Share

Menahan Gelora Cinta

Penulis: Rose Bloom
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-23 23:47:30
Sejak kedatangan ibu Alan ke rumahnya ini, hampir setiap hari Amira pulang larut malam. Amira masih sakit hati dengan ucapan yang dikatakan Ratna, dia juga lelah berpura-pura baik-baik saja disaat melihat wajah sang suami.

Amira ingin bebas, meskipun hatinya belum sepenunya ikhlas, Amira akan tetap menceraikan Alan dan membiarkan pria itu bahagia bersama istri pertamanya. Amira hanya akan menjadi penonton dan melanjutkan hidupnya.

Seperti yang dikatakan Ratna tempo hari, Amira memang tidak becus menjadi seorang istri. Amira akui bahwa dirinya banyak kekurangan berbanding terbalik dengan istri pertama Alan yang dinilai sebagai istri idaman.

Asna pun juga meminta Amira untuk menceraikan Alan. Amira akan turuti kemauan mereka. Mereka takut bahwa Alan menjadi pria menyedihkan, tetapi mereka tidak bisa melihat kepedihan hati yang dirasakan Amira karena ulah Alan. Baik Ratna ataupun Asna, keduanya sama-sama egois.

"Dari mana saja kamu?" sentak Alan tiba-tiba saat menyambut kedatangan A
Rose Bloom

Halo semuanya, maaf Rosie slow update karena ujian kampus. Insyaallah lanjut bulan depan. Kira-kira ada yang mau request berapa bab sehari? Mungkin 2-3 bab ya, hehehe. Thank you for reading :)

| 2
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
kan munafik,sok2 an mau cere,,uda jdi pelakor sok terskiti.jijai gua liat lo amira,,mana tahan lo jauh2 dri kontol si alan.tu akhirnya keenakan juga kan lo wkwkkwkkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Undangan Makan Malam

    Suasana canggung terjadi saat Amira dan Alan berada di satu meja makan untuk sarapan. Amira menundukkan kepalanya karena tidak berani memandang wajah sang suai. Dia terlalu malu sebab kejadian tadi malam yang mengharuskan Amira dan Alan berada di atas ranjang. Padahal mereka berdua adalah sepasang suami istri, dulu mereka sering melakukannya. Namun, setelah pertengkaran hebat yang membawa pernikahan mereka berdua berada di ujung tanduk, keduanya hampir tidak pernah bersentuhan.Karena itulah Amira sangat malu menunjukkan wajahnya. Begitu pula dengan Alan, pria itu kebingungan untuk mencari suatu pembahasan agar bisa memecahkan keheningan. Saat Amira diam, Alan pun ikut diam. Amira merutuki dirinya sendiri karena hasrat dalam dirinya tidak bisa ia tahan. Tangan Amira mencengkeram sendok sangat erat, untuk menyuapkan nasi ke dalam mulutnya pun dia kesusahan. Alan berpikir momen kebersamaan mereka tadi malam adalah pertanda yang baik. Itu tandanya hubungan keduanya boleh dibilang mula

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Wanita Itu Datang

    Di perjalanan, degup jantung Amira berdetak tak karuan, dia sangat gugup bahkan rasanya memilih untuk datang ke acara makan malam ini adalah sebuah kesalahan. Berulang kali dia meremat kedua tangannya untuk meredakan gemetar pada tangan Amira. Namun, keringat dingin semakin menjadi-jadi.Sampai tikungan menuju rumah kedua orang tua Alan terlihat, Amira semakin resah. Dia tidak bisa mengendalikan perasaannya kali ini, rasa takut mulai menguasai diri Amira. Alan yang paham jika Amira sedang tidak baik-baik saja menggenggam tangan kanan sang istri. Mungkin dengan begitu rasa gugup yang dialami Amira bisa mereda. Tak lupa Alan memberikan senyuman lebar supaya menenangkan Amira. “Tenang, Sayang. Tidak akan terjadi hal buruk di sana,” kata Alan sangat lembut. Amira sedikit lega setelah mendengar perkataan Alan. Tepat di halaman rumah kedua orang tua Alan, Amira bisa melihat bahwa ibu dan ayah mertuanya sedang menunggu di depan rumah untuk menyambut kedatangan mereka berdua. Amira berusa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Istri Tidak Becus

