Jasmine berbisik dengan hati-hati “ maaf...menurutku mungkin lebih baik kau menghbungi ayahmu”. Terlihat sorot mata dingin dimata Yoga. Bagaimanapun dia sangat sakit hati dengan ayahnya karena telah meninggalkan ibu dan dirinya demi perempuan lain. Dia bersikeras untuk melupakannya bahkan merasa tidak ingin lagi kenal dengannya. Sepontan Yoga menjawab “ Tidak” katanya.
“ Tapi...” belum selesai Jasmine menyelesaikan kata-katanya sudah dipotong oleh Yoga “ Tidak ada tapi-tapian...sudahlah! tidak usah bahas ini lagi...lebih baik kita susul Rudi dan Ratu..mereka sudah agak jauh” Yoga mencegah Jasmine agar tidak melanjutkan pembahasan itu.
“ Hei...kalian berdua ayo cepat! Lambat amat sih” teriak Rudi.
“ Ya tunggu kami” sahut Yoga dan langsung berjalan cepat diikuti oleh Jasmine.
Sesampainya dikantin kampus, Rudi mencari meja kosong untuk mereka. Mereka memilih meja disudut kantin dekat dengan jendela.
“ Kalian mau pesan apa?” Rudi menawarkan sambil melihat daftar menu yang tersedia dimeja. “ Bakso saja” Yoga dan Jasmine menjawab bersamaan.
“ Kalau honeyku...mau pesan apa?” Tanya Rudi kepada Ratu sambil menatapnya genit. “Bakso uleg sayang...cabe nya 3 ya” Ratu mengedipkan mata mesra. “Oke...” Rudi bergegas memesan kepada pelayan kantin.
“ Alice...kok tiba-tiba kantin ini jadi bau amis ya?” ...terdengar suara seorang perempuan yang tidak jauh dari meja mereka. Ternyata itu suara dari Yuli. Perempuan yang bersama Alice tadi pagi. Dia duduk di meja yang berseberangan dengan meja Yoga dan teman-temannya.
Alice yang menyadari bahwa ada Yoga disana timbul keinginan untuk menghina habis-habisan Yoga. Bagaimanapun dia begitu membencinya. “Mungkin itu bau sampah yang berada disebelah kita” Alice menjawab Yuli sambil melirik ke Yoga.
“ Oh iya...kamu benar Alice...ternyata ada sampah yang duduk di sebelah kita...benar-benar pria tak berguna” Yuli tertawa setelah mengatakannya.
Yoga hanya diam tidak berani melawan. “ Ayo Yul...kita pindah ke meja lain...disini aku jadi tidak bernafsu makan” gerutu Alice sambil tersenyum kecut.
“ Oke...aku juga ga sudi makan berdekatan dengan pemulung” Yuli menatap Yoga dengan tatapan menghina. Mereka pun berdiri untuk pindah ke meja lain.
“ Tunggu....” bentak Jasmine yang sudah tidak tahan melihat sahabatnya dihina oleh Alice dan Yuli. “ aku mau bertanya kepada kalian...kenapa kalian tidak bosan-bosannya menghina Yoga...Apa mau kalian sebenarnya!!!’’ . Alice menoleh kearah Jasmine “bukan urusanmu!”.
Jasmine pun semakin marah mendengar jawaban Alice. “ Hei...kalian menghina sahabatku tentu saja menjadi urusanku! Dasar gadis bodoh! Apa kau pikir kau sangat hebat sehingga senang menghina orang lain” bentak Jasmine.
“ Kau bilang apa!!!” Alice ingin sekali menampar mulut Jasmine saat itu. “ sampah dilindungi gadis sampah” Alice mengepalkan tangannya.
“ Kau!!!” Jasmine ingin maju tapi ditahan oleh Ratu “sabar Jasmine...ga ada gunanya kamu berurusan dengan dia” bisik Ratu.
“ Sudahlah Jasmine...aku tidak apa-apa” Yoga berkata pelan kepada Jasmine.
“ Yoga!!! Sampai kapan kau akan diam saja ketika dihina seperti ini!! Kalau kau seperti ini kau akan terus diintimidasi oleh dia!! Jasmine tidak bisa membendung rasa kesalnya lagi. Dia juga sedikit kecewa dengan sikap Yoga yang memilih untuk diam.
