Share

Nathan Arini 18+

Author: Ri III
last update Last Updated: 2024-12-22 21:05:50

Di bawa lampu remang-remang pasangan itu menjalin cinta yang sempat berjatak. Tak ada oagi cambukan, luka sayatan, atau tangis kesakitan. Semua berjalan sesuai keinginan.

Lenguhan nikmat keluar dari bibir mungil Arini, ketika miliknya tersentuh jemari nakal milik Nathan. Pria itu benar-benar memanjakan dan ingin memuaskan dirinya. Bahkan saat menyamar menjadi Monica, ia tak merasakan hal senikmat ini sebelumnya.

Jari itu bergerak cepat, mengorek keluar masuk miliknya, membuat netra hitamnya menghilang penuh kenikmatan. Suara seksi yang dikeluarkan Nathan juga tak kalah menggoda.

Cukup lama jari kekarnya bermain di sana, sementara Arini hanya bisa meremas kasur untuk menahan agar desahannya tak terlalu keras.

"Mendesahlah sayang! Aku suka mendengarnya."

Akhirnya desahan itu tak lagi ia tahan, sesuatu rasanya ingin keluar dari bawah sana, membuatnya memohon agar Nathan berhenti. Tapi pria itu lebih tahu apa yang harus ia lakukan tentunya.

"Sayang, rasanya aku ingin buang air kecil."

Na
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Kembali ke Desa Bunga

    "Hentikan kebohonganmu atau kau akan mati di sini!" Maira terkejut dengan reaksi yang diberikan Nathan, pria yang biasanya dengan mudah ia rayu kini mendorongnya dengan kuat. Arini yang melihat itu tertawa mengejek, kemudian menggamit lengan suaminya dengan mesra. "Kita akan terlambat jika terus meladeni dia," ujar Arini. Nathan menatap dengan kemarahan oada Maira, jelas sekali wanita itu berbohong, ia ingat saat itu dirinya bahkan tak mengeluarkan apa pun ke miliknya. "Bawa dia dan pastikan dia tak lagi mengusik keluargaku!" titah Nathan tegas. "Nathan, dengarkan aku! Kau akan menyesal karena sudah bersikap sekejam ini padaku. Nathan, Nathan!" Arini dan Nathan menghilang bersama mobilnya. Sepanjang jalan Nathan terus berusaha menjaga kestabilan emosi istrinya. Wanita itu baru saja sembuh, ia sama sekali tak ingin membuat kesalahan yang akan memperparah kondisi istrinya lagi. Sudah cukup, karena untuk mencari pengganti Arini pun sulit, saat sebelumnya Monica memutuskan p

    Last Updated : 2024-12-22
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Arini Saudaraku?

    "Jadi, saudari kembar ku ada bersama Yuan?"Budi melebarkan pupil, bagaimana bisa putrinya mengenal Yuan, sementara ia belum menceritakan semuanya."Dia wanita yang baik, saat ayah punya pemikiran untuk membuang kalian, dia datang sebagai sahabat ibumu untuk mengurus saudarimu sampai saat ini," terang Budi membuat putrinya mengerti."Baik apanya? Dia hampir membuat Arini mati. Aku yakin perempuan itu pasti punya dendam pribadi sampai mengadopsi Arini." "Berhenti menyebutnya baik! Dia wanita jahat yang selalu membuat Arini menderita. Asal ayah tahu, Saudariku koma bertahun-tahun karena ulahnya, dia dan anak-anaknya itu penjahat yang tak bisa diampuni. Jika tahu begini, sudah lama aku patahkan saja kaki Yuan."Budi semakin tak mengerti maksud putrinya. Ia menatap Monica yang sedang dikuasai amarah. Pantas saja Monica seperti merasa tidak asing ketika bersama Arini, juga bisa merasakan kesakitan yang dirasakan Arini, ternyata semua sudah terjawab."Sebentar! Ayah tidak memahami apa maks

    Last Updated : 2024-12-23
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Dejavu

