Share

chapter 112

Penulis: Arsy You
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ada rasa perih di dalam hati Nisa, saat mendengar jika Rasya akan menikah "Oh ya..? Kapan Mas, sama siapa?" tanya Nisa dengan suara bergetar.

Melihat gelagat Nisa, Rasya tau jika Nisa punya rasa yang sama dengannya, "Ya sama kamu donk, memangnya aku punya kandidat lain?" jawab Rasya percaya diri.

Nisa tersenyum, entah mengapa saat mendengar ucapan Rasya kali ini, membuat hati Nisa berbunga-bunga.

Tapi dia hanya beranggapan jika ucapan Rasya adalah gurauan. Nisa memandang lekat wajah Rasya, rasa minder pada perbedaan status mereka, membuat Nisa hanya menggelengkan kepalanya.

"Mau, nggak?" tanya Rasya.

Nisa tetap bergeming, entah perasaan seperti apa yang ada dihatinya saat ini, yang jelas perasaan mau, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.

"Apa kita harus melewati malam panas bersama lagi, untuk meyakinkan hatimu, hm..?" bisik Rasya di telinga Nisa.

Sekujur tubuh Nisa meremang, dia gak nyangka jika Rasya akan kembali men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 113

    Rasya memeriksa semua berkas yang tergeletak manis di mejanya, "Beraninya kau menghina dan merendahkan wanitaku! Ternyata, waktu yang aku berikan, tidak mampu membuat kamu menyadari kesalahanmu!" gumam Rasya dengan mengepalkan tangannya.Rasya melepaskan maps berisi laporan kelakuan Arman tempo hari, dan kembali melihat berkas yang tersusun rapi menjadi acak-acakan.Saat dia memeriksa file demi file, matanya menangkap maps berwarna hitam."Apa ini..?" monolog Rasya sambil meraih maps hitam tersebut. Mata Rasya membelalak saat membaca laporan di dalamnya.Lama Rasya membaca semua file yang tertera, dikatakan jika ternyata kecelakaan orangtuanya, ternyata sesuai dugaannya, namun selama ini Rasya tidak mengetahui siapa dalang dibalik semua itu."Bangsat....! Ternyata benar dugaanku, jika kamu adalah dalangnya!" ucap Rasya geram dengan rahang mengancing, mengingat wajah ramah orang kepercayaan Papanya."Tak kusangka, orang yang begit

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 114

    Seperti yang telah dijanjikan, Nisa menemui pemilik dari rumah yang ingin dibelinya.Setelah melakukan perjalanan setengah jam, Nisa akhirnya sampai.Di sinilah Nisa, dia duduk di salah satu kursi di sebuah kafe, Nisa memesan minuman dingin dan cemilan untuk menemaninya menunggu kedatangan si pemilik rumah.Nisa menikmati cemilannya, sambil melihat penataan interior kafe yang nampak elegan."Apa aku bikin cabang usaha kafe aja ya? Selain biaya yang lebih sedikit, juga bisa menjadi usaha yang mempunyai prospek yang bagus ke depannya!" gumam Nisa sambil menghitung dana yang harus ia persiapkan.Saat Nisa masih dalam lamunannya, sepasang suami-istri menghampirinya "Assalamualaikum..!" ucap salam seorang wanita yang berkisar pertengahan dua puluhan.Nisa kaget dan sontak menoleh, "Waalaikumsalam..!" jawab Nisa sambil bangkit dari kursinya."Dengan Ibu Nisa, ya?" tanya si wanita sopan."Iya benar, saya Nisa! Apa deng

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 115

    Malam itu di rumah Indra, nampak suasana sepi.Indra duduk di ruang kerjanya, mengecek beberapa file kerja, yang sengaja dibawanya pulang.Melihat gelas minumannya telah kosong, Indra akhirnya keluar, untuk mengambil air ke dapur.Saat berjalan menuruni tangga, Indra melihat Dinda duduk di ruang keluarga, sambil membuka laptop dan beberapa buku nota.Indra tak menghiraukan dan langsung pergi ke dapur, dan membuat kopi untuknya. Saat dia ingin mengambil gula di tempatnya, Indra melihat satu kotak bergambar wanita hamil, di kemasannya.Indra meraih kotak tersebut dan membacanya. Akhirnya tau, jika itu adalah susu formula untuk wanita hamil.Indra segera membuatkan segelas susu, dengan petunjuk yang tertera di kemasan.Indra membawa susu dan kopi sekaligus, dia menghampiri Dinda, yang tak menyadari keberadaannya."Ini, diminum dulu!" ucap Indra sambil meletakkan gelas susu di hadapan Dinda.Dinda mendongak, dan mend