“ Haha...kau sama saja dengan sahabat sampahmu itu Jasmine. Seharusnya kau jadi bebysitternya saja” Alice tertawa menghina. Yuli disampingnya pun juga ikut tertawa. Mereka berbalik untuk pergi.
“ Kau!!!” Jasmine dengan cepat maju kearah Alice dan langsung menjambak rambutnya.
“ Ahhh...” Alice pun berteriak kencang sehingga mengundang perhatian pengunjung kantin yang lain.
“ Jasmine apa kau sudah gila!!” bentak Yuli.
Alice membalikkan badannya dan membalas dengan menjambak rambutnya Jasmine. Yoga melihat situasi itu langsung panik dan berusaha untuk melerai Jasmine dan Alice. Dalam waktu singkat para pengunjung kantin saat itu berkumpul ditempat itu sambil bersorak-sorak.
“Gila...kedua gadis ini ternyata kuat juga...kenapa tidak ada yang membantuku melerai” batin Yoga.
“ Tolong-tolong...ada yang berkelahi disini” teriak Ratu panik.
Yuli juga tak kalah panik “ Sudah Alice...hentikan!”.
Yoga terus berusaha melerai tetapi sangat sulit dilerai. Mereka tidak peduli suara yang ada di sekitar mereka dan tetap saling menjambak dan saling menampar satu sama lain.
“ siapapun bantu aku melerainya” teriak Yoga pada kerumunan. Tetapi tidak ada yang merespon. Mereka justru masih bersorak ria seolah-olah sedang menyemangati jagoan mereka masing-masing.
Rudi yang saat itu kembali ke meja setelah memesan pesanannya terkejut. “ Ada apa ini??”.
“ Rudi...bantu aku melerai mereka berdua” teriak Yoga.
Rudipun langsung berlari memgangi Jasmine dan Yoga memegangi Alice. Dengan susah payah akhirnya keduanya berhasil dilerai.
Jasmine dan Alice masih meronta-ronta ingin menyerang satu sama lain. Tetapi mereka masing-masing dipegang oleh Rudi dan Yoga. Seketika itu salah satu pelayan kantin datang untuk menenangkan situasi tersebut “ Maaf ini kantin...tolong jangan buat keributan disini”.
Jasmine dan Alice pun berhenti setelah mendengar kata-kata pelayan kantin. Mereka diam tetapi masih saling menatap tajam. Seketika itu Alice sadar bahwa dirinya dipegangi oleh Yoga. “ lepass!!! Jauhkan tangan kotormu itu dari tubuhku” Bentak Alice.
Yoga pun sontak melepaskan pegangannya di tubuh Alice. “ Alice...ayo kita pergi saja dari sini” ajak Yuli sambil menarik tangan Alice. Alice menatap kembali kearah Jasmine “Urusan kita belum selesai ya” kemudian berbalik dan melirik sekilas ke Yoga lalu pergi.
Kerumunan pun bubar dan mereka kembali ke meja masing-masing. Jasmine masih melototi punggung Alice yang semakin menjauh.
“ Sudah...ayo kita kembali duduk...pesanan sudah mau jadi” ajak Rudi.
Mereka kembali duduk. Ratu membantu Jasmine merapikan rambutnya yang masih acak-acakan. Jasmine memegangi lehernya yang terasa nyeri. Sepertinya lehernya kena cakaran dari Alice.
Rudi masih penasaran “ sebenarnya apa yang terjadi tadi?.
Jasmine dan Yoga hanya diam saja. Kemudian Ratu menjelaskan kepada Rudi “ tadi itu kita tidak tahu kalau ternyata di seberang meja kita ada Alice dan Yuli...mereka terus-terusan menghina Yoga dan Jasmine membela Yoga...akhirnya terjadi seperti ini deh”.
“ Huh...dasar Alice dan Yuli...sukanya bikin onar saja” Gerutu Rudi.
Tiba-tiba Jasmine memandang Yoga kesal. “Yoga! Sampai kapan kamu akan terus bersikap seperti ini! Kalau kamu terus diam kamu akan terus diperlakukan seperti orang yang tidak berguna”.
“ Aku memang orang yang tidak berguna” jawab Yoga.
“Kamu!!!” Jasmine hendak berdiri karena kesal tetapi ditahan oleh Rudi.
“ Yang dikatakan Jasmine itu benar bro...kamu harus tegas supaya tidak ada lagi yang meremehkanmu” Rudi mencoba memberi nasehat kepada Yoga.