    "Selamat datang, Nyonya besar. Selamat datang nona muda."Para pelayan di kediaman Nathan berbaris memberi hormat, dua perempuan jahat itu masuk dengan wajah angkuh, niat balas dendam sudah tak bisa dibendung lagi.Mengambil kesempatan ketika Nathan tak berada di rumah adalah pilihan satu-satunya, karena saat ini menaklukkan anak lelakinya saja ia sudah tak mampu. Arini yang sedang menikmati sarapan paginya sendiri berusaha abai, meski sebenarnya ia. sudah merasa sedikit takut. Tetap saja keberaniannya tak seperti Monica, ia tetap Arini yang lemah dan berusaha kuat. Kali ini ia harus melawan mereka.Bayangan kekejaman dua manusia itu terus berputar silih berganti, sebaik mungkin ia memasang wajah setenang air. Melihat Arini tak menyambutnya, membuat Yuan murka."Kau mulai bersikap angkuh ya, Arini. Bahkan kedatanganku dan putriku saja tak kau sambut layaknya melihat semut."Arini berpura-pura tuli, ia hanya tak ingin fokus makan nya terganggu. Para pelayan yang tahu bagaimana Arini h

    Last Updated : 2024-12-24
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Menjadi Arini

    "Nyonya Monica?"Semua terkejut melihat siapa yang datang. Perempuan yang kemarin menghilang secara misterius kini kembali. Pelayan itu hanya berdiam diri dengan wajah takut. Sementara Monica yang panik kini berlari menghampiri Arini, wanita itu perlahan berusaha membuka mata, satu tangan ia gunakan untuk menggenggam jemari Monica, yang kini berada di pipinya."Kau kembali?"Monica tak kuasa menahan tangisnya. Lebam, darah, dan kini ada darah yang merembes di kakinya. "Apa yang sudah terjadi padamu, Arini? Katakan siapa yang melakukan ini?"Arini terbatuk, lagi dan lagi darah keluar dari mulutnya. Wajah cantiknya mendadak pucat, sepertinya ia memang kehilangan banyak darah."Mereka, datang lagi.""Siapa?"Tiba-tiba kesadaran Arini menghilang. Monica menyesali keterlambatannya, andai datang lebih awal, pasti ia bisa mencegah hal ini terjadi. Matanya menyisir sekeliling, ia temukan kamera pengawas yang mengarah ke ruangan ini, kemudian menatap berang ke arah semua pelayan."Aku bahkan

    Last Updated : 2024-12-25
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Tenangkan Bayiku, Maira!

    Jujur saja jauh di dalam lubuk hati Monica, sebenarnya ia mulai sedikit merasa nyaman dengan perhatian kecil dari Nathan. Tapi jika mengingat bagaimana dulu dia memperlakukan Arini, membuat Monica membuang jauh pikiran nyamannya.Monica berdiam diri di depan meja rias, sebenarnya tidak masalah jika ia memang harus melayani Nathan, tapi rasanya sedikit janggal dengan niatnya kembali ke rumah serupa neraka ini.Piyama tidur berwarna merah hati sudah melekat di badan, rambut yang dibiarkan tergerai, juga aroma tubuh yang khas membuat Monica nyaman. Ia mematut dirinya di depan kaca, setelah memakai serangkaian perawatan malam, Monica bergegas tidur di pembaringan. Tak terasa satu tangan mengusap bahunya dari belakang, disusul deru napas yang menyentuh leher, membuatnya sedikit merinding. Monica terperanjat dan bangun."Sayang, ada apa?" tanya Nathan heran."Aku, sedang tidak enak badan." Monica jelas berdusta, raut kekecewaan terlihat jelas di mata Nathan, tapi ia juga tak bisa memaksa i

    Last Updated : 2024-12-26
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Balas Dendam 2

    "Kau salah karena mencari masalah denganku, Maira. Kau mau memulai permainan dari mana, Hem?" Maira terus meronta, berusaha menepis tangan Monica yang mencekik dirinya semakin kuat. Wajah Arini terus terbayang, raungannya, tawa puas Yuan, Ambar, dan Maira, penderitaan Arini, semua membuat kepalanya pusing, hatinya memanas, hasrat membunuhnya sudah semakin kuat. Akhirnya dengan kuat ia mendorong Maira, membuat wanita itu terbentur ke dinding. Sebenarnya bayi Maira tidak bersalah, tapi karena nyawa harus dibayar nyawa, Monica akan melakukan apa yang sudah Maira lakukan pada Arini. "Kau ingin bermain denganku, Maira?" Maira menggeleng, ia berusaha menghindar dan meraih gagang pintu. Berulang kali membuka tapi gagal, ia masih saja terkunci. Melihat itu Monica lantas bahagia, ia tertawa serupa tawa licik Maira. "Kau siapa? Kau pasti bukan Arini!" teriaknya membuat tawa Monica terhenti. Ia menatap lekat wajah Maira yang ketakutan, satu tangannya menampar keras Maira hingga wanita itu k

    Last Updated : 2024-12-27
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Perempuan Bodoh