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 116

    Malam itu, Nisa menceritakan tentang rumah yang telah dibelinya. Awalnya Pak Faisal kurang setuju dengan pembelian rumah tersebut, menurutnya hanya buang-buang uang saja. Karena Rumah Makan yang berupa ruko dua lantai, juga masih bisa ditempati, tapi mendengar alasan Nisa, yang ingin menjauhkan diri dari lingkungan orang-orang di masa lalunya, membuat Pak Faisal menyetujui."Yah, besok..! Rencananya, Nisa mau pulang ke desa. Nisa berencana mengambil semua barang-barang yang bisa digunakan."Nisa ingin, selamanya ayahnya ikut bersamanya. Itu mengapa, dia ingin mengambil semua barang-barang yang masih tertinggal, agar tiada alasan bagi ayahnya, untuk pulang ke desa lagi."Begini saja, nak! Daripada rumah di desa nggak terawat, bagaimana jika kita jual saja. Lumayan buat tambah-tambah modal usaha kamu, nantinya!" usul pak Faisal."Nggak usah deh, Yah! Nisa bukan menolak pemberian Ayah, tapi Nisa pikir lebih baik kita sewakan saja.

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 117

    Saat ini, jauh larut malam di sebuah pelabuhan, nampak sekelompok orang membawa senjata api, berjaga di sekitar area pelabuhan, mereka berjumlah tiga puluh orang.Jalan utama sengaja diblokade, tak ada yang mengira jika di dalam area pelabuhan tersebut, saat ini ada kegiatan tindak kejahatan."Bos..semua area udah aman!" lapor salah satu pria berjaket hitam pada orang yang menggunakan jaket hitam berikut masker di wajahnya."Bagus...kalian pastikan tidak ada oknum polisi, di sekitar titik aman kita!" "Baik Bos..!" Dua pria itu berpisah dan kembali ke pos masing-masing. Pria bermasker kembali melakukan pemeriksaan, di setiap sektor.Setelah berkeliling area, dan memastikan jika kondisi aman, pria bermasker yang merupakan pimpinan dari pria bersenjata itu, kembali ke tempatnya "Cek.....cek, pos tiga...! Medan sudah aman, sudah saatnya para bunga di kirim!" ucapnya.Sambil menanti kedatangan bawahannya, tiba-tiba dia kebe

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 118

    "Praaaangg.......!" "Sial....siapa yang berani bermain-main denganku!" umpat Tuan Frass, sambil membanting gelas anggur yang masih terisi, dari tangannya.Mendapati kemurkaan Tuan Frass yang baru kali ini dilihatnya, Sherly gegas meninggalkan tempat tidur, dan masuk ke kamar mandi."Gila'....aku gak nyangka, jika Tuan Frass yang sehari-hari bertindak layaknya pria bijaksana, ternyata bisa berubah menyeramkan seperti itu!" ucap Sherly sambil mengenakan kembali pakaiannya dengan buru-buru.Wanita itu ingin secepatnya meninggalkan kediaman Tuan Frass, dia tidak mau menjadi sasaran kemarahan dari Tuan Frass, sampai lupa, bahwa dia belum membersihkan tubuhnya dari sisa percintaannya.Setelah menerima panggilan yang mengabarkan, jika operasi pengiriman semua wanita, itu gagal. Tuan Frass langsung memungut pakaian yang berceceran di lantai, dan mengenakannya.Saat Tuan Frass ingin meninggalkan kamar, dia melihat Sherly, keluar dari kam

