Haris berangkat ke kantor dengan kondisi yang masih demam, dia sedikit menyesal karena kemarin memilih untuk berdiam diri di teras menunggu Alma membukakan pintu. Meski dengan kondisi badan yang tidak prima, Haris tetap bekerja. Dia sudah beberapa hari meninggalkan meja kerjanya hingga pekerjaan juga cukup banyak untuk diselesaikan.Haris berniat secepatnya mengurus pekerjaan agar bisa segera menyusul Alma ke kantor Risha. Namun, kondisi tubuhnya semakin tidak bisa diajak kerjasama. Haris menggigil kedinginan hingga memilih mematikan pendingin ruangan. Haris menoleh ke arah jendela, karena mungkin sudah musimnya, hujan lagi-lagi turun membasahi bumi begitu deras.Haris sejenak tertegun, tapi setelahnya kembali fokus ke pekerjaan.[Ndre, bisa ke ruanganku? Laporan kemarin sudah aku selesaikan semua]Haris mengirimkan pesan pada Andre, seperti kemarin dia masih meminta bantuan pemuda itu untuk mengurus pekerjaan yang biasa sekretaris kerjakan.Andre sendiri tak merasa keberatan. Sesaa
Beberapa saat sebelumnya. Siang tadi Risha mengajak Alma makan bersama.Alma sendiri tidak menolak Risha sebagai bukti kalau dirinya saat ini sudah tidak marah lagi.“Kamu tahu, waktu pertama kali diadopsi oleh keluargaku dan dibawa ke rumah, Kak Haris melakukan sesuatu yang membuat Papa marah,” ucap Risha sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut.“Melakukan apa?” tanya Alma penasaran.“Dia ‘kan diadopsi bukan dibawa untuk bekerja, tapi setiap pagi Kak Haris pasti membantu pekerjaan pembantu, dari menyiram tanaman, berkebun, sampai Papa marah-marah karena Kak Haris malah sibuk melakukan itu,” jawab Risha lalu tertawa pelan.“Benarkah?” tanya Alma penasaran.“Iya, bahkan aku ingat Papa sampai berkata seperti ini, ‘Kenapa mengerjakan pekerjaan di sini, kamu itu diangkat jadi anak bukan pembantu.’ Papa marah begitu,” ucap Risha dengan lagak meniru papanya dulu.“Lalu, apa yang Pak Haris, ah … maksudku suamiku lakukan?” tanya Alma begitu antusias ingin tahu.“Tetap saja besoknya Kak Haris
Keesokan harinya. Alma membangunkan Haris karena dia harus pergi bekerja lagi ke kantor Risha seperti kemarin.Alma sudah menyiapkan sarapan bahkan obat yang harus Haris minum.“Kalau masih kurang sehat, tinggallah di rumah dulu, tidak usah ke kantor. Aku mau ke tempat Kak Risha dulu,” ujar Alma. Dia menempelkan tangannya ke kening Haris untuk memastikan bahwa demam suaminya itu benar-benar sudah reda.Haris merasa berbunga-bunga mendapat perlakuan seperti itu. Dia meraih tangan Alma lalu mengecupnya. “Apa tidak sebaiknya kita pulang ke rumah hari ini?” Haris tidak ingin menunda kepulangan mereka. "Bukannya apa-apa, rumah itu lebih dekat jaraknya ke kantor Risha," imbuh Haris.Alma diam berpikir. Alasan Haris memang ada benarnya.“Tidak masalah, kamu ke kantor Risha saja dulu, nanti aku akan menjemputmu di sana,” ujar Haris melihat Alma hanya diam.“Baiklah,” balas Alma mengiyakan saja.Alma pun izin berangkat. Namun, ternyata Alma tidak langsung pergi ke kantor My Lily. Diam-diam