    Kondisi Arini sedikit membaik, hanya saja ia belum sepenuhnya pulih, membutuhkan cukup waktu sampai ia benar-benar kembali mendapatkan kesehatannya. Rumah sakit dengan perawatan ekstra tentunya akan membuat Arini nyaman. Sepasang kaki itu melewati koridor rumah sakit, langkahnya menuju ruangan Arini untuk melihat kondisi kembarannya yang sudah mulai membaik. Kacamata hitam menutupi matanya, dengan langkah anggun juga berani ia berhasil menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung pasien di sana. Monica tak ambil pusing dan segera masuk ke ruangan Arini. "Kau masih betah tidur, ya? Sudah terbiasa koma selama bertahun-tahun, membuatmu kerasan untuk berbaring di ranjang pesakitan yang membosankan itu," celetuk Monica sembari menggigit buah apel. Perlahan jemari Arini bergerak, netranya juga mulai terbuka. Monica tahu Arini sadar, tapi ia bersikap seperti tidak peduli, sampai tatapan Arini kini beralih padanya. "Monica, sejak kapan kau di sini?" Wajah pucatnya mendadak panik,

    Last Updated : 2024-12-28
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Tidak Tahan 18+

    "Maafkan aku!"Monica masih terdiam dengan air mata yang juga menggenang di pipi, ia memalingkan wajah, sedikit marah karena sikap Arini yang kerap menuduhnya yang bukan-bukan."Tidak perlu minta maaf! Kau tidak akan mempercayaiku sampai kapan pun," ketus Monica melipat tangan di dada. "Kakak, maafkan aku!" Kedua tangan ia letakkan di telinga, menatap penuh harap pada Monica yang masih terlihat marah. Perlahan ia berusaha turun dari brankar. Monica langsung bangun dan memukul tangannya."Dasar bodoh! Kau sedang apa? Bagaimana jika kau jatuh? Kau bahkan belum bisa berdiri dengan sempurna.""Apa kakak masih marah?""Tidak!""Benarkah?""Hem."Arini memeluk Monica cukup erat, membuat wanita itu terbatuk."Sekarang, kau hanya perlu beristirahat di sini! Ingat, ya! Jangan lakukan apa pun sebelum mereka semua menerima balasannya. Kau hanya perlu menonton dari jauh siaran menarik ini!" peringat Monica disahut anggukan mantap Arini."Beri mereka pelajaran yang setimpal! Mereka harus bertangg

    Last Updated : 2024-12-29

Latest chapter

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Akhir Segalanya

    "Di mana Adam?" William baru saja masuk rumah, padahal ia sudah sengaja pulang saat malam semakin larut, tapi ternyata Arini belum juga tertidur. Matanya sembao seperti baru habis menangis. "Dia pasti sibuk dengan urusannya, Sayang." William mencoba berkelit seperti tak tahu apa pun. "Katakan di mana Adam! Apa dia masih berani menunjukkan muka setelah apa yang ia lakukan?" William terdiam. Ia yakin cepat atau lambat kabar ini akan tersebar. Arini terduduk di sofa dengan tatapan kosong. Ibu mana yang tak sakit hati ketika tahu, bahwa putranya melakukan kejahatan. "Aku sudah membesarkan pembunuh," lirihnya sedih. Air mata yang sejak tadi kering perlahan turun dan membasahi pipi. "Monica begitu menjaga dan melindungi aku dari bahaya, tapi aku malah melahirkan pembunuh untuk mencelakai putranya. Ibu macam apa aku ini?" William mendekat dan mendekap Arini penuh sayang. "Padahal sebentar lagi Allea akan menikah, tapi ketika mendengar kabar Adam menjadi pembunuh yang hampir membuat

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Di asing kan

    William yang saat itu berada di laboratorium, mengecek sidik jari yang mereka temukan, tidak menyangka jika ternyata sidik jari itu milik Adam. Akhirnya tanpa membuang waktu, ia segera menghubungi Nathan dan Edgard, menceritakan semuanya tanpa mengabari Arini, istrinya pasti akan sangat khawatir dan ia tentu saja tak ingin hal itu terjadi. "Ayah kecewa padamu," lirih William yang seperti kehilangan semangatnya. Adam menatap William yang menunjukkan raut kecewanya yang jelas. "Ayah dan Ibu tak pernah mengajarimu menjadi pemberontak dan pembunuh, kau ditempatkan di posisi paling aman karena ibumu sangat menyayangimu. Sejak kecil, kau dan Allea adalah hidupnya." "Ayah, aku melakukan ini karena iri pada Edward, mengapa ia bisa dipilih menjadi orang paling berpengaruh sementara aku tidak?" William membuang napas berat. "Itu hak kakekmu, dia yang pebih tahu siapa yang paling kuat dan tangguh, tapi bukan berarti dirimu tidak mampu. Aku, ayahmu pernah mengajukan dirimu sebagai cucu pal

