Share

Bab 555

Penulis: Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 18:00:00
Timothi tiba-tiba mendorong Charles menjauh dan melihatnya lebih cermat. Charles sangat berbeda dari sebelumnya, tetapi dia mengenalinya.

Dia menangis dan tertawa, "Sudah tua dan jelek, kenapa bisa sejelek ini?"

"Jangan fokus pada reuni, cepat bantu para rekan yang lain." Alfred kesulitan bernapas dan tangannya gemetar. Setelah Levin turun, dia membaringkannya di tanah dan memanggilnya beberapa kali tanpa bangun.

Timothi dan Teddi menatap kesebelas orang itu dan menangis. Syukurlah, masih ada begitu banyak yang hidup. Benar-benar luar biasa.

Akan tetapi, saat ini situasi Levin sangat genting dan tidak ada seorang pun yang mengerti keterampilan medis, jadi Alfred hanya bisa terus menghancurkan pil obat dan memasukkannya ke dalam mulut Levin.

Rafay juga tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun dia pandai mengalirkan darah, Levin jelas tidak menderita luka dalam. Dia menderita demam tinggi karena nanah dari semua lukanya yang merupakan situasi yang sangat berbahaya.

"Naik!" Terdengar suara ge
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 556

    Vincent menoleh ke arah Petrus dan penasaran apakah dia benar-benar tidak mengenalinya, tidak mendengar namanya atau sengaja berpura-pura tidak mengenalinya.Lupakan saja, Tuan Axel benar. Melupakan semuanya adalah yang terbaik untuk semua orang, saat ini yang terpenting adalah Levin.Setelah tabib militer membuat diagnosis, wajahnya terlihat serius. Dia meminta Alfred untuk melihat obat yang dia berikan kepada Levin dan kemudian berkata, "Untung ada obat ini. Kalau tidak, dia tidak akan bisa bertahan sampai sekarang."Ada obat-obatan di pasukan dan itu sangat bagus. Akan tetapi, setelah tabib militer merawatnya, dia masih menggelengkan kepalanya dan mengajak Alfred keluar untuk berbicara."Pang ... Raja, aku telah mencoba yang terbaik untuk menstabilkannya paling lama tujuh atau delapan hari, tapi ini benar-benar sulit. Seluruh tubuhnya sudah terluka sangat parah dan semuanya berwarna merah serta bernanah. Kalau kamu tidak memberikan obat yang bagus itu, dia pasti sudah mati.""A ...

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 557

    Alfred menemui Petrus dan berkata kalau dia ingin seorang tabib militer menemaninya. Petrus langsung menyetujuinya. Lagi pula, ada lebih dari satu tabib militer di pasukan.Catatan Petrus telah dikirim. Setelah semua perhitungan selesai, dia menatap kesebelas orang itu dengan kagum, tetapi sangat khawatir begitu mendengar kondisi Levin tidak baik.Bagaimanapun juga, Petrus adalah seorang jenderal militer. Meskipun dia berpikir untuk melepaskan Tujuvan, tetap saja dia merasa bersemangat melihat mereka kembali.Tidak ada seorang pun yang tidak akan mengagumi seorang pahlawan kecuali pahlawan itu mendapatkan pengaruh dalam statusnya, tetapi jelas kembalinya sebelas orang ini dengan selamat adalah karena Alfred dan kerja samanya. Bagaimanapun, dialah yang mengutus Timothi dan Teddi.Dia juga ingin menyelamatkan Levin dan tentu saja memiliki sebuah pikiran kecil. Levin adalah putra kedua dari Keluarga Bangsawan Cahyo. Posisinya di militer belum stabil dan membutuhkan dukungan keluarga milit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 558

    Begitu dayang pergi, Intan berkata, "Raja pergi ke Norao untuk bernegosiasi dengan orang dari Negara Lonis untuk mendapatkan mata-mata bernama Tujuvan. Tujuvan adalah mata-mata yang melarikan diri dari pasukan setelah ditangkap. Selama perang di Manuel, dia telah mengirimkan informasi ke prajurit kami, tetapi beberapa waktu yang lalu dia tanpa sengaja tertangkap dan Negara Lonis mencoba menukarnya dengan Kota Norao."Ketika Intan mengatakan ini, napas semua orang tertahan dan hanya menunggunya melanjutkan."Jadi Kaisar mengutus Raja Aldiso ke Norao untuk terlihat seperti bernegosiasi, tapi diam-diam menyelamatkan orang. Sekarang Tujuvan telah diselamatkan ke Norao dan memastikan kalau dia adalah Levin, putra kedua dari keluarga ini. Sayangnya, dia terluka parah. Merpati terbang Raja Aldiso mengirim surat meminta untuk membawa Tabib Riel dan Nyonya Jennifer. Kami akan meninggalkan kota malam ini, tidak bisa ditunda.""Ya ampun, ya ampun!" Istri Adipati Sean menggigil. Dia mendengar putr