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 119

    Sherly merasa gugup melihat wajah Arman yang menandakan kecurigaan, dia mencoba menghibur dengan kelihaiannya "Maaf ya, Mas! Kalau aku tau kamu menungguku, aku pasti langsung pulang, kok! Persetan dengan meeting dan semua itu!" ucap Sherly merapatkan tubuhnya pada suaminya.Semakin Sherly mendekat, akhirnya Arman semakin yakin. Jika Sherly benar-benar telah selingkuh dibelakangnya. Arman semakin sakit hati pada istrinya, di saat ibunya tergeletak di Rumah Sakit, istri yang begitu dibanggakannya, ternyata sedang bermesraan di luaran sana."Katakan dengan jujur, Sher? Dari mana kamu?" tanya Arman memandang tajam manik mata istrinya.Sherly merasa kaget dengan pertanyaan suaminya, yang biasanya begitu mudah dia taklukkan, ternyata masih mencurigainya "Mas Arman kenapa, sih? 'Kan aku udah jelasin tadi, Mas! Apa Mas Arman gak percaya sama perkataanku?" tanya Sherly menampilkan wajah sedihnya."Aku bukan laki-laki bodoh, yang bisa dengan mudah

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    chapter 120

    Mendapat pertanyaan dari Arman, Sherly tak bergeming sesaat. Tapi bukan Sherly namanya, jika hanya untuk menjawab pertanyaan yang dianggapnya hanya sebuah pertanyaan kecil itu, dia akan mudah menyerah."Mas...! Aku sengaja membiarkan tanda itu, agar tetap berada di situ!" jawab Sherly dengan wajah manjanya."Maksudnya....??" Arman yang memang kurang pandai dengan cara menghilangkan tanda kissmark pun heran."Ya...tanda yang Mas Arman tinggalkan, sengaja gak kuhapus! Agar setiap aku melihat tanda itu, aku seakan merasa, bahwa Mas Arman hanya milikku!" jawab Sherly gencar. Dia tau, jika jawabannya mulai mempengaruhi pikiran suaminya."Apa bisa begitu..? Ee..maksudku, apa bisa dibiarkan begitu saja agar tak menghilang?" tanya Arman ragu."Ya bisa donk, Mas! Habis.... akhir-akhir ini Mas Arman terlalu sibuk, sampai-sampai jarang banget menyentuhku! Jadi, aku membiarkan tanda itu, agar selalu merasa, bahwa Mas adalah milikku!" Sherly

Bab terbaru

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 162

    Bu Susy tersadar dari tidurnya kaget, melihat suasana berbeda dengan tempat yang ia tempati beberapa bulan terakhir. Dalam kebingungan, ibu Susy berteriak. Tak berapa lama, seorang perawat yang bertugas melayani para penghuni panti, datang. "Ada apa, Bu?" tanya perawat tersebut. "Hapa... hamu...?" tanya bu Susy heran. "Saya perawat di sini, Bu! Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya perawat yang telah terbiasa berinteraksi dengan orang stroke, membuat ia bisa mengartikan bahasa tak jelas dari ibu Susy."Hana, haman, haku hau haman!" "Maaf Bu, Bapak Arman sendiri, yang mengantarkan Ibu ke sini! Saat ini, Bapak Arman sudah pulang! Ibu bisa tenang, Ibu berada di tempat yang khusus merawat para orangtua, yang tak sempat, di rawat anak-anak mereka!"Betapa kagetnya bu Susy setelah mendengar penjelasan perawat. Ia nampak shock, tak menyangka jika ia akan dibuang oleh anaknya sendiri. Bu Susy menangis, ia menyesal

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 165

    "Apaan sih, Mas! Aku malah bahagia, jika mereka bisa tetap bersama selamanya! Lagi pula, aku udah punya kamu, ngapain harus menyemburukan suami orang?" jawab Nisa sambil nyelendot di tangan Rasya. Hati Rasya berbunga-bunga, dengan ungkapan perasaan istrinya. "Terimakasih sayang! Aku harap, apapun masalahnya, kita bisa bicarakan baik-baik! Aku tak mau mengalami kegagalan, dalam rumahtangga kita!""Aamiiiin....! Sama-sama, sayang!" jawab Nisa tersenyum manis. Nisa merasa bahagia, dengan selesainya semua permasalahan yang ia rasakan selama ini, Nisa akhirnya bisa merasa lega. "Mas.... aku bahagia banget, masalalu yang dulu aku alami terasa berat, ternyata memberi kebahagiaan bagiku, di masa sekarang!" ucap Nisa memandang jalanan di depan. "Syukurlah, tapi aku akan berusaha, memberikan kebahagiaan bukan cuma saat ini, tapi selamanya!""Aamiiiin...!"Kedua suami istri tak jadi pulang ke rumah, tapi justru mereka