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Iri Dengki

    "Apa maksud semua ini, hah? Jujur, paman pasti kecewa ketika tahu siapa dalang di balik semua ini." Pria yang ternyata adalah Adam itu tertawa jahat, ia bersusah payah berdiri, menatap Edward yang sepertinya syok, tapi Adam tak peduli. Ia jujur sangat membenci Edward. "Bibi dan paman adalah orang baik, mereka tak pernah gagal dalam mendidik dirimu. Kenapa harus berjalan menjadi musuh? Jika kau memang tertarik dengan dunia misi, harusnya mengajukan diri menjadi satu kelompok yang utuh, bukan malah menjadi musuh. Aku tak ingin ada pertumpahan darah di keluarga kita, Adam." "Diam kau munafik! Apa kau tak sadar jika semua ini bermula dari dirimu?" Edward semakin kebingungan, ia heran mengapa bisa Adam berpikir seperti itu, padahal selama ini hubungan mereka baik-baik saja. Adam si sibuk kerja menjadi arsitek muda, sampai jarang memiliki waktu bersama keluarganya. Tiba-tiba jadi seperti ini. "Kau yang berhasil menjadi pusat perhatian, keamananmu sangat dijaga, bahkan ayahku sangat meli

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Siapa Max?

    "Sial! Edward sok pintar itu selalu bisa menemukan celah. Tidak! Dia pikir akan mudah menangkapku?" Pria dengan topeng perak itu duduk di kursi, sebuah ruangan temaram dengan banyak layar monitor di sekitar menjadi tempat paling nyaman, tempat di mana tak satu pun orang yang berhasil mendeteksi keberadaannya. Tapi telepon milik salah satu anak buahnya tidak sengaja menunjukkan poisis terakhirnya saat ini. Pria yang dikenal sebagai Max itu sudah mempersiapkan ini sejak awal, ia memiliki banyak tempat pelarian, dan ia yakin sepintar apa pun Edward, tidak akan bisa menemukan dirinya dengan mudah. Pundi-pundi rupiah dan emas batangan menumpuk di mana-mana, hampir semua titik menjadi tempat persembunyian uang hasil penjualan organ manusia, dan itu ia lakukan dengan rapi sekali. Sayangnya beberapa kacungnya ceroboh, hingga mampu terendus oleh hidung tajam Edward. "Aku memang memiliki banyak kesempatan untuk membunuhmu, tapi aku tidak melakukan itu sekarang." Kedua tangannya mengepal k

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Otak Sesungguhnya

    "Ngga bisa dibiarkan! Ali just my mine, not her. Argh, shit!" Bianca sibuk memaki. Napasnya sesak, sedari dulu ia memang menginginkan Ali, melakukan seribu satu cara untuk mendekatkan diri dengan Aliando, tapi nyatanya sejak masuk di bangku kuliah, Allea dengan lancang masuk ke hati Ali, gadis sialan itu bahkan mencuri perhatian orang tua Ali, jalannya begitu mulus, sekali pun ia menghasut agar Allea dibenci, tapi dokter cantik itu seperti tak memiliki celah untuk membuktikan keburukan Allea. Bianca pulang dengan rasa kesal, di kamar ia meminum banyak pil dengan asal, atanya berkunang-kunang, bayangan masa kecil dengan puing-puing kenangan bersama Ali berputar di benaknya. Mata hingga pipinya basah. Ia memang bisa mendapatkan segalanya. Harta, kecantikan, perhatian kedua orang tuanya, tapi ia ditakdirkan memiliki penyakit kronis yang membuatnya harus bergantung sepenuhnya pada obat-obatan, bahkan menjadikan Ali semangatnya untuk sembuh. Selama ini berusaha kuat dan sehat, karena

