Share

Mengecoh Mata-mata

Penulis: Ri III
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 17:38:56

"Sayang?"

Nathan terbangun dengan kondisi tempat di sebelahnya kosong. Monica sudah tak ada di pembaringan, ia terbangun, memakai celana dan bermaksud ke kamar mandi. Tapi sepucuk surat sudah tergeletak di atas meja.

[Aku pergi berbelanja dan perawatan hari ini. Tidak perlu mencari!]

Nathan mendesah kecewa, padahal ia sudah membayangkan ciuman di pagi hari setelah kejadian semalam. Tapi, tampaknya istrinya belum sepenuhnya menerima dia.

"Baiklah. Tanpa ciuman di pagi hari, tanpa pelukan hangat, atau teman sarapan. Tapi, mengapa harus berangkat sepagi ini? Tidak biasanya," gumam Nathan.

Ia menatap ponsel, tak ada notifikasi apa pun dari Arini. Mengapa ia memilih untuk menulis surat, seperti pasangan kekasih jaman dulu, tapi sepertinya romantis.

Tanpa berpikir panjang lagi, pria itu segera bersiap. Saat mandi, ia sedikit bingung dengan gaya permainan Arini yang dianggapnya tidak biasa. Wanita itu berubah menjadi lebih profesional sekarang.

Tingkahnya juga mengingatkan dirinya pada Moni
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Yuan Malu

    Ambar benar-benar menunjukkan sisi nakalnya, ia terus meminta lagi dan lagi, rasanya melayang terlebih saat merasakan barang di bawahnya dipermainkan oleh lidah nakal pria asing, yang ia pikir Anderson."Anderson, mengapa baru sekarang?" lirihnya dan kembali melenguh panjang. Tepat setelah mencapai pelepasan, Ambar terbaring lemas tanpa busana, ditutupi selimut dan ditinggal pergi begitu saja. Entah sudah berapa jam ia tertidur, karena saat bangun, suasana di luar sudah begitu gelap. Ternyata sudah pukul 07:00, ia sudah tertidur berapa lama setelah permainan panas. Ambar tersenyum, sekali pun Anderson memintanya ke sini hanya untuk berbagi peluh, tidak masalah. Setidaknya ia sudah bisa merasakan barang besar memabukkan milik Anderson. Baru saja selesai berpakaian, ponselnya sudah berdering. Notifikasi masuk dari Yuan terlihat di sana.[Pulang sekarang! Dasar memalukan.]Kening Ambar mengernyit heran. Ia tak habis pikir dengan isi pesan Yuan, juga panggilan telepon berulang pun tampa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Arini Melemah

    "Arini, mengapa hanya berdiam diri di sana sedari tadi?"Nathan yang sejak tadi sibuk di depan laptop menghampiri Arini, wanitanya duduk di kursi panjang tempat di mana Nathan menyalurkan hasratnya bersama perempuan lain. Arini menatap jijik ke arah Nathan, bahkan saat pria itu menggenggam punggung tangannya."Aku ingin bercerai," putusnya sepihak. Ucapan Arini tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Nathan. Baru saja semalam menghabiskan malam yang panjang, sekarang Arini malah meminta cerai tanpa alasan yang jelas."Sayang, ada apa denganmu? Katakan apa kesalahanku!""Kau benar-benar ingin tahu?"Nathan mengangguk."Kau berselingkuh dengan karyawanmu. Mungkin itu juga penyebab perusahaanmu di ambang kehancuran. Jika saja kau bisa menjaga diri hanya untukku, pasti hidupmu tidak akan sesulit ini," ujar Arini membuat Nathan terkejut.Dari mana istrinya tahu, sementara waktu itu ia sudah benar-benar memastikan jika tak ada satu pun orang yang melihat, di ruangannya juga tak memiliki kame

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Yuan Curiga

    "Katakan di mana Nathan! Aku akan menghancurkan perusahaan ini. Kau! Pasti kau yang sudah meretas dan menuruti permintaan Nathan." Yuan tak terkendali. Beberapa unit komputer rusak di tangannya, bahkan pihak keamanan saja kalah dengan dua pria kekar yang Yuan bawa. Wanita itu berjalan cepat menuju ruangan Nathan, tapi selalu ada saja yang menghalanginya. "Menyingkir! Aku akan buat perhitungan dengan kalian semua. Kurang ajar!" Pria suruhan itu sudah memukul orang-orang Nathan ayas perintah Yuan, sampai akhirnya ia memergoki seorang pria yang baru saja selesai mengabari Nathan. Pria itu gemetar ketakutan, pasti gilirannya sekarang. "Nyonya, maafkan aku!" "Kau menghubungi Nathan, ya?" Pria itu mengangguk ketakutan. "Bagus." Yuan terus saja mendekati ruangan Nathan sampai akhirnya suara yang sangat ia kenali itu terdengar dari belakang. "Hentikan omong kosong ini, Ibu! Kau baru saja merusak properti perusahaan. Aku bisa menuntut mu karena tindakan ini." Yuan terseny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Halusinasi

