Share

18. Kembali Ke Rumah

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Cukup lama Adhitama menatap wajahnya dalam diam, membuat Risha tertegun sekaligus tidak mengerti. Risha semakin tidak mengerti dengan sikap Adhitama ketika pria itu ternyata pergi begitu saja meninggalkannya.

Risha menatap kepergian Adhitama hingga pintu kamarnya tertutup dengan perasaan yang Risha sendiri tidak mengerti.

Tiba-tiba dadanya sesak dan rasanya ingin menangis!

Air mata muncul di ujung matanya.

Risha tidak mengerti kenapa ia ingin menangis, atau mungkin ini karena kehamilannya? Namun, Risha membiarkan dirinya jatuh terduduk di ranjangnya dan menangis dengan pilu.

Ketika pagi harinya, Risha terbangun dan tidak menemukan Adhitama di sebelahnya.

Ada perasaan yang mengganjal di hatinya ketika tidak menemukan Adhitama di sampingnya, padahal kemarin ia sendiri yang tidak ingin tidur bersama dengan Adhitama, sekarang melihat ranjang sebelahnya kosong, hatinya tetap tidak enak.

Risha merutuki dirinya sendiri. Ini pasti karena hormon kehamilan!

Risha memilih bangun lebih cepat dan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Anniemadi Anniemadi
seruh2 aku suka
goodnovel comment avatar
vieta_novie
gemes ih ma Tama...pgn dimengerti,tp ga mau mengerti...egois banget...sebel ..
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
kalau bisa jangan ada hubungan apapun lagi kamu thama sama si sevia itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   19. Mendatangi Pesta Kakek

    Malam itu Adhitama menjemput Risha di apartemen, setelah kemarin Risha pergi begitu saja dari rumah tanpa pamit padanya selepas menyiapkan makan siang.“Untung saja kamu tidak meminta Haris menjemputmu malam ini. Kalau iya, Arin dan anak-anaknya pasti akan semakin merasa di atas awan,” ucap Adhitama dingin saat menemui Risha di apartemen.Risha tahu, Adhitama sedang menyindirnya tetapi ia tetap tak senang mendengar sindiran Adhitama. Meskipun begitu, Risha mencoba membalas dengan tenang. “Bahkan cepat atau lambat Kakek juga pasti akan tahu kalau hubungan kita memang tidak harmonis.”Adhitama tiba-tiba menarik tangan Risha, membuat wanita itu terkejut dibuatnya.Adhitama menatap lekat wajah Risha yang malam itu terlihat sangat cantik dengan tubuh kecilnya yang berbalut gaun model backless berwarna silver. Namun, kekagumannya itu enyah ketika rasa kesal lebih mendominasi pikirannya.“Selama ini aku bersikap lunak karena tahu kamu itu cengeng. Tapi siapa sangka, semakin hari sikapmu sema

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   20. Demi Apapun Ini Terlalu Sakit

    Melihat Sevia menghampiri kakeknya, Adhitama bergegas pergi meninggalkan Risha untuk mendekat.Kolega Adhitama pun tiba-tiba saling berbisik karena pria itu pergi meninggalkan istrinya begitu melihat seorang wanita menghampiri Kakek Roi.Risha tertegun, tak percaya.Ia semakin merasa berkecil hati. Matanya juga tiba-tiba terasa panas, ia tidak bisa melihat Adhitama langsung pergi menghampiri wanita itu dan meninggalkan dirinya. Risha memilih untuk memalingkan wajah dan menunduk. Sevia hendak memperkenalkan dirinya pada Kakek Roi, tetapi sebelum itu terjadi, Adhitama lebih dulu menjawab pertanyaan sang kakek. “Dia Sevia, Kek. Temanku juga model baru untuk salah satu produk yang diproduksi Mahesa Group.”Adhitama terpaksa memperkenalkan Sevia sebagai model untuk menjaga reputasinya. Apalagi dia baru menyadari jika semua tatapan mata para tamu tertuju ke arahnya. Kakek Roi terkejut karena Adhitama menyerobot ucapan Sevia.Wanita itu juga kaget karena Adhitama yang menjawab tak sesuai d