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Inikah Cinta

    "Konsep pernikahannya bagus, ya." Allea dan dokter muda bernama Aliando duduk di sebuah meja yang tak jauh dari tempat Evelyn dan Leo berada, mereka juga melihat langsung keributan yang baru saja tercipta, tapi tak satu pun dari keluarga Evelyn yang turun tangan untuk mengatasinya, mereka memilih berpura-pura buta dan tuli. Lagi pula ini acara sakral Edgard, jika mereka ikut turun tangan membela Evelyn, masalah akan semakin panjang, toh semua masalah sudah selesai dengan cepat karena Evelyn memang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. "Iya, bagus. Jadi, kapan kau siap menikah? Aku akan siapkan konsep pernikahan yang lebih meriah dari ini," balas Ali semringah. Allea membatu sesaat, kemudian menatap ke arah pelaminan lagi, di mana sepasang raja dan ratu sehari itu berada. Ia memang sudah dilamar, cincin terpasang sempurna, tapi untuk menentukan kapan hari pernikahannya sendiri pun ia tak tahu. Allea menyimpan masalahnya sendiri. Padahal ia terlahir dari keluarga cemara, tak ada

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Cemburunya Evelyn

    Semua persiapan pernikahan sudah siap, sesuai dengan pilihan Tasya, bahkan rumah impian Tasya juga sudah ditentukan. Akhirnya hari yang ditunggu Edgard pun datang, ia sudah rapi dengan pakaian formalnya, menunggu dengan gagah, meski sejatinya ia tampak gelisah, sejak melamar Tasya, ia tak melihat bahkan berbicara dengan Edward. Pria itu sedang sibuk dengan misi berbahaya tanpa melibatkan dirinya. Mungkin Edward memang kuat, karena ia adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Sean, hanya saja sekuat apa pun Edward, ia tetap was-was dan memiliki firasat bahwa Edward dalam bahaya, mungkin karena mereka adalah kembar, jadi bisa merasakan kesakitan satu sama lain meski dari jarak jauh sekali pun. "Ayo, Tuan!" Sopir pribadi membuka pintu mobil. Tapi kaki Edgard rasanya berat, ia kembali menghubungi Edward meski nihil. Lokasi kejadiannya pun ada di sebuah pulau, bagaimana bisa William dan Edward berjuang sendirian mencari dalang dari sindikat perdagangan manusia tersebut. "Sepuluh meni

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Menemukan Cinta

    "Jadi, kamu ngerasa jadi Mommy itu melelahkan?"Evelyn mengangguk mantap."Ok, Mommy bahas satu persatu. Jadi ibu itu menyenangkan, bisa mengurus rumah, anak, suami, itu hal yang menyenangkan. Daddy juga ngga pernah maksa Mommy buat ngerjain semuanya, lihat kan Daddy sesekali bantuin. Pernah juga bahkan sering Daddy nyuruh Mommy nyari ART, biar mommy cuman fokus ngurus Daddy sama kalian, tapi Mommy ngga mau. Intinya menikah dan menjadi istri itu menyenangkan. Dulu, Mommy juga ngga bisa apa-apa, yang pintar masak itu Tante Arini, tapi lambat Laun Mommy belajar tapi Daddy ngga pernah maksa."Evelyn masih terdiam menyimak."Intinya yang paling penting adalah, menikahlah dengan lelaki yang tepat, agar rumah tangga tidak menjadi beban untukmu. Dan menurut Mommy Leo baik, Leo pilihan yang tepat, dia juga anak tunggal, dia sayang banget sama kamu. Waktu kamu masih bayi aja, dia pernah nyium pipi kamu, terus ngomong nanti mau kalau udah gede mau jadi suami kamu.""Hah? Masa gitu sih, Mom?""I

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Beban Setelah Menikah

    "Ya Tuhan, Tasya mengirim pesan ini?"Edgard hampir saja terjungkal dari kasur, geraknya terlalu over sampai ia tak sadar diri sudah bergerak seabsurd ini. Edgard memang sengaja pulang lebih awal dan mampir di rumah Edward, saat Tasya pulang. Ia menunggu Edward dengan tidak sabaran. Ada banyak hal yang ingin ia ceritakan tentunya, dan meminta pendapat bagaimana dengan keputusan besar yang akan ia ambil, apa sudah benar. Kamar Edward menjadi markas ternyaman. Ia membaca pesan berulang kali dan tersenyum senang. Akhirnya kembali membuka file gambar yang hanya berisi foto Tasya. Gadis yang memikat hatinya sejak lama.Suara gemuruh mobil berhenti di depan rumah membuatnya semakin bersemangat, itu Edward, kakaknya yang kehilangan jodoh entah ke mana.Ia sedikit terkejut melihat mobil Edgard terparkir di sana. Akhirnya, pria itu masuk ke kamar, dan sedikit terkejut melihat adik kembarnya tersenyum sendiri sembari menatap kaca."Heh, apa yang terjadi denganmu?"Edgard tak menjawab dan lang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status