Yoga menundukkan kepala “maafkan aku Jasmine...gara-gara aku kamu jadi terluka seperti ini”. Yoga terlihat sangat menyesal.
Melihat Yoga menyesalinya, Jasmine pun luluh hatinya. Kekesalannya hilang seketika. Dan dia memaafkan Yoga. “Sudahlah...lupakan saja. Mulai hari ini kamu tidak boleh bersikap seperti ini lagi” Jasmine berkata dengan nada memohon.
Akhirnya pesanan mereka pun datang. Dan mereka langsung menikmatinya.
Jasmine teringat masalah penting yang dihadapi Yoga tadi. Waktu dua minggu adalah waktu yang singkat. Dia kembali berusaha meyakinkan Yoga “ Yoga...bagaimana dengan saranku tadi?”.
Yoga hanya menunduk kecut. “Sudahlah Jasmine...aku tidak mau membahas itu lagi”.
“Yoga...Cuma itu satu-satunya harapan yang bisa menyelamatkanmu dari DO” mohon Jasmine.
Rudi dan Ratu bingung dan tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. “ Ada apa sih ini” tanya Rudi kebingungan. Begitupun Ratu. Yoga hanya tersenyum “ Tidak ada apa-apa Rud” Jawab Yoga.
“Tapi Yoga...” Jasmine berusaha menyela tetapi dihentikan oleh Yoga dengan melambaikan tangannya. Jasmine pn diam tidak melanjutkan kata-katanya.
Tetapi saat itu ponsel Yoga berdering. Yoga mengeluarkan ponselnya dan mengerutkan kening. Nomor tidak dikenal menelpon dirinya. Dia pun pamit sebentar kepada ketiga sahabatnya itu untuk mengangkat telepon. Mereka mempersilahkan Yoga.
Kemudian Yoga bergegas keluar dari kantin dan mengangkat telepon “ Haloo...”.
“ Halooo....” Yoga menjawab panggilan itu.“ Apakah benar ini Yoga Atma?” Pertanyaan terlontar dari dalam handphone Yoga.Yoga mengerutkan alinya, dia bingung siapa gerangan yang telah menelponnya saat ini. Baru kali ini dia mendapatkan panggilan telepon asing. Biasanya hanya sedikit saja yang mau menelponnya. Yang sering menelponnya hanya sahabat-sahabatnya. Selain itu sangat jarang.Dengan hati-hati Yoga menjawab “ Iya benar...ada yang bisa saya bantu?”.“ Hahahaha...anak bodoh! Aku tak menyangka bertahun-tahun aku tidak bertemu denganmu, kamu tumbuh menjadi anak yang bodoh... Dengarkan baik-baik Yoga, Aku adalah Fendi Atma...Ayah kandungmu!” .Seketika itu raut wajah Yoga berubah menjadi dingin. Terlihat sorot kemarahan dimatanya. Orang yang sangat dia benci dan menghilang lama ternyata muncul begitu saja. Dalam pikirannya terbesit " Untuk apa dia tiba-tiba muncul seperti ini setelah meninggalkan a
Suara lantang dari balik pintu terus mengganggu Yoga. Dia mengenal pemilik suara itu. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Yoga segera berlari menuju pintu untuk membukanya dan mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. " Klek...." terdengar suara pintu terbuka." Hei....lama amat buka pintunya! apa kau mau lari?" kata kasar keluar dari seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu sambil menenteng tangannya di pinggang. Dia melotot tajam ke Yoga." Ah ternyata bu Reya...maaf bu, tadi saya baru dari kamar mandi" Jawab Yoga santai. Wanita itu mendengus kesal lalu berbicara tanpa basa-basi, " Yoga...kau sudah menunggak uang kontrakan selama 4 bulan! ayo sekarang bayar!." Maaf bu...kasih saya waktu lagi. Saya mohon...saya akan segera melunasinya. Saat ini saya belum ada uang" Jawab Yoga dengan memohon. Tetapi bu Reya kelihatan acuh tak acuh. Dia marah mendengar jawaban Yoga " Kau pikir aku juga tidak mempunyai kebutuhan! aku juga butuh makan! ana