    Amira turut bangkit dari duduknya. Dia... Sangat terkejut dengan kehadiran Kayla yang bergandengan tangan dengan Asna. Seolah-olah dua wanita itu sangat akrab dan terlihat serasi menjadi adik dan kakak. Napas Amira tercekat di kerongkongannya, pasokan udara mendadak sempit untuk masuk ke paru-paru. Amira meremat abaya yang dikenakannya saat ini. Hatinya terlalu sakit untuk melihat pemandangan yang sangat romantis antara Kayla dengan keluarga Alan. Semua orang menyambut Kayla sangat manis bahkan penuh kasih sayang. Berbeda dengan Amira, ibu Alan saja menatapnya sinis dan tidak mau menyambut tangan Amira saat hendak menyalaminya. Ahmad, ayah Alan memeluk erat tubuh Kayla. Amira masih punya hati, dia pun juga bisa iri saat ayah Alan sangat perhatian terhadap Kayla. Sedangkan Hasan malah terkejut saat melihat Amira ada di rumah ini. Amira pun merasa tidak dihargai kehadirannya, Asna seolah-olah mencemooh Amira dengan menunjukkan kedekatannya dengan Kayla. Amira memalingkan wajah, dia t

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Jangan Ikut Campur

    Gemericik air menjadi peredam suara tangis Amira. Tetes demi tetes Amira biarkan mengalir di pipinya. Setelah makan malam bersama, Ratna memerintahkan kepada Amira untuk membersihkan semua piring dan gelas yang kotor. Amira hanya bisa mengangguk dan menjalankan tugas dari ibu mertuanya itu. Amira tidak ingin Ratna mengolok-oloknya lagi di depan semua orang yang ada di rumah ini. Amira menyesali dirinya yang mau datang ke acara makan malam ini, yang dia dapat adalah tekanan batin dari keluarga Alan. Tidak hanya itu, kedatangan Kayla merusak citra baiknya di depan keluarga Alan. Amira selalu dimaki-maki, sedangkan wanita itu dipuji dan lebih disayang. Buktinya saat ini, Amira dijadikan seperti pembantu dan Kayla tidak diizinkan menginjak lantai dapur. "Apa salahku, Tuhan, sampai-sampai mereka sangat jahat padaku?" Amira sesegukan, air matanya terus membasahi pipi hingga hidung dan matanya memerah. Amira mengelap air matanya menggunakan hijab yang dikenakannya. Tak peduli jika hijbny

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Keluar dari Rumah

    Prang...Suara gaduh dari arah dapur terdengar hingga ke ruang tengah. Alan dan kedua orang tuanya yang sedang berbincang-bincang, kontan berdiri dan buru-buru menuju dapur. Amira segera membersihkan pecahan-pecahan gelas itu agar tidak terinjak oleh yang lainnya. Tak lupa Amira mengambil kain lap untuk mengeringkan air minum yang tumpah. "Astaga, ada apa ini?" tanya Asna dengan kerutan di dahinya. Amira tidak menjawab, dia fokus mengeringkan lantai yang basah. alan berjongkok menghadap Amira. Pria itu meraih tangan Amira dan mengeceknya, takut ada luka di tangan Amira. "Alhamdulillah tidak ada luka," kata Alan mengucap syukur karena Amira baik-baik saja. "Ya ampun Kayla... Bagaimana bisa baju kamu basah kaya gini?" Ratna sangat terkejut karena wajah dan baju dari menantu kesayangan itu basah. Kayla hanya diam memasang wajah memelasnya. Amira mendongak dan melihat betapa menyedihkannya wajah wanita buruk hatinya itu. Jika tidak buruk, tidak mungkin memasang wajah tanpa dosanya d

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Membahas Perceraian

    ‘Tok... Tok... Tok...’Suara pintu terdengar tidak terlalu keras. Tak lama muncul seseorang yang tinggal di dalam rumah. Betapa terkejutnya Luna melihat wajah Amira yang basah karena air mata. Luna menengok ke belakang punggung Amira, tidak ada siapa pun yang artinya Amira datang sendiri ke rumahnya ini. “Assalamu’alaikum.” Amira mengucapkan salam. Wajah Luna mengerut karena penasaran dan juga khawatir.“Wa’alaikumsalam. Mir, ada apa?” tanya Luna dengan nada khawatirnya. Amira hanya menangis tergugu sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Ada apa? Cerita sama aku, kalau kamu diam aku tidak bisa bantu.” Luna mengusap pundak hingga lengan Amira, dia berusaha menenangkan sahabatnya itu. Amira memeluk tubuh Luna, dia menangis sedalam-dalamnya pada ceruk leher sahabatnya itu. Hanya Luna yang bisa Amira jadikan tempat pelarian dan hanya Luna yang bisa memahami perasaan Amira. Luna membalas pelukan Amira, dia melihat pakaian yang dikenakan Amira adalah pakaian khususnya. Pasti Ami