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 164

    "Terimakasih atas saran lo, Nis! Aku akan lihat, bagaimana Indra menyadari kesalahannya! Jika memang dia pantas untuk dipertahankan, maka aku akan berusaha mempertahankannya!" jawab Dinda santai. "Bagus deh, semoga Allah memberikan kebaikan untuk rumahtangga kalian!""Aamiiin....!" balas Dinda atas do'a Nisa. "Oh iya Nis! Aku mau minta maaf, ya! Nama kamu, ikut digunakan oleh mendiang anakku!' jawab Dinda sedih teringat dengan kematian putri kecilnya. "Gak papa, kok! Lagian, nama itu 'kan belum aku bikinkan lisensinya, jadi siapa aja boleh menggunakannya! Apalagi aku cantik, aku yakin siapapun yang menggunakan nama itu, pasti cantik kayak aku!" jawab Nisa enteng. Dinda melongo dengan kenarsisan sahabatnya, sejak kapan, pikirnya "Lo baik-baik aja, 'kan, Nis?" tanya Dinda sambil menempelkan tangannya di dahi Nisa. "Apaan sih, Din! Orang sehat begini, malah dibilang sakit!" gumam Nisa sewot. "Tunggu.... tunggu! Sejak

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 163

    "Assalamualaikum....!" ucap salam Nisa yang di depan sebuah rumah minimalis, ditemani suaminya. "Rumahnya, asri ya Mas!" ucap Nisa sambil melihat-lihat lingkungan rumah sahabatnya. "Kamu suka?" tanya Rasya merangkul tubuh istrinya kepelukan. "Banget, aku itu sukanya suasana alam, ya.... seperti taman ini, Mas!""Nanti kita beli satu, rumah yang ada tamannya!" jawab Rasya enteng. "Awh....!" jerit Rasya yang mendapat cubitan dari istrinya. "Apaan sih, sayang! Main cubit aja!" sungut Rasya sambil menggosok perutnya. "Kamu yang apaan, Mas! Beli rumah, kayak beli gado-gado, pemborosan tau!" protes Nisa. "Kan kamu ingin suasana seperti ini, sayang!" jawab Rasya membela diri. "Tapi nggak gitu juga konsepnya, kali...!" jawab Nisa heran dengan pola pikir suaminya. "Waalaikum salam....! Maaf, cari siapa, ya?" tanya wanita paruhbaya yang membukakan pintu. Rasya dan Nisa menoleh ke pintu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 161

    "Dasar, adik ipar perhitungan! Baru aja dimintai pertolongan beberapa kali, udah main kabur!" omel Arman di sepanjang jalan. Sampai di rumah, emosi Arman semakin membengkak! Ibunya yang duduk di atas kursi roda, melemparkan perabotan rumah yang tidak seberapa, ke segala arah. "Mama apa-apaan sih, Ma! Udah gak bisa bantu beres-beres, malah berantakin rumah begini!" Melihat kedatangan putranya, bu Susy tambah meradang. Semua barang benda yang dapat terjangkau oleh tangannya, ia lemparkan kepada Arman. "Huh.... huh...!" Sambil melempar, hanya kata gak jelas yang keluar dari bibirnya. "Ma.... jika Mama terus-terusan seperti ini, Arman pastikan Mama akan menyesal!" bentak Arman memandang tajam. "Mama mikir gak, sih! Mama baru aja keluar dari Rumah Sakit, bukannya istirahat malah marah nggak jelas begini!" omel Arman sambil mengumpulkan pecahan beling yang berserakan di lantai."Hamu... hak.. hecus, hurus hibu!" ujar bu

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 160

    Hati Indra terasa miris, melihat wanita yang biasanya selalu ceria, kini hilang ingatannya. Yang dipikirannya, hanya mengenai anak yang ia lahirkan, yang telah kembali ke pankuan ilahi. "Dinda, kamu udah makan obat?" tanya Indra duduk di bangku, yang ada di kamar mereka. "Udah donk, Mas! Aku kan harus sehat, agar bisa menjaga dede Nisa!" jawab Dinda semangat. "Iya, kamu harus minum obat terus ya, agar dede bayi juga ikutan sehat!" ucap Indra memotivasi istrinya agar tetap semangat untuk minum obat, walau harus mengikuti ke 'halu an' istrinya. "Gitu ya, Mas?" tanya Dinda dengan senyum di bibirnya. "Iya, donk! Jika kamu sehat, nanti kita bisa jalan-jalan!" tambah Indra. "Jalan-jalan...? Sama dede Nisa, Mas?" tanya Dinda dengab mata berbinar. Dinda duduk di pinggir tempat tidur, menghadap suaminya, seperti seorang anak yang ingin mendengar dongeng dari ibunya. "Iya..kita akan jalan-jalan, tapi pastikan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 159