Alice langsung meraih cat pilox warna merah yang ada di kursi belakang. Lalu keluar dan langsung menyemprot cat pilox itu ke mobil Jasmine. Dia menulisi body mobil Jasmine dengan kata-kata jorok dan menghina. "Mampus kau..." Batin Alice."Alice...Apa yang kau lakukan?". Alice terkejut dan menoleh. Tampak Yoga berdiri dibelakang Alice.Alice mendengus "Pergilah!! Bukan urusanmu!". Yoga menggelengkan kepalanya. Dia maju dan memperhatikan mobil yang di coret-coret Alice itu. Mata terbelalak "Astaga...bukankah ini mobil Jasmine" Kata Yoga sambil menatap tajam ke Alice.Alice melotot " Memangnya kenapa kalau memang mobil si cewek murahan itu!! Dia pantas mendapatkannya! Ini akibatnya kalau berani melawan aku". Alice lalu memasukkan cat piloxnya ke dalam tas lalu meninggalkan Yoga yang masih berdiri disitu.Yoga gemetar sambil menyentuh mobil Jasmine. Bagaimanapun dia merasa ini adalah kesalahan dia. Kalau bukan gara-gara dia Jasmine tidak akan berkelahi dengan
Jasmine dan Alice terus berjalan menuju gedung olahraga. Kedua gadis ini sangat cantik dan menawan. Tidak sedikit para pria yang memandang mereka berjalan hanya untuk mengagumi kedua diva kampus ini. Tetapi Jasmine dan Alice tak pernah memperdulikan mereka.Mereka masuk ke dalam gedung olah raga yang saat itu sepi. Tidak ada kegiatan satupun. Akhirnya Alice membalikkan badan berhadap-hadapan dengan Jasmine. Dia melotot ke arah jasmine “ Kau sengaja cari gara-gara denganku?” .Jasmine tertawa mendengar kalimat Alice. “ Hahaha...sungguh aku tidak menyangka kau begitu tidak tahu malu! Bukankah kau yang mencari gara-gara denganku duluan. Ingat! Siapa yang mencoret-coret mobilku! Ban kempes ga seberapa, jadi kita impas!.“ kau “ Alice maju mendekat ke hadapan Jasmine. Mata mereka bertemu. Tapi terlihat keduanya sedang menahan amarah. Wajah mereka berhadap-hadapan. Hidung mereka nyaris bersentuhan. Mereka bisa merasakan harumnya aroma nafas satu sama lain. Tangan mereka
Mereka terkejut melihat Alice dan Jasmine sudah terbaring lemas di lantai akibat perkelahian diantara keduanya. Mereka lari berinisiatif untuk menyelematkan keduanya. Saat itu kondisi keduanya sangat memprihatinkan. Wajah mereka dipenuhi dengan darah yang mengalir. Wajah Jasmine merah pucat dan darah mengalir di ujung bibirnya. Serta terdapat bekas cakaran Alice di pipi kirinya. Sedangkan Alice mengeluarkan darah dari kedua lubang hidungnya. Seketika mereka langsung pingsan. Yoga segera mengangkat Jasmine dan Rudi mengangkat Alice. “ Ayo kita bawa ke rumah sakit.” Rudipun mengangguk. “ Pakai mobilku “ Michelle mengajukan usul. Keempatnya mengangguk pertanda setuju. Mereka lalu bergegas keluar ruang olahraga dan menuju rumah sakit. *** Di rumah sakit, “ Aku sudah menghubungi orang tua Jasmine. Sebentar lagi mereka pasti akan segera sampai di sini.” Ratu mengabarkan kepada teman-temannya. “ Aku juga sudah menelpon orang tua Alice
Pria itupun langsung memanggil perawat agar Yoga segera tertangani. Dan kemudian memesankan kamar VVIP untuk perawatan Yoga. Michelle dan Anneth masih kebingungan melihat situasi tersebut. Saat Yoga mendapatkan perawatan, pria itu memanggil anak buahnya dan memberi perintah. " Cari orang yang berani melukai tuan muda! beri mereka pelajaran! " kata pria itu dingin. " Siapp " anak buahnya menjawab serempak dan langsung keluar dari rumah sakit. Pria itu lalu mengambil ponsel di sakunya dan menelpon seseorang. " Tu...tuan besar, kami telah menemukan tuan muda. tetapi kondisi tuan muda sekarang terluka karena tusukan. beberapa preman telah melukainya." Terdengar suara dingin di ponsel yang membuat pria itu bergetar. " Buat perhitungan dengan orang-orang sialan yang berani melukai putraku! kalau perlu patahkan tangan mereka! pastikan putraku dalam keadaan baik-baik saja." " Baik Tuan Besar, siap laksanakan! " Pria itu menjawab dengan hati-hati kemudian menu