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Bertemu dengan Bram

    ‘Gubrak....’Kertas-kertas dokumen yang dibawa Amira jatuh ke lantai dan berhamburan di sisi-sisi lantai. Memang salahnya membawa dokumen sebanyak itu sampai menggunung di tangan Amira. Amira hanya tidak mau merepotkan orang lain selagi dia masih bisa melakukannya sendiri. Amira memunguti kertas-kertas yang telah berserakan, tanpa sadar ada tangan seseorang yang membantunya. Amira mendongakkan kepala melihat seseorang yang dengan baik hati mau menolongnya. Amira terkejut karena orang yang menolongnya adalah Bram. Amira menegakkan punggungnya, sedangkan Bram melanjutkan aktivitasnya memunguti kertas-kertas itu. Merasa diperhatikan, Bram mendongak lalu tersenyum ke arah Amira. Amira pun balik tersenyum ke arah pria itu.“Kamu? Ngapain di sini?” tanya Amira penasaran karena pengacara yang super sibuk itu tiba-tiba ada di kantornya.Bram bangkit, begitu pula Amira turut berdiri tegap di depan pria itu. Amira masih penasaran dengan jawaban Bram. Tidak biasanya ada seorang pengacara yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Jangan Terlalu Percaya Diri

    “Apa kamu tidak ingin berpikir lagi?” tanya Bram sembari mengelus dagunya yang mulai ditumbuhi rambut. Amira mendongakkan kepala, dia menatap manik mata Bram akan kesungguhan. Meskipun Bram tahu posisi Amira yang sedang sulit, tetapi Bram tidak mau mengambil keputusan yang nantinya akan merugikan Amira.“Aku tidak ingin kamu menyesal nantinya,” lanjut Bram sesuai dugaan Amira. Amira mengangguk mantap, dia sudah tidak dibutuhkan lagi.Lalu, untuk apa bertahan?“Aku yakin,” kata Amira mantap. “Terimakasih telah membantuku, aku akan memulainya sendiri dari sekarang,” lanjutnya. Amira mengusap wajahnya yang basah dengan tisu. Amira tidak tahu lagi bagaimana dia harus mengekspresikan kesedihannya ini. Dia terlalu banyak menangis dan rasanya setiap hari mengeluarkan air mata di mulai jenuh dan bosan. Amira ingin mengakhiri kesedihannya ini dan memulai kehidupan yang baru. Perjalanannya masih panjang, Amira harus bangkit meskipun harus menjadi wanita janda sekalipun. “Kamu sangat berjasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08

Bab terbaru

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kekalahan Mutlak

    "Aku ingin bertemu Mas Alan, apakah dia sibuk?"Ibu hamil yang kini sudah memasuki trimester ketiga itu sedikit terengah-engah setelah menyusuri jalanan rumah sakit dan kini berdiri tepat di depan ruangan dokter. Kayla dengan tentengan tas besar yang di dalamnya sudah ia siapkan bekal untuk suaminya. Dia berhadapan dengan tiga orang perawat yang berjaga di lantai tiga, di mana ruangan Alan juga ada di lantai ini. Kayla tidak ingin langsung masuk ke ruangan suaminya, karena terakhir kali dia ke sini tanpa izin terlebih dahulu, dia mendapat amukan dari Alan. "Oh maaf, Dokter Alan sedang keliling," ucap salah satu perawat. Kayla pun mengangguk, dia memahami apa yang sedang dilakukan suaminya. Tugas penting memang harus didahulukan. "Oke baiklah, aku akan tunggu di depan ruangannya."Setelah itu, Kayla duduk di ruang tunggu. Dia tersenyum kecil karena setelah ini dialah satu-satunya nyonya dari Alando Bagaskara. Hanya menunggu beberapa hari lagi Alan dan Amira akan bercerai, mereka aka

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Yang Sebenarnya Terjadi

    Bisakah kita bertemu?Satu hari itu Amira gunakan untuk beristirahat di rumah Luna. Luna tidak mengizinkannya untuk kembali ke rumah bibinya, melihat kondisi Amira saat ini membuat Luna khawatir. Sedangkan Luna pergi bekerja, Luna yang meminta izin cuti kepada manager mereka. Sampai-sampai manager mereka mempertanyakan keberadaan Amira dan juga merasa khawatir. Siang ini dia mendapatkan pesan dari Sandi. Asisten dokter itu ingin menemuinya dilokasi yang tak jauh dari rumah sakit. Amira ragu-ragu, tetapi akhirnya dia menyetujui untuk bertemu dengan pria itu. Amira juga memahami bahwa Sandi tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Amira menunggu Sandi disebuah kafe estetik yang nuansanya sangat modern. Duduk di sini sembari menyesap jus alpukat kesukaannya begitu menenangkan. Bau margarin dari roti bakar yang baru saja dipesan, membuat perut Amira bergejolak. Amira bisa menahannya dan memakannya. Entah apa yang ingin disampaikan oleh Sandi. Dia sangat penasaran karena itu Amira d

