Share

Aku Bukan Sampah
Aku Bukan Sampah
Penulis: Zukma_Artajaya

BAB 1

Penulis: Zukma_Artajaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-06 15:21:23

Kring....kring.... terdengar suara jam weaker kuno berbunyi menandakan hari sudah pagi. waktu itu sudah menunjukkan pukul 06.00. Saat itu sosok pemuda tampan terbangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus karena ada jadwal perkuliahan. Ya...pemuda itu adalah Yoga. seorang mahasiswa di universitas ternama di kota Bandung. Ya....Yoga kuliah di Universitas Cahaya Bangsa. Dia seorang mahasiswa yang ulet dan juga pandai. Meskipun keadaannya sangat kekurangan. Dengan sigap dia beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas untuk membersihkan diri karena hari ini ada jadwal perkuliahan.

Selesai mempersiapkan dirinya. Dia mengendarai sepeda listrik ke kampusnya. melaju dengan kencang dijalan raya dengan cepat. Sesampainya dikampus dia meletakkan sepeda listriknya di parkiran. tetapi tiba-tiba ada yang mengejutkannya.

" Minggir...." bentak seorang gadis di belakang Yoga.

Yoga pun menoleh untuk melihat siapa yang membentaknya pagi-pagi ini. Tampak sosok gadis yang cantik dan anggun berada di sebuah mobil Daihatsu Sirion yang berhenti dibelakang Yoga dengan ekspresi marah seperti ingin menerkam sesuatu yang menjijikan.

" Ada apa?" Kata Yoga sambil menatap gadis itu.

Gadis itu mendengus " Sepeda listrik konyolmu itu tidak pantas diparkirkan disini! disini tempat parkir mobil-mobil mewah! sepedamu itu hanya mengotori tempat ini!...

Yoga menatap dingin gadis itu " Bukankah ini tempat umum! kenapa aku tidak boleh parkir disini".

" Pokoknya minggir!!! Mobilku mau parkir! kalau tidak akan aku tabrak sepedamu itu!

" Aliceee " terdengar suara memanggil dari gerbang kampus.

" Aduuuhh...Alice, kenapa pagi-pagi kau sudah cemberut begitu".

Alice dengan cepat menjawab " lihatlah Yul...ada orang menjijikan yang ingin menempati tempat parkirku".

" Hei... ini tempat umum! siapapun berhak parkir disini!" Teriak Yoga yang semakin kesal.

Yuli melihat Yoga dengan acuh. Dia membentak " Dasar orang miskin ga tau diri!!! pergi sana!! mukamu itu buat aku muntah!!

Yoga terkejut...tetapi Yoga sadar. Dia memang orang miskin dan kebanyakan orang selalu merendahkan dirinya. Dia tidak mau berdebat lagi. " Baiklah".

" Baguss...jangan membuat kami merasa mual" Timpal Alice dingin.

Yoga pun menuntun sepedanya menjauh dari kedua gadis itu. ...

Setengah jam kemudian Yoga berjalan di koridor kampus. Hingga dari kejauhan ada seseorang yang memanggilnya. " Yogaaa...kemari sebentar".

Yogapun menoleh dan mendapati sosok wanita berkaca mata yang memanggil dirinya. Diapu bergegas menghampiri wanita tersebut.

" Selamat pagi bu Karina...ibu memanggil saya?....sapa Yoga kepada wanita itu yang tidak lain adalah dosen wali Yoga.

" Ya yoga...ada informasi yang harus ibu sampaikan kepada kamu" Jawab bu Karina.

" Apa bu? " Yoga penasaran sekali....bu Karina menunduk seperti terjadi masalah " Dekan memanggilmu...kamu diminta ke kantor dekan sekarang".

Yoga sangat terkejut mendengarnya. "Ada apa ini?" batin Yoga. Yoga sudah bisa menebak masalah yang akan dibahas dekan. Yoga hanya bisa mengangguk pasrah " baik bu". Yoga kemudian berjalan menyusuri koridor menuju ruang Dekan. Dia berjalan sambil melamun sehingga banyak mahasiswa dan mahasiswi memperhatikannya tanpa dia sadari. Tiba-tiba terdengar sebuah panggilan dari arah belakangnya yang membuat Yoga terkejut. "Yoga..." suara seorang gadis yang sangat cantik dan anggun sedari tadi sudah berada dibelakang Yoga tanpa dia sadari. Yoga langsung menoleh dan menatap gadis itu kemudian memaksa diri untuk tersenyum "Hmmm...Oh Annet?".