Di kamar rumah sakit, Yoga sedang bersantai sendirian sambil menonton salah satu channel youtube di ponselnya. Dia sedang menikmati acara komedi yang ditayangkan di channel tersebut. Acara yang penuh dengan adegan lucu membuatnya tertawa karena terbawa suasana. Sehingga meringankan sedikit beban rasa sakit akibat tusukan kemarin. Sedang asik Yoga menonton acara tersebut, tiba-tiba pintu rumah sakit dibuka. “ Selamat pagi tuan muda, bagaimana keadaan anda? “ Sapa seorang laki-laki kekar di depan pintu. Yoga mengernyitkan keningnya menatap lelaki tersebut, “ Kau? “ “ Saya Roni tuan, Saya diperintahkan ayah anda untuk melayani tuan “ Jawab Roni dengan penuh sopan. Yoga menghela nafas panjang “ Masuklah “ Roni pun melangkahkan kaki masuk ke ruangan itu. Dia kemudian berdiri di samping tempat tidur Yoga. “ Duduklah “ Perintah Yoga. Roni pun duduk dan kemudian mengambil sebuah dokumen dari tasnya. “ Tuan muda, ada yang ingin saya sam
Yoga mengerutkan alisnya. Seketika membaca pesan dalam kertas tersebut. Tangannya mengepal. Tubuhnya bergetar. Tampak kecemasan di wajahnya. Anneth melihat ekspresi Yoga menjadi takut dan mengumpulkan keberanian untuk bertanya.“Ada apa Yoga” Tanyanya dengan hati-hati.Yoga menghela nafas panjang. Dia berkata lirih “Michelle dalam bayaha.”Anneth terkejut, “Apa yang harus kita lakukan?” Anneth menangis dan menundukkan kepalanya, “Aku tidak ingin Michelle kenapa-napa, dia sahabatku.”Yoga maju dan memeluk Anneth. “Sudah, tenanglah. Aku akan berusaha menyelamatkannya.”“Sebenarnya siapa yang melakukan ini semua?” Batin Yoga.Anneth terus menangis kemudian melepaskan pelukan Yoga. Dia memandang Yoga dengan tatapan memohon, “Yoga, aku mohon kamu harus melakukan apapun demi menyelamatkan Michelle.’’Yoga mengangguk, dia menoleh Roni yang berdiri tidak
Dalam perusahaan Yoga, masalah terus bermunculan, dan situasi semakin tak terkendali. Rangkaian sabotase mulai merusak reputasi perusahaan secara signifikan. Di balik semua ini, Yoga mulai mencurigai adanya pengkhianat dalam lingkup kerjanya. Setiap kali sebuah rencana perbaikan disusun, informasi krusial selalu bocor. Perusahaan yang dulunya dikenal kuat kini berada di ambang kehancuran.Yoga mulai merasa bahwa seseorang di dalam timnya sengaja menentang dan menyabotase setiap keputusan yang ia buat. Mulai dari kerugian finansial, kebocoran proyek, hingga strategi bisnis yang selalu saja gagal terlaksana sesuai rencana. Kecurigaan ini membuatnya terpaksa memikirkan langkah-langkah yang lebih bijak dan berhati-hati, karena musuh yang dihadapinya adalah orang dalam.Ratu, yang juga sahabatnya dan menjabat sebagai salah satu kepala divisi, turut merasakan ada kejanggalan. Ia menyadari bahwa beberapa rekan kerja kerap menghindari pertanyaan-pertanyaan spesifik atau menunjukkan reaksi ane
Bayangan Hitam, dalang misterius yang penuh rahasia, mulai mempersiapkan rencana terakhir yang lebih gelap dan lebih mematikan daripada sebelumnya. Ia telah lama mengawasi setiap gerakan Yoga, Michelle, dan teman-temannya, memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai kehendaknya. Meskipun mulai ada kecurigaan dari pihak Michelle dan kawan-kawan, Bayangan Hitam tidak terpengaruh; justru ia melihat hal ini sebagai peluang untuk memperkuat strateginya. Dengan pion-pionnya yang setia dan rencana yang matang, Bayangan Hitam yakin kali ini ia akan berhasil menghancurkan segalanya tanpa menyisakan harapan sedikit pun.Bayangan Hitam menyadari bahwa serangan terhadap orang-orang terdekat Yoga telah menyebabkan kekacauan yang cukup besar, namun ia ingin memastikan bahwa kali ini tidak ada kesempatan bagi mereka untuk bangkit kembali. Rencananya melibatkan serangan di tiga the front sekaligus: bisnis, hubungan personal, dan ancaman fisik. Dengan cara ini, ia berharap dapat menghancurkan inte