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   21. Ular Berbisa

    Sementara itu Kakek Roi tampak memperhatikan dari jauh, melihat Adhitama yang pergi membawa Sevia, sedangkan Risha malah pergi bersama Haris.Tentu saja hal itu membuat Kakek Roi bingung. Dia hendak menyusul Risha, tetapi Arin mencegah langkahnya.“Papa mau ke mana?” tanya Arin menghalangi langkah Kakek Roi.“Aku ingin melihat kondisi Risha, dia seperti tak baik-baik saja,” jawab Kakek Roi. Arin melirik ke arah pintu keluar, lantas kembali memandang Kakek Roi.“Papa tidak bisa meninggalkan pesta begitu saja, bagaimana reaksi para tamu jika Papa pergi? Aku yakin Risha baik-baik saja, lagi pula dia juga bersama kakaknya. Papa tetaplah di sini,” ucap Arin membujuk.Kakek Roi memandang ke pintu keluar dengan ekspresi cemas, tetapi akhirnya dengan terpaksa tetap tinggal di pesta meski dengan banyak pikiran macam-macam.Di luar hotel, Haris membawa Risha masuk ke dalam mobil, dia cemas melihat Risha yang kesakitan sambil memegangi perut. “Kamu baik-baik saja? Apa sangat sakit?” tanya Hari

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   22. Tidak Bisa Melihat Ketulusan

    Adhitama memejamkan mata dan mengatur napasnya.Wajar Risha mengabaikannya, ia meninggalkan istrinya begitu saja di pesta.Namun, ia juga tidak bisa membiarkan Sevia kesusahan bernapas seperti tadi.Adhitama tidak senang berada di situasi seperti ini. Ia harus pulang, ia harus bertemu Risha.Adhitama bangkit dari duduknya dan kembali masuk ke ruang perawatan Sevia. Dia melihat wanita itu masih berbaring meski tidak memejamkan mata.“Kamu istirahat dulu di sini sampai benar-benar pulih. Aku tidak bisa menemanimu. Aku harus kembali,” ujar Adhitama datar.Sevia mengangguk pelan, tidak bisa menahan Adhitama di sana, dia takut kalau pria itu benar-benar marah kepadanya.“Iya, tidak apa-apa,” balas Sevia patuh. Adhitama hendak berbalik pergi, tetapi tertahan ketika mendengar Sevia berkata, “Mas Adhitama, pasti tidak akan cerita yang sebenarnya pada Kakek Roi, ‘kan? Aku tahu kalau Kakek Roi sangat menyayangi Kak Risha.”Alis Adhitama berkerut samar.“Mas Adhitama pernah cerita seperti itu,”

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   23. Percaya Diri

    Adhitama memilih pergi saat mulut Arin tak lagi mengeluarkan kata-kata untuk menjawab.Adhitama bergegas pulang, ia harus bertemu dengan Risha di rumah. Namun, Adhitama lupa, Risha tidak ada di rumahnya. Adhitama memandang ruang tamu rumah sesaat setelah pembantu membukakan pintu.Tidak mendapati Risha di sana, perasaannya suram. “Apa mungkin dia pulang ke apartemen?” Adhitama bergumam lirih, hingga pembantunya mengira dia sedang memberi perintah."Maaf, Tuan?"Adhitama menoleh, menatap datar pembantunya kemudian meminta pembantu itu kembali beristirahat karena hari sudah malam.Adhitama menaiki anak tangga menuju kamar, tangannya melonggarkan dasi yang terasa mencekiknya. Punggungnya yang tegap tampak sedikit membungkuk seolah ada beban yang menekan pundaknya.Adhitama membuang dasi sembarangan lalu melepas jas yang dipakai. Pikirannya melayang, memikirkan ucapan Sevia. “Apa mungkin Risha berbuat sejauh ini hanya untuk bercerai dariku?”Adhitama menggelengkan kepala. Pikirannya