    "Argh!!! Dia benar-benar racun yang membahayakan!"Yuan menghancurkan seisi kamar, bahkan kaca rias yang entah sudah diganti berapa kali itu tak luput dari amarahnya. Dadanya naik turun, sejak pulang dari rumah Nathan ia semakin frustrasi."Sejak kapan ia jadi licik seperti itu?"Yuan meremas rambutnya kesal. Hari-harinya benar-benar hancur. Sudah setengah mati membangun kembali namanya yah sempat tercoreng karena Arini, sekarang malah karirnya diusik entah oleh siapa. Yuan berpikir keras, berusaha mencari bukti jika memang Arini pelakunya. Tapi Nathan sangat sulit untuk diajak berpikir, putranya sudah hilang kepercayaan pada Yuan, itu yang semakin membuatnya tak bisa mengendalikan amarah.Satu tangan meraih ponsel dari dalam tas, ia menghubungi seseorang untuk mencari tahu masalah ini. Jika terus dibiarkan, orang itu pasti akan semakin menjadi dan menghancurkan keluarganya.Setelah selesai, ia hanya duduk di sudut ranjang yang penuh dengan kehampaan.Dulu sebelum bertemu Sean, ia ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Permainan Panas 18+

    "Aku pikir kau sudah berubah dan membiarkan putramu bahagia bersama istrinya. Rupanya kau semakin menjadi."Suara bariton Sean terdengar tak suka. Setelah mendengar pengakuan dari Yuan, ia bertambah muak melihat istrinya. Dulu saat kecil, beruntung ia dan William bisa menjadi tameng untuk melindungi Arini, tapi sifat egois dan pendendam Yuan rupanya tak bisa diredam.Bahkan mempunyai ide konyol untuk menikahkan Arini dan Nathan, agar wanita itu tetap ada dalam pengawasannya."Kau sudah keterlaluan. Melampiaskan dendam yang tidak ada habisnya," lanjutnya lagi memantik amarah Yuan. Ia sedari dulu tak terima jika Sean berpaling membela Arini. Ternyata selain Sean dan William, sekarang Nathan juga menjadi pelindung wanita itu."Bahkan penyiksaan yang dia alami, sangat tidak sebanding dengan luka yang ditorehkan orang tuanya," geram Yuan.Sean berbalik menatapnya."Jika kekasih lamamu itu masih hidup, mengapa tak menikah dan hidup bahagia saja dengannya? Dengan begitu kau bisa melepas den

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Flashdisk

    "Aku sudah lama curiga jika kau bukan Arini. Katakan di mana Arini!"Monica masih bungkam. Tubuhnya sudah tak dibaluti apa pun selain selimut tebal sekarang. Bibir bungkam tapi otaknya kian berputar mencari alasan yang tepat. Tidak mungkin penyamarannya akan dibongkar secepat ini."Monica, katakan di mana kau sembunyikan Arini!" Bentakan Nathan membuat netra Monica mengembun. Ia memasang wajah sedih meminta iba pada suaminya. "Nama siapa yang baru kau sebut, Mas?"Nathan sekarang yang bungkam. Bisa berbahaya jika yang berada di hadapannya adalah Arini."Katakan siapa Monica! Dan apa hubunganmu dan dia? Bagaimana bisa kau melihat aku adalah dirinya?"Nathan mati kutu. Akting yang ditunjukkan Monica sepertinya meyakinkan. Wanita itu semakin meringkuk di sudut kasur."Apa ada wanita yang mirip denganku? Katakan di mana wanita itu dan sejak kapan kau berkhianat? Atau saat aku koma selama bertahun-tahun kau sudah membagi cintamu dengan wanita bernama Monica?" tuding Monica dengan tangisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Tinggalkan Nathan!