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pulang Dengan Hati Gundah

    Pagi-pagi sekali, Amira telah bersiap dengan pakaian rapinya untuk memperbaiki semua masalah yang terjadi kemarinnya. Amira telah menyiapkan mental dan hatinya karena dirinya tahu setelah ini dia akan mendapatkan sakit yang luar biasa. Walau wajahnya masih terlihat pucat, dan tubuhnya kian hari kian lemah. Amira akan tetap melanjutkan rencanya hari ini. Dia akan pergi ke rumah Alan, dia harus menjelaskan bahkan meminta maaf jika pria itu menginginkannya. Sebesar itu rasa cintanya, meskipun dirinya tidak bersalah dia akan meminta maaf, meskipun dia tahu Alan yang berselingkuh darinya Amira akan tetap merendahkan dirinya. Tepat di depan rumah yang dulu pernah ia tempati, Amira meraup banyak-banyak udara. Dadanya terasa sesak, tetapi tidak apa-apa dia adalah wanita yang kuat. Amira mengetuk pintu, dia menunggu dengan degup jantung yang bertalu-talu. "Assalamualaikum," ucap Amira saat pintu dibuka lebar-lebar. Salamnya tidak dijawab, kedatangannya tidak disambut dengan baik. Wajah-waj

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rahasia Yang Terungkap

    "Luna?" Suara Bram menggantung di udara, Amira pun juga menoleh mencari seseorang yang Bram sebutkan baru saja. Wajah Amira ikut cemas, dia takut bahwa Luna menyaksikan semua kejadian dan pertengkaran barusan. Luna akan sangat kecewa padanya, Amira tidak ingin hal itu terjadi. "Luna? Ka-kamu...." "Aku melihat semuanya dan aku mendengar semuanya," kata Luna memotong perkataan Amira. Amira semakin menegang, dia bangkit walau kesusahan untuk berdiri. Amira menghampiri sahabatnya yang kini sudah berkaca-kaca. "Apa yang aku dengar barusan itu bohong, kan?" Luna mencari jawaban, dia sudah kecewa karena telah berpisah dengan pria yang masih dia kasihi hingga sekarang. Dan sekarang dia tidak ingin mendengar pengakuan yang semakin membuatnya patah hati. "Lun, apa yang kamu dengar tolong lupakan!" Amira menggenggam kedua tangan Luna dan berusaha menenangkannya. "Tidak." Kini Amira dan Luna menatap Bram secara bersamaan. "Bram, jangan!" "Lun, sebenarnya aku mencintai Amira jauh dari sebe

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Terdengar Suara Talak

    "Sejak aku melihatmu, aku sudah jatuh hati padamu." Suara Bram menggema di sudut-sudut bangunan yang masih separuh jadi itu. Tangan Amira yang hendak mengambil beberapa material terhenti seketika saat mendengar pengakuan Bram yang kesekian kalinya. Amira masih saja syok saat Bram mengungkapkan perasaan padanya. Padahal suasana sebelumnya tidak secanggung ini, tetapi Bram membuat Amira tidak enak hati terhadap pria itu. BrukBrukTerdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari, Bram menengok ke belakang dan benar saja ada seorang pekerja berlari ke arahnya. Seharusnya pekerja tersebut melihat Bram yang sedang berdiri di depannya, tetapi pekerja tersebut malah mendekat dan seperti sengaja menabrak tubuh Bram.Gerakan tubuhnya yang secara impulsif seketika menabrak tubuh Amira. Keduanya pun terkejut, Bram menubruk Amira yang saat itu memegang material besi-besi kecil. Besi-besi itu pun tanpa sengaja berjatuhan mengenai punggung Bram yang berusaha melindungi Amira. Nas sekali