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   24. Mulai Gusar

    Sudah lewat tiga hari dari pesta Kakek Roi dan hari itu Adhitama pergi ke kantor seperti biasa.Meskipun masih tak ada kabar dari Risha, tetapi Adhitama tidak memiliki waktu untuk memikirkan masalah rumah tangganya.Lagipula semenjak saat itu Risha selalu pergi darinya. Mungkin istrinya ingin waktu sendiri. Jadi, saat ini, Adhitama akan membiarkan Risha untuk menenangkan dirinya, dan jika sudah waktunya, Adhitama yang akan menjemput Risha.Saat ini, ia harus kembali bekerja. Adhitama sangat disiplin, memiliki masalah, tetapi tetap bisa fokus bekerja.Dia bergelut dengan dokumen yang perlu diperiksa saat Andre tiba-tiba membahas hal di luar pekerjaan setelah meminta tanda tangannya. “Pak, Pak Haris masih tidak masuk kantor, padahal ini sudah tiga hari,” ucap Andre.Tangannya berhenti di salah satu dokumen mendengar ucapan Andre. Sekarang, yang disampaikan Andre membuat Adhitama agak gelisah.“Jika tidak ada lagi yang akan kamu bahas, kamu boleh pergi,” balas Adhitama tak acuh.Namun,

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   25. Wanita Yang Putus Asa

    Risha saat ini sedang duduk di atas ranjang pesakitan rumah sakit. Risha memandang lurus ke jendela, tetapi tatapannya tampak begitu kosong, bahkan wajahnya juga terlihat sangat pucat.Haris yang baru saja menemui dokter mendekat melihat Risha yang terus melamun.“Istirahatlah agar kondisimu semakin membaik,” ucap Haris.Risha hanya diam, setelah beberapa saat kemudian menoleh karena Haris menyentuh tangannya. Dia menatap sendu, terlihat jelas banyak kesedihan dan kepedihan dari pancaran mata Risha.Haris tidak tega melihat kondisi Risha. Adik angkatnya itu sekarang tak ceria dan tak selalu tersenyum seperti dulu.“Bawa aku pergi dari sini, Kak, terserah mau ke mana asal bisa pergi dari sini,” pinta Risha dengan tatapan memelas.“Tapi kondisimu belum stabil, tunggu kesehatanmu pulih, ya.” Haris mencoba membujuk.Risha menggeleng dengan air mata yang menggenang di pelupuk.“Aku merasa sesak di sini,” lirih Risha seperti menahan sakit.Haris benar-benar tak tega melihat kondisi Risha

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   26. Hal Bodoh

    Risha masih mencoba mengendalikan rasa sesaknya. Mengatur emosi yang didominasi oleh rasa sakit dan kecewa hingga akhirnya ia bisa sedikit tenang.Perlahan Risha melepas pelukan Haris, menyeka air mata yang membasahi paras cantiknya. “Aku memang sangat benci dengan segala sikap dan perlakuan Mas Tama. Tetapi, aku juga tak bisa memungkiri kalau aku benar-benar mencintainya. Dia adalah cinta pertamaku, satu-satunya pria yang aku cintai,” ucap Risha lirih. Haris hanya diam mendengar ucapan Risha. Dia tahu kalau Kakek Roi dan Kakek Risha memang bersahabat sejak lama, bahkan dulu mereka sering sekali bermain golf atau sekadar minum kopi bersama sambil membawa Adhitama dan Risha saat mereka masih kecil.Haris sendiri masih tak menyangka jika Risha bisa jatuh cinta pada Adhitama sedalam itu. Dia juga masih ingat hari di mana Risha berkata padanya bahwa sangat bahagia dijodohkan dengan Adhitama.Kini Haris tahu alasan Risha memilih bertahan sejauh ini, meski pada akhirnya sekarang Risha ber