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 559

    Marsila mengetuk pintu Toko Obat Pinsi saat larut malam. Tabib Riel tinggal di lantai dua Toko Obat Pinsi.Tabib Riel sudah tidur. Dia selalu percaya untuk tidur lebih awal dan bangun pagi untuk menjaga kesehatan. Setelah Marsila datang, dia sudah hampir tertidur sepanjang malam.Tabib Riel itu juga turun dari kasur dengan marah. Muridnya melaporkan kalau itu adalah Marsila dari Kediaman Aldiso. Dia mengenakan pakaiannya dan menatap Marsila, "Sebaiknya jangan ada masalah mendesak. Aku tidak akan pergi mengobati pasien."Marsila mengangkat tangannya dan berkata, "Maaf mengganggu Tabib Riel, Raja Aldiso mengirim pesan kepada Intan untuk meminta Tabib Riel pergi ke Simir bersama-sama untuk menyelamatkan Levin.""Levin?" Setelah Tabib Riel agak tertegun, dia teringat pengorbanan putra kedua dari Keluarga Bangsawan Cahyo. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia memerintahkan, "Lamia, Martha, kemasi barang-barang kalian dan pergi bersama. Bawakan obat terbaik, jarum emas dan juga ...."Tabib

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 560

    Kereta itu bergetar dan jalan tidak mulus. Selain itu, merupakan penderitaan bagi Jennifer untuk begitu tergesa-gesa di jalan.Setelah berjalan setengah jam, Intan melihat wajah Jennifer pucat dan dia menutupi dadanya seolah ingin muntah. Intan bertanya, "Pusing karena kereta? Mau kuminta kusir untuk memperlambat laju?""Tidak, tidak, tidak perlu." Jennifer melambaikan tangannya, "Aku mau yang tercepat. Kuharap kuda ini bisa menumbuhkan sayap dan terbang ke Simir. Nyonya, tolong jangan melihatku seolah aku sangat lemah. Sebenarnya aku ini benar-benar bisa menanggung penderitaan.""Baiklah kalau begitu." Intan mengambil tas dan mengeluarkan manisan buah kering yang disiapkan oleh Mutiara. Setelah menemukan beberapa buah plum kering, dia berkata, "Cepat dan kulum satu di mulut. Itu akan membuatmu merasa lebih baik.""Terima kasih!" Jennifer mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulut. Rasa asin dan asam menyebar di dalam mulut yang memang menghilangkan rasa mualnya.Di sisi Norao, Al

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 561

    Semua orang benar-benar gelisah sepanjang jalan.Demam tinggi Levin tidak kunjung sembuh. Tabib militer membawa kompor untuk merebus obat serta kantong obat. Dia memberi Levin obat penurun demam dan menghilangkan pembusukan, tetapi efeknya kecil.Pil dari Tabib Riel tidak lagi berpengaruh padanya, tetapi masih lebih manjur daripada ramuan obat.Levin terbangun dalam keadaan mengantuk beberapa kali dan setiap kali dia bertanya, "Ini wilayah kita?"Setelah mendapat jawaban pasti, senyuman muncul di bibir Levin sebelum kehilangan kesadaran lagi.Tabib militer mengatakan demam yang terus menerus seperti ini akan membuat otaknya menjadi bingung dan wajar kalau dia melupakan banyak hal.Setelah itu, Alfred langsung meminta Darius untuk menuntun kuda, sementara dia naik kereta untuk menemani Levin.Meskipun Levin berada dalam keadaan linglung, Alfred memegang tangannya dengan lembut dan berbicara dengan Levin. Dia menceritakan betapa indahnya Manuel, menceritakan tentang keluarganya dan membe

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 562

    Tuan Axel dan Darius berbaring di kereta dan kasur empuk dibentangkan di atas, kemudian orang membaringkan Levin di atasnya. Darius dan Tuan Axel mengulurkan tangan dan merangkul Levin.Pertaruhan besar dimulai, berangkat.Karena di dalam kereta sudah ada tiga orang, untuk mempercepat laju, tabib militer juga harus diturunkan. Kalau ada kejadian tidak terduga, Tuan Axel akan segera menyuruh tabib militer untuk naik.Kereta itu pengap dan panas. Keduanya ditutupi dengan bantal empuk, ditambah Levin berbaring telentang. Dalam waktu singkat, pakaian mereka basah oleh keringat. Tidak lama, rambut juga basah kuyup oleh keringat hingga lengket dan gatal, tetapi tidak bisa digaruk. Rasanya sangat tidak nyaman.Kusir di luar sesekali membuka tirai agar angin bisa masuk, tetapi tidak bisa dibuka terlalu lama. Orang yang demam tidak bisa sampai terkena angin.Kuda itu melesat dan kecepatannya meningkat. Melaju di jalan bergelombang, keduanya terhuyung dan terbentur beberapa saat. Akan tetapi, de

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 563

    Tabib Riel yang menunggangi kuda diangkat ke udara dan digendong di pundak. Dia merasa dunia berputar dan pandangannya menjadi gelap. Setelah semuanya menjadi cerah lagi dan dia sudah diturunkan di depan kasur tidur Levin.Tabib Riel berbalik untuk melihat siapa yang menggendongnya, tetapi malah mendengar suara mendesak Alfred, "Paman Riel, cepat periksa dia."Semua tatapan penuh harap dan berlinangan air mata menatap Tabib Riel. Orang ini adalah Tabib Riel dan dia ada di sini.Sepuluh orang berlutut dan berkata dengan suara terisak, "Mohon Tabib Riel menyelamatkan nyawanya."Martha telah masuk dengan kotak obat di punggungnya dan Tabib Riel tidak perlu memeriksa denyut nadinya. Dia hanya melihat kondisi Levin dan tahu sekarang hal pertama yang harus dilakukan adalah menstabilkan napasnya.Dia mengeluarkan ginseng seribu tahun, mengupasnya dan menyerahkannya kepada Alfred, "Remas."Alfred mengambil ginseng dan meremasnya dengan tangan. Ginseng yang keras itu melunak dan Tabib Riel berg

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status