Bayangan Hitam, sosok misterius yang selama ini hanya terdengar lewat bisikan-bisikan samar, terus menjalankan rencananya untuk menghancurkan hidup Yoga dan orang-orang terdekatnya. Ia memiliki kekuatan dan pengaruh yang tak terlihat, memanipulasi orang-orang dengan strategi penuh kelicikan. Kali ini, Bayangan Hitam berusaha menggerakkan pion-pionnya dalam permainan jahat yang ia kendalikan dari balik layar.Bayangan Hitam bukanlah orang biasa. Dengan jaringan yang luas, ia mampu mengendalikan banyak orang dari jarak jauh, termasuk Mila, Vina, dan Anneth. Meski Anneth sudah kembali ke kelompoknya, Bayangan Hitam merasa perlu memastikan bahwa setiap langkah musuhnya tetap terpantau. Untuk itu, ia mulai menggerakkan para pionnya agar dapat mengacak-acak hidup Yoga dan orang-orang terdekatnya tanpa menimbulkan kecurigaan besar.Melalui pesan-pesan rahasia yang dikirimkan dalam bentuk kode sandi, Bayangan Hitam menyusun siasat manipulasi untuk mengendalikan pikiran Mila dan Vina. Ia mengi
Ketegangan yang telah lama tersimpan antara Jasmine dan Vina akhirnya memuncak. Pertemuan yang seharusnya berlangsung singkat berubah menjadi ajang konfrontasi penuh emosi, di mana segala rasa sakit hati, cemburu, dan amarah yang selama ini mereka pendam mencuat tanpa terkendali.Jasmine sebenarnya tidak berniat bertemu dengan Vina. Namun, ketika ia sedang mengantar dokumen penting untuk perusahaan Yoga, ia melihat sosok Vina di seberang jalan. Tak disangka, Vina yang sedang dalam misi rahasia Bayangan Hitam juga terkejut melihat Jasmine berada di sana. Tatapan keduanya bertemu, dan dalam sekejap, suasana berubah tegang. Seperti api yang tersulut, ketegangan yang selama ini tersimpan di antara mereka pun seolah meledak.Jasmine langsung berjalan mendekati Vina dengan tatapan penuh amarah. Ia ingat bagaimana Vina dan Mila telah menyerang teman-temannya, bahkan berusaha menghancurkan hidup Michelle dan Yoga. Vina, di sisi lain, menyadari bahwa Jasmine adalah penghalang yang harus ia had
Yoga yang begitu sibuk dengan ancaman dari luar, tak menyadari bahwa dalam perusahaannya sendiri mulai muncul riak-riak ketidakpuasan dan konflik inner. Perusahaan yang telah dibangunnya dengan jerih payah kini berada di tengah prahara yang perlahan mengancam kestabilan dan reputasi yang selama ini ia pertahankan.Ketidakpuasan mulai mencuat dari beberapa departemen penting, terutama sejak keamanan di perusahaan ditingkatkan secara signifikan. Setiap karyawan harus melewati proses verifikasi yang lebih ketat setiap kali mereka masuk, dan akses mereka ke region tertentu semakin dibatasi. Beberapa karyawan menganggap bahwa langkah-langkah ini adalah bentuk ketidakpercayaan dari manajemen, khususnya dari Yoga sendiri.Desas-desus mulai beredar bahwa Yoga terlalu berfokus pada ancaman dari luar tanpa memperhatikan kesejahteraan karyawan. Bahkan, beberapa orang dalam perusahaan merasakan bahwa kepemimpinan Yoga kini lebih tertutup dan penuh rahasia, yang menyebabkan kebingungan di antara p
