesalahan Tuan Putri, ucapan Nyonya Besar Desla benar-benar melukai hati Tuan Putri."Intan sangat marah setelah mendengar ini, dia membuka tirai dan berjalan keluar, kemudian tatapan matanya yang dingin tertuju pada wajah Nyonya Besar Desla. Nyonya Besar Desla terkejut dengan tatapan tajam ini, tapi Nyonya Besar Desla teringat dengan usia tuanya dan gelar kehormatan yang dia miliki. Intan tidak bisa mengurus urusan Keluarga Rinar meskipun dia adalah seorang istri raja.Nyonya Besar

    Last Updated : 2024-11-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 629

    Nyonya Silvia hampir terjatuh ke lantai dan menatap wanita yang membantu persalinan untuk meminta bantuan, tapi wanita itu juga tidak berdaya. Wanita yang membantu persalinan telah melihat banyak bahaya saat seorang wanita sedang melahirkan, di mana baik orang dewasa maupun anak tidak bisa bertahan hidup."Bagaimana ini? Bagaimana ini?" Nyonya Silvia merasa sangat cemas sampai menitikkan air mata, tapi dia tetap tidak lupa untuk menyeka keringat Arnesa, "Kamu sungguh menderita, Tuan Putri.""Sakit sekali ...." Arnesa terus mengucapkan kata ini dan menatap orang lain untuk meminta bantuan, tapi tidak ada yang bisa membantunya.Terdengar suara langkah kaki yang cepat di luar, orang yang datang adalah Nyonya Tina. Dia bergegas memasuki ruang bersalin, lalu mengulurkan tangannya untuk menarik Intan menjauh dan memegang tangan Arnesa, "Arnesa, Ibu sudah datang, Ibu sudah datang. Bagaimana situasimu?""Sakit ...." Arnesa sama sekali tidak merasa senang saat melihatnya datang, Arnesa bahkan i

    Last Updated : 2024-11-05
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 630

    Arnesa tidak bisa lagi berteriak kesakitan lagi setelah menunggu hampir satu jam dan seluruh tubuhnya basah seperti baru saja dikeluarkan dari air. Intan menyeka keringat Arnesa dengan handuk dan terus berbicara di telinganya, tapi Arnesa sudah merasa sangat kesakitan sampai tidak memiliki kekuatan untuk mendengarkan apa pun. Arnesa merasa bahwa dia sudah hampir mati.Arnesa berusaha untuk membuka matanya, tatapan matanya mengosong. Arnesa memaksa dirinya untuk berkata, "Lebih baik ... lebih baik aku mati saja.""Jangan bicara seperti ini, Tabib Riel akan segera datang," ucap Intan sambil tersedak dan merasakan rasa ketidakberdayaan yang menyelimuti hatinya. Ini adalah emosi yang paling ditakuti oleh Intan, karena ini berarti dia tidak bisa melakukan apa-apa.Air mata Nyonya Tina terus mengalir turun, "Arnesa, jangan bilang seperti ini dan bertahanlah sebentar lagi. Dengarkan ucapan kakak sepupumu, Tabib Riel akan segera datang."Arnesa hanya bisa mengeluarkan erangan lemah dari mulutn

    Last Updated : 2024-11-06
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 631

    Di bawah pengawasan Intan dan Marsila, ditambah Nyonya Silvia juga memohon Tabib Riel untuk menyelamatkan Putri Arnesa di dalam ruang bersalin, orang di luar tidak berani berkomentar. Nyonya Tina hanya ragu sejenak dan setuju dalam kepanikan karena napas putrinya yang makin lemah.Tabib Riel berkonsentrasi penuh. Janin sudah tak terselamatkan. Dia dapat melakukan akupunktur untuk menyelamatkan sang ibu dengan tanpa kekhawatiran.Setelah memberikan Pil Obat Erta untuk melindungi jantung, Tabib Riel memerintahkan untuk meningkatkan dosis obat induksi persalinan. Tabib kekaisaran tercengang oleh hal tersebut, tetapi tidak berani berkomentar karena tahu apa khasiat Pil Obat Erta.Selain itu, tabib kekaisaran berdiri di balik partisi sehingga tidak dapat melihat metode akupunktur Tabib Riel. Dia akan lebih kaget jika melihatnya.Lalu, Tabib Riel menggunakan rusa kesturi, bunga kesumba dan salvia. Semua orang yang mencium aroma rusa kesturi menjadi pucat. Jika dosis penggunaan musk tidak tep

    Last Updated : 2024-11-06

Latest chapter

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status