Share

Chapter 45

Selesai dari toko buku dia melanjutkan ke tujuan berikutnya.

“Sebelum ke twenty one sebaiknya kamu isi perut dulu, ya. Biar nggak kelaparan pas nonton adegan-adegan mesra,” katanya seraya meletakkan dua plastik buku yang tadi kami beli di jok belakang.

“Kamu mau ngajak saya nonton? Kok nggak ngomong dulu. Padahal saya nggak mau.”

“Eits. Malam ini kamu harus menuruti apa pun kemauan saya. Kalau nggak, saya akan memaksa.”

“Kok begitu. Itu namanya pemerkosaan kebebasan bersuara.”

“Itu hak saya Mai. Kewajiban kamu menaati.”

“Apa?” Dalil dari mana itu?! Saya wajib menaati setiap perkataan kamu nanti kalau kamu sudah jadi suami saya, tahu?!” Aku berseru lantang. Membelalakkan mata. Menantang.

Tapi sangat terkejut lantas menarik diri sewaktu dia merespons reaksiku dengan mendekatkan wajahnya. Hingga nyaris menyentuh hidungku. Tanganku bergerak cepat. Mendorong dadanya. Dia terjengkang dengan kepala membentur kaca pintu mobil

“Aawww ... Mai ....”

Dia mengerang panjang. Tertahan memegangi ke
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status