Bab terbaru

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Kebaya Yang Pas

    Haris tertawa terbahak-bahak setelah Alma menceritakan tentang kecemasannya. Alma tidak memberitahu Haris bahwa pikirannya itu berasal dari ucapan Rara.“Apa kamu ingat golongan darah orang tuamu?” tanya Haris.“O dan B,” balas Alma.“Lalu golongan darahmu sendiri?”“B.” Alma menjawab singkat seperti orang yang takut membuat kesalahan.“Jadi coba kamu pikir, golongan darahku A, berapa persen kemungkinan aku ini sedarah denganmu? Ada-ada saja,” kata Haris.Pria itu lantas menutup laptopnya dan berdiri.“Sudah jangan berpikiran macam-macam, aku senang kamu bisa sampai di sini,” ujar Haris. “Tidak ada staf yang menggunjingmu lagi ‘kan?” tanyanya sambil merapikan rambut Alma yang sedikit berantakan.Alma merasa berdebar lagi seperti pagi tadi, pipinya bersemu merah.“Kita bisa pergi sekarang ‘kan?” Alma mundur satu langkah, dia tersenyum canggung lalu membalikkan badan.Alma buru-buru berjalan menjauhi Haris sambil memegang erat tali tas yang melingkar di depan dada.Haris buru-buru menyu

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Tes DNA?

    Pagi itu untuk pertama kali Haris merasa senang duduk di meja makan.Pembantu terus saja menggoda dengan berkata masakan Alma memang sangat luar biasa.Alma sendiri tersenyum malu mendengar pujian itu, dia duduk tepat di seberang Haris. Alma sesekali memandang pada Haris, pria mapan, tampan dan baik hati itu masih tidak dia percayai memiliki perasaan padanya.“Sepertinya makananmu itu tidak akan berkurang kalau kamu hanya melihatku, dan tidak menyuapkannya ke dalam mulut,” ucap Haris tanpa memandang ke Alma.Mendengar itu pembantu rumah tidak bisa menyembunyikan senyum, sedangkan Alma menunduk menahan malu.“Ini sudah berkurang banyak,” jawab Alma seraya menyembunyikan rasa malu.**Setelah sarapan Haris berangkat ke kantor dan Alma mengantarnya sampai ke depan.Meskipun ragu, tapi Alma memberanikan diri meminta izin ke Haris untuk pulang ke rumahnya hari itu.“Aku harus membereskan rumah, aku juga meninggalkan cucian piring kotor, jika tidak diurus bisa-bisa berjamur,” kata Alma.Ala

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Haris - Alma : Memelukmu

    Alma tak menyangka Haris akan menahannya di rumah pria itu. Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima dan mengikuti apa keinginan Haris. Bahkan seperti apa yang pria itu katakan, sudah ada banyak baju untuknya di sana.Meskipun agak canggung kepada pembantu rumah, tapi Alma mencoba untuk bersikap baik.Seperti pagi itu, dia bangun pagi lantas pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan sarapan.Awalnya pembantu rumah Haris kaget bahkan memohon Alma untuk tidak melakukan itu. Namun, Alma bersikeras, dia berkata tidak mau menumpang dan makan secara cuma-cuma di sana.“Sudah sewajarnya, karena Mba Alma calon istri Tuan Haris.”Ucapan pembantu membuat Alma menghentikan gerakan tangannya memotong wortel, dia menoleh karena kaget.Bagaimana bisa pembantu rumah tahu kalau dia calon istri Haris?“Apa Pak Haris bilang aku ini calon istrinya?” tanya Alma setengah tak percaya.“Iya, dia bahkan meminta kami menjaga Mba Alma seperti menjaga keluarga sendiri,” kata pembantu itu. “Syukurlah kare