    "Kau begitu menyukai Arini sampai rela melakukan ini. Harusnya dia tidak menikah dengan Nathan." Monica duduk di sebelah William. Pria itu tersenyum tipis tapi tak terlalu memperhatikan Monica. Setelah ia memberikan bukti kekerasan Yuan, ia hanya berharap ibunya segera diadili, dengan begitu Arini akan tetap hidup bahagia bersama Nathan. Pria tinggi tegap itu hanya bisa terus memandang laut lepas. "Harusnya begitu, tapi Arini hanya menginginkan adikku, jadi tidak ada gunanya memaksa hati seseorang harus persis dengan kita. Oh iya, saranku, jangan buru-buru membawa barang bukti ke pihak yang berwajib, karena sekarang, kekuatan netizen jauh lebih berarti dari pada para aparat itu, sebagian besar dari mereka sudah disuap ibu," terangnya panjang lebar. Monica mengangguk paham. Ia tak habis pikir pria sebaik William mendapatkan Maira, dan wanita selembut Arini harus memiliki suami yang jahat seperti Nathan. Sepertinya jodoh mereka berdua tertukar. Orang jatuh cinta memang sulit u

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Tersebar Luas

    "Dari mana saja?" Monica baru saja masuk ke rumah, langkahnya terhenti ketika suara bariton Nathan terdengar mengintimidasi dirinya. Pria itu bangun dan mendekati Monica yang masih tidak bergeming. "Hanya karena aku memberimu kebebasan, kau juga semakin bebas untuk bepergian," lanjutnya tak suka. Tanpa basa-basi, ia langsung melempar beberapa potret ke arah Monica. "Awalnya aku tidak ingin menuduh lebih jauh. Tapi kau sudah keterlaluan. Kau memanfaatkan kebebasanmu untuk kembali bertemu dengan William. Ada apa, Arini? Apa kau ingin terlihat seperti diperebutkan oleh kami?" Monica mencoba berperan seperti Arini yang penyabar. Jika ia sarkas, Nathan pasti akan mencium gelagat Monica di dalam dirinya. Wanita itu tersenyum tipis, kemudian mengambil salah satu potret yang berserakan di lantai. "Seperti yang kau tahu. Aku ingin menenangkan diri, kebetulan bertemu William tanpa direncanakan." Monica tidak bohong, 'kan? Ia memang bertemu William tanpa sengaja. "Benarkah tidak s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Ambar ditangkap

    Salah satu anak buah Ambar masuk dengan tergesa, pria itu ngos-ngosan dan ingin menjelaskan semuanya pada Ambar, bahwa Sean berhasil menerobos masuk dan sudah melumpuhkan anak buahnya yang lain. Tapi sebelum itu terjadi, suara pistol mengejutkan mereka,pria itu tertembak sebelum bicara."Sialan!"Ambar langsung menunduk mencari tempat aman, ia tak peduli jika nanti Jenni yang akan tertembak, tak peduli jika wanita yang diikat menggantung itu mati, yang penting ia selamat, berteriak memanggil bawahannya pun sulit, karena memang semua sudah dibereskan oleh Sean.Sean masuk dengan gagah, berjalan pelan dan menodongkan senjata ke arah Ambar yang kini menatap sang ayah."Ayah?"Sean tersenyum miring."Jika tidak ingat kau adalah darah dagingku, mungkin satu peluru ini sudah menembus kepalamu. Bangun!"Dengan takut-takut Ambar berdiri, ia mengangkat kedua tangan seolah menyerahkan diri. Sean mendorong tubuhnya dengan senjata, memerintahkannya untuk duduk di kursi, setelahnya ia mengarahkan

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Ambar Ketahuan

    Kedua pria berbeda usia itu duduk saling berhadapan sat sama lain. Jika Edward menatapnya dengan kilat amarah, Sean malah menatapnya dengan bangga. Dari sekian banyak usahanya bersama William, ternyata yang bisa memecahkan masalah besar ini adalah Edward, cucunya yang paling cerdas dalam hal teknologi. "William, tinggalkan kami sebentar!" "Baik, Ayah." William bergegas pergi, termasuk Edgard sendiri. Kali ini Sean benar-benar ingin berbicara empat mata bersama Edward. "Mengapa mereka harus pergi? Agar tak tahu kebusukan mu, 'kan?" Sean tak ambil pusing. Ia menatap lurus ke depan, tatapan tajam Edward tak membuatnya gentar, ia seperti melihat dirinya sendiri dari sorot mata ini. "Aku akan memberitahumu kebenarannya, tapi berjanjilah untuk tidak menyalahkan siapa pun setelah mendengar penjelasanku. Siapa pun yang ada di dalam jawaban atas pertanyaanmu, kau tidak berhak menyalahkan atau mengorek informasi selanjutnya, karena ini masa lalu yang sudah ditutup selama puluha