Alma menunggu Haris menjemputnya sore itu. Semua staf sudah pulang satu persatu begitu juga dengan Risha yang tadi menawarkan tumpangan tapi ditolak dengan sopan oleh Alma. Alma berkata pada Risha kalau Haris akan menjemputnya, jadi dia akan menunggu sebentar lagi. Alasan Alma ini membuat Risha sampai menggoda."Wah ... jadi kalian sudah baikan?" "Kami akan pulang ke rumah," balas Alma dengan pipi merona.Risha merasa senang, dia terus menggoda Alma sampai akhirnya meninggalkan kantor My Lili. Alma tampak masih berdiri sambil memegang ponsel, dia sempat bertegur sapa juga dengan satpam yang masih berjaga. Tak berselang lama sedan mewah Haris muncul. Alma tak bisa menyembunyikan rasa senangnya saat melihat sosok pria yang dicintainya itu menurunkan kaca jendela. "Atas nama ibu Alma?" goda Haris menirukan gaya pengemudi taksi online. Alma tersenyum semakin lebar, dia hendak meraih gagang pintu tapi Haris lebih dulu mencegahnya. Pria itu turun lalu memutari bagian depan mo
Sementara itu, Rico yang termakan ucapan Rara— yang mengatakan jika dipecat dari Mahesa karena Alma mulai memikirkan untuk memberikan balasan pada Alma. Rico lantas berencana untuk menyakiti Alma untuk membalas dendam atas rasa sakit hati sang adik. Rico tak terima dan dia juga tidak akan membiarkan Alma begitu saja. Beberapa hari ini Rico menghabiskan waktunya untuk memperhatikan Alma dan aktivitas wanita itu yang bekerja di My Lily. Seperti hari ini, Rico membuntuti Alma dengan pakaian serba tertutup agar tak mudah dikenali orang-orang. Rico juga mulai mengawasi setiap gerak-gerik Alma. Dia bahkan dengan sabar menunggu seperti orang kurang kerjaan. Siang hari, Rico melihat Alma keluar dari kantor My Lily. Matanya yang tajam terus mengawasi ke mana Alma akan pergi. Ternyata Alma hendak membeli kopi di kafe yang ada di seberang jalan. Rico tersenyum iblis, dia sudah memutuskan apa yang akan dilakukan ke Alma. "Sudah saatnya kamu merasakan akibat perbuatanmu mengusik Rara
Setelah mengantarkan Alma pulang ke rumah, Haris malah berpamitan hendak keluar tanpa mengatakan alasannya kepada Alma. Lelaki itu pergi begitu saja setelah sebelumnya selama di perjalanan pulang dari rumah sakit terus memikirkan apa yang Alma katakan tentang kecelakaan yang menimpanya tadi. "Mobil itu melaju kencang tetapi ketika melihat Alma hendak menyebrang mobil itu tak berhenti atau mengurangi kecepatannya sama sekali?" Walaupun Haris tahu itu bisa saja terjadi sebab si pengemudi gugup setelah melihat Alma yang hendak menyebrang sehingga tak dapat mengendalikan kecepatan mobilnya, tetapi entah mengapa perasaan Haris tak enak. Dia khawatir dan takut kalau-kalau yang menimpa istrinya tadi itu bukan hanya sebuah kebetulan, melainkan sebuah kesengajaan yang orang lain perbuat untuk menyakiti. Maka dari itu, setelah mengantarkan Alma pulang ke rumah, Haris pergi ingin mengecek CCTV yang ada di kafe seberang kantor My Lily. Dia ingin memastikan jika kecelakaan itu memang bukan
Pagi itu di rumah, Alma tampak tengah asyik menonton televisi. Seharian tinggal di rumah seorang diri bersama pembantu, sedangkan Haris pergi bekerja. Alma merasa bosan, beberapa kali dia merubah posisi duduknya dan sesekali akan berjalan-jalan walaupun harus terseok-seok menuju halaman belakang rumah karena bosan di dalam rumah terus. "Apa tidak ada yang mau mengajakku pergi atau datang ke sini? Astaga, aku bosan sekali," ucapnya. Alma lalu kembali berjalan ke ruang tengah. Walaupun kakinya masih sakit akibat terkilir kemarin, nyatanya itu tak membuat Alma untuk tetap diam saja tak melakukan apa-apa. Setelah Haris pergi bekerja dia bahkan sempat membantu pembantu rumah memotong sayuran meski sambil duduk di kursi. "Kenapa aku tiba-tiba merasa lapar?" gumam Alma. "Enaknya makan apa ya?" Alma menggulir layar ponselnya setelah duduk di ruang tengah. Dia berniat untuk memesan beberapa makanan dari luar untuk teman ngemilnya hari ini sembari menunggu Haris pulang malam nant