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 7 : Masih Saja Jomlo

    Keesokan harinya. Andre sudah bersiap pergi bersama Adhitama untuk mengurus masalah di anak cabang perusahaan Mahesa yang terdapat di Jogja.Mereka sarapan lebih dulu di restoran hotel, ada Risha dan Lily juga di sana.“Semalam Anda pergi ke mana, Pak?” tanya Andre. Dia tampak menekuk bibir saat melihat Adhitama hanya diam seolah tak mendengar pertanyaannya.“Kita jalan-jalan, Om Andre mau, tapi pas diketuk-ketuk pintunya, Om Andre tidak keluar,” jawab Lily.“Hampir saja aku pikir kamu mati di kamar,” ledek Adhitama, “tapi mendengar suara dengkuranmu yang seperti babi, aku yakin kamu hanya tidur,” imbuh Adhitama.Andre memasang wajah masam. Dia malu lalu melihat Risha yang tertawa.“Mana mungkin kamar di hotel bintang lima tidak kedap suara,” balas Andre.Adhitama dan Risha sama-sama menahan tawa.Andre memilih menyantap makanannya, saat itu dia melihat Mahira masuk restoran bersama kedua orang tuanya.Lily melihat Mahira, dia menatap benci karena sudah dibuat menangis oleh gadis itu

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 6 : Keluarga Aneh

    Ternyata, saat Andre tidur, Adhitama mengajak Risha dan Lily pergi keluar. Mereka pergi ke alun-alun kidul Jogja dan duduk-duduk di sana.Lily sangat senang. Anak itu sibuk bermain gelembung sabun sampai tertawa begitu bahagia. Dia berlari-lari sambil tertawa senang mengejar gelembung yang berterbangan tertiup angin.“Padahal sudah malam, tapi anak-anak masih betah main begituan,” kata Risha mengamati beberapa anak kecil yang juga bermain gelembung seperti Lily.“Namanya juga anak-anak,” balas Adhitama.Mereka duduk memakai tikar plastik yang tadi dibeli dari penjual seharga sepuluh ribu. Risha hanya tersenyum menanggapi balasan Adhitama dan terus memperhatikan Lily yang sedang bermain.Sudah lama tidak melihat Lily sesenang itu saat berlarian. Risha lega putrinya bisa kembali ceria. Risha masih memandang ke arah Lily, lalu melihat anak itu berbicara dengan anak kecil seusianya.Adhitama juga memperhatikan sang putri, sebelum memalingkan pandangan lalu menyandarkan kepala di pundak Ri

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 5 : Gadis Aneh

    Sesampainya di Jogja, Adhitama meminta sopir yang menjemput untuk mengantar mereka ke hotel yang sudah Adhitama pesan. “Kenapa tidak ke rumah?” tanya Risha terkejut. Andre tampak biasa. Dia hanya melirik sekilas ke Adhitama yang duduk di belakang bersama Risha dan Lily. “Kemarin kamu bilang pembantumu sedang ke luar kota, jadi tidak ada yang membersihkan rumah. Aku takut rumahnya berdebu dan kalian bisa alergi,” ujar Adhitama menjelaskan. “Aku sudah bilang kalau Si mbok udah balik ke rumah,” kata Risha mengingatkan. “Aku sudah terlanjur booking kamar, sudah menginap saja di hotel, lagi pula hanya beberapa hari,” balas Adhitama tetap kukuh menginap di hotel. Risha menghela napas kasar. Akhirnya dia pasrah saja. Mereka sampai di hotel dan langsung pergi ke kamar yang dipesan. Saat Andre hendak masuk kamar, Adhitama mencegah asistennya itu. “Aku mau bicara sebentar,” kata Adhitama. “Apa, Pak?” tanya Andre. “Aku nitip Lily,” kata Adhitama lalu berlalu pergi. Andre terkejut kar