    "Siapa istri pemuda itu..? Apakah istrinya, mengenalku? Semoga saja begitu, dengan demikian, aku mempunyai harapan selamat, dari balas dendam bocah itu!" ucap hati Tuan Frass. "Ada apa dengan Tuan! Nampaknya dia begitu bahagia!" Tanda tanya menghantui pikiran Jhon, tapi dia tetap menjalankan perintah Tuannya***Di rumah, Nisa nampak duduk dengan Ahmad,putranya. Ahmad begitu senang mendengar kabar kehamilan ibunya, "Bunda... berapa lama lagi adik Ahmad bisa diajak bermain, Bun?" tanya Ahmad semringah. "Hehe... sabar ya sayang, tunggu adik lahir dulu, terus tunggu adek gede, baru deh main sama kakak Ahmad!" ucap Nisa sambil membelai rambut putranya. "Kok lama banget! Sekarang adik di mana, Bun?" tanya Ahmad polos. Sambil tersenyum, Nisa memindahkan tangan Ahmad, ke perutnya yang masih datar. "Kok di sini, Bun? Apa gak sempit Bun? Terus, tempat adik bermain, dimana?" tanya Ahmad heran. "Nggak sempit don

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 158

    Air mata Nisa tak dapat ia bendung, air mata bahagia, mengiasi wajah cantiknya. Nisa merasa tak percaya, baru satu bulan ia menikah, ternyata Allah kembali menitip kan karunia terbesar, pada dirinya. Ia benar-benar bersyukur, karena banyak di luar sana, yang telah sekian lama menikah, namun belum dikaruniai seorang anak. "Selamat ya, Bu atas kehamilannya!" ucap dokter wanita yang menanganinya. "Terimakasih, Dok!" ucap Nisa tersenyum haru. "Sudah menjadi tugas kami, Bu! Pesan saya, jaga emosinya agar jangan sampai stres, dan jangan lupa konsumsi makanan bergizi ya, Bu! Jangan lupa, perbanyak istirahat!" nasehat dokter. "Baik, Dok!" jawab Nisa, serius mendengar nasehat dokter. "Satu lagi, di sini saya tulis resep vitamin, juga obat penghilang mualnya, jangan lupa bulan depan datang lagi, kita cek perkembangan janinnya, ya Bu!" "In syaa allah, Dok!"Setelah menebus obat dan vitamin di apotik, Nisa, segera meninggalkan

  • Aku Dilamar Di Depan Suamiku    capther 157

    Nisa baru ingat, jika bulan ini dia belum menstruasi. "Kenapa, nak? Kamu gak berencana menunda kehamilan, 'kan?" "Ee...nggak kok, Yah!" cicit Nisa."Syukurlah, gak baik kamu menunda kehamilan! Walau bagaimanapun, kamu harus menghargai keinginan suamimu! Lagi pula, Ahmad juga sudah besar, sudah sepantasnya punya adik!" nasehat Ayah Faisal. "Iya Yah, dari awal menikah, Nisa gak ada niat untuk menunda kehamilan! Tapi kalau belum hamil, ya sabar aja!" jawab Nisa, tapi dalam hati Nisa berkata lain. "Bagus itu, mumpung kamu masih muda, jadi peluang untuk hamil itu, masih besar! Ayah do'akan agar kamu secepatnya, bisa memberikan Keturunan buat Rasya!""Iya, Yah! Moga aja secepatnya dipercaya Allah!""In syaa allah, aamiiin!" doa ayah Faisal.Ia ingin, dengan kehamilan, dapat mempererat cinta dalam rumahtangga putrinya. Nisa yang masih terngiang pertanyaan ayahnya, dia mulai memikirkan perubahan yang terja

DMCA.com Protection Status