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rencana Jahat Kayla

    "Aku ingin kamu bekerja dengan becus."Kayla melirik kesekitar karena takut ada yang melihatnya sedang berbicara dengan seorang pria asing. Suara bising dari decitan besi dan alat-alat berat tak menyurutkan semangat Kayla untuk melancarkan rencananya. "Jangan sampai gagal," perintah Kayla lagi dengan kedua matanya yang memelotot tajam. "Baik, Bu. Serahkan saja pada saya," jawab pria yang memakai topi berwarna kuning. Kayla tersenyum dengan puas saat pria itu pergi dari hadapannya. Senyuman licik di bibirnya karena dendamnya terhadap Amira. Rencananya harus berhasil, dengan begitu dia bisa mendapatkan cinta dan perhatian dari Alan. Kayla mengintip dari balik tembok dan melihat pria suruhannya itu melaksanakan tugas seperti yang diperintahkan olehnya. Bukan hanya senyuman yang terbit di bibir Kayla, kini tawa kecil akan kemenangan seolah tak mau pergi dari mulut kecilnya. Kayla pergi dari bagunan proyek setengah jadi yang digarap oleh perusahaan Amira dan yang menjadi tanggungjawab

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Memisahkan Cinta Sejati

    "Apa kamu sadar saat mengatakan itu?"Alan berkacak pinggang seolah-olah syok mendengar pengakuan dari Kayla. Kayla memaku di tempatnya, dia menunggu jawaban dari Alan atas pengakuannya tersebut. Dia berharap ada harapan besar dari suaminya ini, berharap pula bahwa suaminya juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. "Aku sangat sadar saat mengatakan itu, Mas." Kayla mendekati Alan kembali, tetapi pria itu malah menjauh darinya. "Bagaimana pun juga aku istrimu, Mas. Tidak ada yang salah dengan perasaanku ini," lanjutnya lagi berusaha meyakinkan Alan. "Tentu saja salah!!!"Brak!!!Brak!!!Alan menggebrak meja beberapa kali yang ada di depannya, sejenak Kayla menutup kedua matanya dan merasakan sakit yang berdenyut di dasar hatinya. Ya, bodoh sekali bahwa dirinya berharap bahwa Alan akan mencintainya seperti pria itu mencintai Amira. Pada kenyataannya dia tidak pernah mendapatkan bagian sedikit pun di hati Alan. Bukan Kayla namanya jika dia menyerah hanya sampai di sini saja, dia

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tinggalkan Dia!

    "Apa salahnya mesra-mesraan dengan suami sahku?" Amira menatap Kayla penuh kemenangan. Tawa Amira sedikit mengejek saat melihat wajah Kayla yang pias. Kayla pun balik menertawakan Amira, wanita itu pun tidak mau mengalah dan semakin menunjukkan taringnya. Amira menaikkan sebelah alisnya, lalu kakinya mundur beberapa langkah saat perut buncit Kayla hampir menyentuh bagian perutnya. "Masih bilang kalau Mas Alan adalah suamimu? Bukannya kamu sendiri yang meminta cerai darinya?" Kayla berkacak pinggang, Amira melihatnya saja terasa begah dengan perut buncit Kayla yang sepertinya membuat Kayla kesulitan bernapas. "Masih punya muka ternyata kamu ya, padahal kamu sendiri yang membuang Mas Alan." Kayla membuat emosi Amira terpancing. Namun, Amira tidak ingin membuang-buang tenaga hanya untuk meladeni Kayla. Mood paginya harus baik untuk bekerja, sebisa mungkin Amira mengatur napas dan mengembalikan perasaannya seperti semula. "Bagaimana kalau aku dan Mas Alan tidak jadi bercerai?" Sejujur

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Saling Mengikhlaskan

    "Apa benar kamu baik-baik saja?" Alan membuntuti ke manapun Amira pergi. Amira menghela napas panjang, dia menghentikan langkahnya saat sudah berada di ruang tamu. Alan pun turut berhenti tepat di belakang sang istri. Amira membalikkan badannya, lalu menatap serius wajah Alan yang terlihat sangat khawatir padanya. "Aku baik-baik saja, Mas. Lihat aku sudah lebih kuat dari pada kemarin. Jangan melihatku seperti anak kecil, okay." Amira menyelempangkan tasnya. Jika berlama-lama di atas tempat tidur rasanya akan lebih sakit. Amira lebih suka bergerak dan bebas melakukan apapun dari pada bermalas-malasan di rumah. Apalagi saat ini dia ada di rumah yang tidak ingin ia tempati. Alan tidak membiarkan Amira begitu saja untuk pergi bekerja. Dia mengambil kunci mobil dan menyusul Amira yang sudah ada di halaman rumah. Alan menarik lengan Amira sampai wanita itu memekik karena bertubrukan dengan dada bidang Alan. "Ahh ada apa lagi, Mas?" Amira semakin jengkel dengan sikap antusias Alan. "Ak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status