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Penerus Sean

    "Apa yang terjadi dengan mereka tadi?" William kini menginterogasi sopirnya dengan ekspresi marah, semula ia berpikir jika dua anak itu berlari entah ke mana karena tak tahan dikekang. Tapi kondisi keduanya yang lemas, membuat William berpikir ulang tentang prasangka buruknya. "Maaf, Pak. Saya juga tidak mengerti. Tadi saya tak sadarkan diri, dan setelah bangun malah melihat dua tuan muda sudah terikat." "Kembali ke tempatmu sana!" William menatap dua keponakannya yang tak sadarkan diri, lantas menyuruh dua orang pria untuk membawa mereka ke dalam. Tapi, sebelum itu terjadi, Edward lebih dulu terbangun dan terbatuk-batuk. "Edward, kau tidak apa-apa?" tanya William panik. Habis sudah ia di tangan Monica, jika Monica tahu anaknya dalam bahaya, padahal ada dalam pengawasan William. "Hanya sedikit pusing, Paman." Edward memijat pelipisnya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" "Aku, tidak ingat. Semua terjadi begitu cepat!" William langsung menyuruh orang untuk membopong Edward. Pr

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Kamera

    "Kenapa anting ini rasanya familiar?"Sean dan William tengah berada di markas rahasia, keduanya ingin mengungkap sendiri pelaku yang hampir membuat nyawa Monica tiada. Anting itu terus saja Sean perhatikan, ia merasa tidak asing dengan barang milik wanita ini, seperti pernah melihatnya di telinga seseorang tapi siapa.William juga ikut memperhatikan, tapi ia sama sekali tidak tahu anting milik siapa itu. "Ayah, apa pernah melihat anting ini sebelumnya?"Sean mengangguk mantap, dan kini ia tengah memaksa otaknya untuk berpikir keras mencari jawaban. Sean memang jarang berbicara, ia lebih banyak bertindak dan menjadi salah satu orang paling teliti, hanya saja nasib buruk membawanya menjadi suami Yuan.Wanita itu benar-benar membuatnya tak habis pikir, bagaimana bisa mendiang ayahnya dulu percaya jika Yuan adalah jodohnya. Lupakan sejenak tentang Yuan, ia kemudian memilih untuk mengambil sebotol wine dari lemari pendingin, menuangkannya pada gelas kecil, dan menenggaknya perlahan. Bi

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Air Mata Cinta

    Sudah tiga hari Monica tak sadarkan diri, ia sepertinya lebih nyaman memejamkan mata dan sukses membuat Nathan gelisah. Pria itu bahkan beranjak dari tempatnya dalam waktu yang lama saja enggan. Beruntung peluru berhasil dikeluarkan, pendarahan juga terhenti tepat waktu, juga suatu kebetulan ada banyak stok darah yang sesuai dengan Monica di rumah sakit itu, sekarang Monica masih dalam masa pemulihan. Tapi ini sudah tiga hari, itu yang membuat Nathan khawatir jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Pria itu tak lepas dari sang istri, ia mengusap punggung tangan istrinya penuh cinta. Ketika ingin beranjak pun ia tetap memasang kamera pengawas, bahkan tak ada satu pun perawat yang ia percaya, ia terlalu merasa takut Monica terancam. "Sayang, bangun! Aku dan anak-anak merindukan dirimu. Bangun dan pukul saja aku! Aku adalah suami yang tidak berguna, aku tidak mampu melindungi mu dari bahaya. Jangan diam saja, Monica! Bangun dan pukul aku!" Netra tajamnya mengembun. Rasa cin