Setelah beberapa hari, Alma memilih berangkat kerja meski kakinya yang terkilir masih sedikit sakit. Dia juga tidak mau lagi membeli kopi di seberang karena takut terjadi hal buruk lagi seperti kemarin. “Apa kakinya sudah sembuh?” tanya teman kerjanya saat melihat Alma datang. “Sudah lumayan. Lagi pula kerjaanku juga bukan angkat benda-benda berat, jadi tidak masalah berangkat,” jawab Alma sambil memulas senyum. Teman Alma itu mengangguk. Siangnya seperti hari-hari sebelumnya, Alma ikut berjualan produk secara live bersama staf Risha. Namun, ada yang berbeda kali ini. Tiba-tiba saja banyak komentar hinaan yang berterbangan di layar saat mereka melakukan live. Alma sempat terdiam karena terkejut, tapi setelahnya berusaha tenang. Staf Risha juga syok, tapi mencoba bersikap biasa dan melanjutkan live sesuai alur. Akan tetapi karena baik Alma atau staf itu tidak ada yang membalas dan merespon komentar buruk dan hanya menanggapi penonton yang menanyakan soal skincare, membuat
Rico syok tak karuan. Dia melihat Haris masih terus mengetuk kaca jendela mobil tapi dia tidak mau keluar. “Sialan, kenapa dia bisa tahu,” gerutu Rico. Rico panik dan takut. Dia segera menginjak pedal gas untuk kabur, tapi karena terburu-buru, Rico tidak sadar di depan ada Alma sehingga hampir saja menabrak Alma. Alma terkejut ketika melihat mobil itu melaju, beruntung tangannya langsung ditarik Risha sehingga tidak sampai tertabrak. Haris sangat terkejut karena Rico berusaha kabur. Untung saja saat itu ada sopir mobil box My Lily yang melihat lalu segera memundurkan mobilnya sampai membuat mobil Rico menabrak mobil itu. “Sialan!” gerutu Rico. Dia buru-buru keluar untuk kabur, tapi sayangnya ada satpam Risha yang langsung mencegahnya. “Mau ke mana kamu?” Satpam langsung meringkus Rico. “Lepaskan!” Rico hendak memberontak, tapi satpam menahan kedua tangannya di belakang. Haris sangat terkejut Rico hampir menabrak Alma. Dia langsung menghampiri Alma. “Kamu baik-baik saja, kan
Setelah beberapa hari, Alma memilih berangkat kerja meski kakinya yang terkilir masih sedikit sakit. Dia juga tidak mau lagi membeli kopi di seberang karena takut terjadi hal buruk lagi seperti kemarin. “Apa kakinya sudah sembuh?” tanya teman kerjanya saat melihat Alma datang. “Sudah lumayan. Lagi pula kerjaanku juga bukan angkat benda-benda berat, jadi tidak masalah berangkat,” jawab Alma sambil memulas senyum. Teman Alma itu mengangguk. Siangnya seperti hari-hari sebelumnya, Alma ikut berjualan produk secara live bersama staf Risha. Namun, ada yang berbeda kali ini. Tiba-tiba saja banyak komentar hinaan yang berterbangan di layar saat mereka melakukan live. Alma sempat terdiam karena terkejut, tapi setelahnya berusaha tenang. Staf Risha juga syok, tapi mencoba bersikap biasa dan melanjutkan live sesuai alur. Akan tetapi karena baik Alma atau staf itu tidak ada yang membalas dan merespon komentar buruk dan hanya menanggapi penonton yang menanyakan soal skincare, membuat