Yoga tahu ancaman yang mereka hadapi semakin serius setelah membaca surat dari Vina yang disampaikan Jasmine. Ancaman dari Bayangan Hitam dan sosok misterius di baliknya tidak hanya sekadar intimidasi—ini adalah ancaman yang mengincar hidup mereka semua dan juga kekuatan yang telah ia bangun. Keamanan bukan lagi hal yang bisa dianggap sepele, dan Yoga pun segera membuat rencana pertahanan yang matang demi melindungi orang-orang yang ia sayangi. Langkah pertama yang diambil Yoga adalah menambah lapisan keamanan di sekitar rumahnya yang luas, yang kini menjadi tempat perlindungan utama bagi Jasmine, Alice, Michelle, dan bahkan Ratu. Yoga memperkerjakan tim keamanan profesional dengan teknologi canggih yang mampu mendeteksi pergerakan atau ancaman sekecil apa pun di sekitar rumah. Ia memasang sensor gerak di semua sudut dan kamera tersembunyi di setiap vicinity strategis, termasuk pintu-pintu masuk dan halaman belakang. Yoga juga mengganti semua sistem alarm menjadi alarm anti-peretasan
Pada suatu sore yang tenang, Jasmine tengah beristirahat di rumah Yoga bersama Alice dan Michelle ketika seorang pengawal keamanan mengetuk pintu dan menyerahkan sebuah surat. Jasmine terkejut saat melihat nama pengirim yang tertulis di amplop: Vina. Suasana seketika berubah tegang. Alice dan Michelle memperhatikan ekspresi Jasmine, menyadari betapa berbahayanya surat itu, karena mereka tahu, setelah segala pengkhianatan dan serangan yang dilakukan oleh Vina dan Mila, tak ada alasan untuk mempercayai isi surat tersebut. “Jangan dibuka, Jasmine. Siapa tahu ada ancaman lagi,” ujar Alice, mencoba melindungi sahabatnya. Namun Jasmine, meski merasa ragu, merasa harus mengetahui isi surat itu untuk memahami apa yang sebenarnya diinginkan Vina. “Aku akan berhati-hati,” jawabnya sambil mulai membuka amplop dengan hati-hati. Tulisan tangan Vina tampak rapi, tetapi ada sesuatu yang terasa dingin di setiap lekuk hurufnya. Jasmine membaca surat itu dengan suara pelan, namun cukup jelas sehingg
Malam itu, Alice dan Jasmine baru saja pulang dari sebuah pertemuan di kantor Yoga yang membahas proyek besar yang sedang mereka kerjakan bersama Michelle. Alice berjalan di sebelah Jasmine, membicarakan perkembangan proyek tersebut. Meski hubungan keduanya kerap dipenuhi perselisihan, dalam hal pekerjaan, mereka kompak dan profesional. Di tengah perjalanan pulang, saat mereka melalui jalan yang agak sepi dan gelap, tiba-tiba mobil hitam yang mencurigakan melaju lambat di belakang mereka. Jasmine merasakan firasat buruk dan memperhatikan mobil itu dari sudut matanya. “Alice, aku rasa kita sedang diikuti,” bisik Jasmine, suaranya menunjukkan nada waspada. Alice segera menoleh ke arah mobil itu. “Kamu benar. Mobil itu sudah mengikuti kita sejak tadi.” Tak ingin mengambil risiko, mereka berusaha untuk tetap tenang dan mempercepat langkah, berharap bisa sampai ke vicinity yang lebih ramai. Namun, tak lama kemudian, dua orang pria bertubuh besar keluar dari mobil hitam itu dan mulai men
Di sebuah ruangan gelap yang tersembunyi di sudut kota, Bayangan Hitam duduk dengan tenang menunggu kehadiran sosok pria misterius yang selama ini menjadi dalang dari semua kekacauan yang ia orchestrakan. Suara langkah kaki berat terdengar, dan pintu ruangan perlahan terbuka, memperlihatkan seorang pria berjas hitam, dengan wajah yang setengah tertutup oleh bayangan topinya. Sosok itu adalah pria berkuasa yang penuh misteri, seorang yang bahkan Bayangan Hitam sendiri jarang bertemu langsung. Ia hanya dikenal sebagai “Tuan X,” seorang pengusaha kaya dengan pengaruh yang luar biasa besar. Dialah yang telah menyokong setiap aksi balas dendam dan sabotase yang dirancang oleh Bayangan Hitam, termasuk rekrutmen Anneth, Mila, dan Vina. Pria ini adalah sosok yang selalu bergerak di balik layar, mengendalikan keadaan tanpa terdeteksi. Mereka berdua duduk di meja kayu besar yang terletak di tengah ruangan. Tuan X menyilangkan tangannya dengan ekspresi dingin dan mulai berbicara dengan nada ren