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 4 : Usil

    Pagi itu. Adhitama bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan. Dia sedang mengikat dasi, lalu menoleh pada Risha yang sedang mengambilkan jas miliknya. “Oh ya sayang, aku akan pergi ke Jogja untuk mengurus pekerjaan,” kata Adhitama. Risha mengambil jas yang tergantung di lemari, lalu menoleh pada Adhitama sambil bertanya, “Kapan Mas Tama pergi? Aku mau ikut, sekalian melihat kantor di sana.” “Tapi bukan weekend, lusa aku berangkat,” jawab Adhitama. “Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti aku ikut sama Lily juga, sekali-kali Lily libur juga tidak apa-apa. Sepertinya dia juga butuh liburan,” ucap Risha. “Oke kalau begitu. Nanti akan aku minta Andre untuk memesankan tiket untuk kalian juga,” ujar Adhitama sambil mengembangkan senyum. “Iya, tapi jangan beritahu Lily dulu ya Mas, takutnya dia nanti heboh." Risha tahu bagaimana sifat Lily, bisa-bisa anak itu akan menanyakan setiap detik kapan mereka pergi. Adhitama tersenyum penuh arti kemudian mengangguk paham. Adhitama akhirnya berangkat ke

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 3 : Ada Apa Dengan Haris

    Setelah makan malam yang sedikit menegangkan itu, Haris dan Alma beranjak pulang. Risha dan Adhitama juga memilih mengantar keduanya sampai ke halaman. “Hati-hati di jalan,” ucap Risha bersamaan dengan Haris dan Alma yang berjalan menuju mobil.Alma mengangguk lalu masuk mobil, begitu juga dengan Haris.Haris melajukan mobil meninggalkan rumah Risha. Sepanjang perjalanan, Haris melihat Alma terus saja diam. Sikap Alma membuatnya berpikir, apakah gadis itu marah karena tindakan tegasnya ke staf HRD.“Apa kamu marah?” tanya Haris untuk memastikan.“Tidak,” jawab Alma dengan suara agak lirih.Haris diam sejenak, berpikir jika Alma sudah menjawab seperti itu artinya dia tidak perlu memperpanjang masalah.“Bagaimana tadi, apa kamu sudah dapat baju untuk pernikahan kita?” tanya Haris. Untuk memecah rasa canggung dia memilih membahas hal lainnya.“Belum karena tadi Kak Risha harus menjemput Lily yang sakit,” jawab Alma dengan suara datar.Haris merasa Alma bersikap sedikit aneh. Dia kembal

  • Aku Ingin Bercerai, Pak CEO!   Extra Part 2: Tidak Berkontribusi

    Tanpa memberitahu, Malam harinya Haris menjemput Alma di rumah Risha. Saat sampai di sana, dia pergi ke kamar Lily dan bocah itu langsung meminta gendong karena masih sakit. “Kenapa badannya hangat?” tanya Haris saat menggendong Lily. “Dia demam, makanya tadi dijemput dari sekolah,” jawab Risha. Haris kaget, lalu menoleh Lily yang menyandarkan kepala di pundak. “Lily sakit? Sudah minum obat belum?” tanya Haris. “Sudah,” jawab Lily. "Lily bobok aja ya." Haris membujuk. Lily menggeleng lalu berkata," Lily maunya digendong Paman Haris.” Haris memeluk Lily, membiarkan anak itu bersikap manja, lalu kembali membujuk dan mengajak Lily berbaring di kasur. Haris mengambil buku cerita di nakas kemudian membacakan cerita untuk Lily. Alma juga ada di sana, ikut mendengarkan Haris bercerita. “Aku tinggal sebentar,” kata Risha pamit dan Alma membalasnya dengan anggukan kepala. Risha berjalan keluar dari kamar Lily. Saat menuruni anak tangga, dia melihat Adhitama yang baru

DMCA.com Protection Status