Pagi itu di rumah, Alma tampak tengah asyik menonton televisi. Seharian tinggal di rumah seorang diri bersama pembantu, sedangkan Haris pergi bekerja. Alma merasa bosan, beberapa kali dia merubah posisi duduknya dan sesekali akan berjalan-jalan walaupun harus terseok-seok menuju halaman belakang rumah karena bosan di dalam rumah terus. "Apa tidak ada yang mau mengajakku pergi atau datang ke sini? Astaga, aku bosan sekali," ucapnya. Alma lalu kembali berjalan ke ruang tengah. Walaupun kakinya masih sakit akibat terkilir kemarin, nyatanya itu tak membuat Alma untuk tetap diam saja tak melakukan apa-apa. Setelah Haris pergi bekerja dia bahkan sempat membantu pembantu rumah memotong sayuran meski sambil duduk di kursi. "Kenapa aku tiba-tiba merasa lapar?" gumam Alma. "Enaknya makan apa ya?" Alma menggulir layar ponselnya setelah duduk di ruang tengah. Dia berniat untuk memesan beberapa makanan dari luar untuk teman ngemilnya hari ini sembari menunggu Haris pulang malam nant
Setelah mengantarkan Alma pulang ke rumah, Haris malah berpamitan hendak keluar tanpa mengatakan alasannya kepada Alma. Lelaki itu pergi begitu saja setelah sebelumnya selama di perjalanan pulang dari rumah sakit terus memikirkan apa yang Alma katakan tentang kecelakaan yang menimpanya tadi. "Mobil itu melaju kencang tetapi ketika melihat Alma hendak menyebrang mobil itu tak berhenti atau mengurangi kecepatannya sama sekali?" Walaupun Haris tahu itu bisa saja terjadi sebab si pengemudi gugup setelah melihat Alma yang hendak menyebrang sehingga tak dapat mengendalikan kecepatan mobilnya, tetapi entah mengapa perasaan Haris tak enak. Dia khawatir dan takut kalau-kalau yang menimpa istrinya tadi itu bukan hanya sebuah kebetulan, melainkan sebuah kesengajaan yang orang lain perbuat untuk menyakiti. Maka dari itu, setelah mengantarkan Alma pulang ke rumah, Haris pergi ingin mengecek CCTV yang ada di kafe seberang kantor My Lily. Dia ingin memastikan jika kecelakaan itu memang bukan
Sementara itu, Rico yang termakan ucapan Rara— yang mengatakan jika dipecat dari Mahesa karena Alma mulai memikirkan untuk memberikan balasan pada Alma. Rico lantas berencana untuk menyakiti Alma untuk membalas dendam atas rasa sakit hati sang adik. Rico tak terima dan dia juga tidak akan membiarkan Alma begitu saja. Beberapa hari ini Rico menghabiskan waktunya untuk memperhatikan Alma dan aktivitas wanita itu yang bekerja di My Lily. Seperti hari ini, Rico membuntuti Alma dengan pakaian serba tertutup agar tak mudah dikenali orang-orang. Rico juga mulai mengawasi setiap gerak-gerik Alma. Dia bahkan dengan sabar menunggu seperti orang kurang kerjaan. Siang hari, Rico melihat Alma keluar dari kantor My Lily. Matanya yang tajam terus mengawasi ke mana Alma akan pergi. Ternyata Alma hendak membeli kopi di kafe yang ada di seberang jalan. Rico tersenyum iblis, dia sudah memutuskan apa yang akan dilakukan ke Alma. "Sudah saatnya kamu merasakan akibat perbuatanmu mengusik Rara
Alma menunggu Haris menjemputnya sore itu. Semua staf sudah pulang satu persatu begitu juga dengan Risha yang tadi menawarkan tumpangan tapi ditolak dengan sopan oleh Alma. Alma berkata pada Risha kalau Haris akan menjemputnya, jadi dia akan menunggu sebentar lagi. Alasan Alma ini membuat Risha sampai menggoda."Wah ... jadi kalian sudah baikan?" "Kami akan pulang ke rumah," balas Alma dengan pipi merona.Risha merasa senang, dia terus menggoda Alma sampai akhirnya meninggalkan kantor My Lili. Alma tampak masih berdiri sambil memegang ponsel, dia sempat bertegur sapa juga dengan satpam yang masih berjaga. Tak berselang lama sedan mewah Haris muncul. Alma tak bisa menyembunyikan rasa senangnya saat melihat sosok pria yang dicintainya itu menurunkan kaca jendela. "Atas nama ibu Alma?" goda Haris menirukan gaya pengemudi taksi online. Alma tersenyum semakin lebar, dia hendak meraih gagang pintu tapi Haris lebih dulu mencegahnya. Pria itu turun lalu memutari bagian depan mo