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Terkekang

    "Paman, mengapa bukan Daddy yang menjemput kami?" William masih fokus menyetir, ia tersenyum tipis mendengarkan pertanyaan salah satu keponakannya. "Daddy pasti sedang sibuk. Benarkan, Paman?" "Tentu saja." Suasana hening sebentar, tapi Edward merasa ada yang tidak beres, perasaannya selalu gelisah dan terus memikirkan keadaan Monica, apa wanita itu dalam bahaya, dan ketidakberadaan Nathan menjadi alasan terkuat di balik kondisi Monica, tapi pertanyaan itu hanya mengambang di pikirannya tanpa ia ungkapkan. Netranya memicing. Baru sadar jika ini bukan jalan pulang. "Paman, sepertinya kita salah jalan," tegur Edward. "Tidak. Ini jalan menuju rumah paman. Untuk sementara, kalian akan tinggal di rumah paman," cetus William. "Kenapa? Apa yang sudah terjadi di rumah?" Dua anak ini memang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dengan sedikit bualan mungkin bisa menenangkan, ia hanya tak ingin konsentrasi belajar mereka terganggu karena masalah orang dewasa, mereka hanya harus belaj

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Hampir Mati

    "Tidak ada apa-apa. Menyebalkan!" Monica baru saja ingin beranjak, tapi tiba-tiba suara letusan senjata api terdengar di dekatnya. Boneka yang ia letakkan terjatuh begitu saja dengan kepala yang sudah koyak. Monica melebarkan netranya. Ia tak menyangka jika bahayanya akan lebih dari yang ia bayangkan. Bukan hanya lemparan batu, Ambar mulai memakai senapan untuk membunuh dirinya. Ia langsung mengambil kamera dan berlari ke lantai dasar. Monica mondar-mandir kebingungannya, suara tembakan terdengar lagi, kali ini berhasil menembus pintu rumah. Monica menjerit dan menutup telinga, ia bersembunyi di balik sofa agar tidak tertembak. Tangannya gemetar menghubungi Nathan, William, dan Sean secara bersamaan. Panggilan belum mendapatkan satu pun balasan. "Sial! Mereka pasti sedang sibuk." Monica buru-buru mengirim pesan suara dan mengirimnya pada tiga orang tersebut secara bersamaan. Ia dalam bahaya sekarang, mau tak mau harus bersembunyi atau berlari melalui pintu belakang. Suara

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Misi Melindungi Mommy

    "Ada yang tidak beres sekarang. Ambar, kau masih ingin bermain denganku, 'kan? Aku akan menunjukkan permainan yang sesungguhnya," lirih Monica dengan tatapan tajam ke depan. Pecahan kaca itu tidak seberapa, masih bisa diganti, tapi teror yang akan dilakukan Ambar ke depannya tidak bisa diprediksi.Beruntung jika hanya dia yang diusik, tapi bagaimana jika putranya yang jadi sasaran dendam tak beralasan Ambar. Sekali pun ia tak melihat langsung pelakunya, ia sudah yakin jika ini adalah ulah Ambar. Wanita itu bisa keluar masuk rumah sakit sesuka hatinya.Deru mobil berhenti di depan, suami dan anak-anaknya sudah pulang. Nathan langsung masuk bersama dua putranya, seperti biasa orang pertama yang mereka cari adalah Monica. Wanita itu tak ingin membuat Nathan cemas, ia bersikap seperti biasa dan menghampiri suaminya."Tolong ganti jendela dapur! Sepertinya ada orang iseng yang tidak sengaja memecahkan kaca barusan," pinta Monica tersenyum tipis. Ia membantu Nathan melepas dasi, dan membawa

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Pengakuan Wanita Gila

    "K-kau?" Perempuan itu tersenyum. Ia memegang tangan Monica dengan tatapan lembutnya. Monica melihat ketulusan dalam diri perempuan yang tadi ia pikir gila. "Aku dulu adalah perawat di sini. Dan dia salah satu pasienku," ucapnya memulai pembicaraan sembari menunjuk ke arah Ambar. Ambar tak sadar jika diawasi dari jauh, ia terlalu sibuk bersandiwara di depan Nathan. "Lalu, mengapa kau berpenampilan seperti orang gila?" "Semua karena dia. Dia wanita licik dan jahat, dia tidak pernah gila, hasil pemeriksaan normal, ia hanya menderita halusinasi tapi tak parah. Awal kedatangannya, aku pikir dia menyedihkan. Ternyata dia wanita jahat, sering menyiksa dan menyuntik perawat dengan obat bius, tapi saat diperiksa ia akan bersikap seperti orang gila yang memberontak dan seperti pasien yang mengalami trauma berlebih. Dia melakukan itu karena tak ingin dipenjara, ia juga selalu memukulku tanpa sebab sembari menyebut nama Arini dan Monica. Apa kau Arini, atau Monica?" "Monica." "Di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status