Keesokan harinya. Alma membangunkan Haris karena dia harus pergi bekerja lagi ke kantor Risha seperti kemarin.Alma sudah menyiapkan sarapan bahkan obat yang harus Haris minum.“Kalau masih kurang sehat, tinggallah di rumah dulu, tidak usah ke kantor. Aku mau ke tempat Kak Risha dulu,” ujar Alma. Dia menempelkan tangannya ke kening Haris untuk memastikan bahwa demam suaminya itu benar-benar sudah reda.Haris merasa berbunga-bunga mendapat perlakuan seperti itu. Dia meraih tangan Alma lalu mengecupnya. “Apa tidak sebaiknya kita pulang ke rumah hari ini?” Haris tidak ingin menunda kepulangan mereka. "Bukannya apa-apa, rumah itu lebih dekat jaraknya ke kantor Risha," imbuh Haris.Alma diam berpikir. Alasan Haris memang ada benarnya.“Tidak masalah, kamu ke kantor Risha saja dulu, nanti aku akan menjemputmu di sana,” ujar Haris melihat Alma hanya diam.“Baiklah,” balas Alma mengiyakan saja.Alma pun izin berangkat. Namun, ternyata Alma tidak langsung pergi ke kantor My Lily. Diam-diam
Beberapa saat sebelumnya. Siang tadi Risha mengajak Alma makan bersama.Alma sendiri tidak menolak Risha sebagai bukti kalau dirinya saat ini sudah tidak marah lagi.“Kamu tahu, waktu pertama kali diadopsi oleh keluargaku dan dibawa ke rumah, Kak Haris melakukan sesuatu yang membuat Papa marah,” ucap Risha sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut.“Melakukan apa?” tanya Alma penasaran.“Dia ‘kan diadopsi bukan dibawa untuk bekerja, tapi setiap pagi Kak Haris pasti membantu pekerjaan pembantu, dari menyiram tanaman, berkebun, sampai Papa marah-marah karena Kak Haris malah sibuk melakukan itu,” jawab Risha lalu tertawa pelan.“Benarkah?” tanya Alma penasaran.“Iya, bahkan aku ingat Papa sampai berkata seperti ini, ‘Kenapa mengerjakan pekerjaan di sini, kamu itu diangkat jadi anak bukan pembantu.’ Papa marah begitu,” ucap Risha dengan lagak meniru papanya dulu.“Lalu, apa yang Pak Haris, ah … maksudku suamiku lakukan?” tanya Alma begitu antusias ingin tahu.“Tetap saja besoknya Kak Haris
Haris berangkat ke kantor dengan kondisi yang masih demam, dia sedikit menyesal karena kemarin memilih untuk berdiam diri di teras menunggu Alma membukakan pintu. Meski dengan kondisi badan yang tidak prima, Haris tetap bekerja. Dia sudah beberapa hari meninggalkan meja kerjanya hingga pekerjaan juga cukup banyak untuk diselesaikan.Haris berniat secepatnya mengurus pekerjaan agar bisa segera menyusul Alma ke kantor Risha. Namun, kondisi tubuhnya semakin tidak bisa diajak kerjasama. Haris menggigil kedinginan hingga memilih mematikan pendingin ruangan. Haris menoleh ke arah jendela, karena mungkin sudah musimnya, hujan lagi-lagi turun membasahi bumi begitu deras.Haris sejenak tertegun, tapi setelahnya kembali fokus ke pekerjaan.[Ndre, bisa ke ruanganku? Laporan kemarin sudah aku selesaikan semua]Haris mengirimkan pesan pada Andre, seperti kemarin dia masih meminta bantuan pemuda itu untuk mengurus pekerjaan yang biasa sekretaris kerjakan.Andre sendiri tak merasa keberatan. Sesaa