" Dari tadi aku lihat kamu jalan sambil melamun, sampai-sampai tidak tahu aku ada dibelakangmu...haha memangnya apa yang kamu lamunin? apa kamu sedang jatuh cinta?" Annet terkekeh melihat wajah panik Yoga. Annet adalah ketua kelas dan sekaligus teman sekelas Yoga. Tidak peduli semua teman sekelasnya merendahkan Yoga tetapi Annet selalu baik padanya.

" Ah tidak kok..." Yoga segera menepis dugaan Annet. Annet mengerutkan keningnya bingung " lalu kenapa?". Yoga menghela nafas " Tidak apa-apa...hanya dipanggil keruang dekan".

Annet terkejut dan tidak bisa menahan untuk bertanya lagi " Kenapa kamu dipanggil ke ruang dekan?''. Yoga menunduk pelan, wajahnya memerah "aku tidak tahu".

" Berdoa saja mudah-mudahan kau semakin cepat dikeluarkan dari kampus ini!" seseorang berkata dari kejauhan dan membuyarkan mereka berdua. Sontak Yoga dan Annet menoleh ke arah sumber suara tersebut. Melihat gadis yang sedang memandang dingin kepada Yoga, Annet mengerutkan alisnya "Michelle...apa maksud kamu? dan kenapa kamu berharap Yoga di keluarkan". 

Michelle menatap tajam kearah Yoga " Ya iyalah aku sangat berharap dia segera dikeluarkan! kampus kita ini kampus elit! dia ga pantas kuliah disini!" kemudian dia mengucapkan kalimat pelan " kamu.....hanya kotoran yang harus dibersihkan!".

Annet tidak tahan pada makian Michelle. Terlebih lagi dia tidak tega kepada Yoga " Michelle...Jaga bicaramu!" Annet mendengus kesal. Michelle adalah sahabatnya tetapi dia juga tidak mau Michelle merendahkan Yoga. " Annet....untuk apa sih kamu selalu baikin pada orang ini. Justru aku sedang melindungimu agar tidak tertular dengan virus kotor yang dibawa olehnya" Michelle menjawab ketus sambil menunjuk ke arah Yoga dengan tatapan sinis. Kemudian berbalik meraih tangan Annet dan membawanya pergi dari hadapan Yoga. Annet tidak kuasa, dia kemudian mengikuti Michelle sambil menoleh ke arah Yoga. Yoga hanya berdiri terpaku. Timbul pikiran terbesit dalam otak Yoga " apakah aku akan benar-benar dikeluarkan?".

Yoga tidak berani memikirkannya. Dia kemudian berbalik berjalan menyelusuri koridor kampus menuju ke ruang dekan yang berada di ujung koridor. Semua orang melihatnya sinis tetapi Yoga hanya bersikap cuek. Dia sadar dirinya memang orang yang sangat miskin. Kebanyakan Mahasiswa dan Mahasiswi dikampus itu berasal dari anak orang-orang terpandang. ada yang anak pejabat dan ada juga anak orang kaya raya. sedangkan dia bukanlah siapa-siapa.

Yoga terus berjalan tanpa menghiraukan gadis-gadis mahasiswi di sepanjang koridor yang berbisik-bisik mengenai dirinya. bahkan ada yang mengatakan aga keras kepada temannya "Sayangnya...tampan tapi miskin...apa yang bisa didaoat kalau cuma modal tampang doang" Gadis yang disebelahnya pun menganggukan. Yoga tetap cuek dan terus berjalan. Sampailah Yoga di ujung koridor tempat ruangan yang dia tuju. Terdapat pintu mewah terbuat dari kayu jati yang besar didepan. Lengkap dengan ukiran khas dari Jepara. Timbul rasa bimbang Yoga bercampur dengan rasa takut memasuki ruangan tersebut. Dia hanya berdiri di depan pintu itu. Seseorang menepuk pundaknya dari belakang dan berkata " Yakinlah...semua pasti ada jalan keluar. Jangan pesimis ya Yoga". Yoga berbalik dan memandang seseorang yang dihadapannya saat ini. Ternyata yang berdiri di depannya adalah dosen walinya yang sering dipanggil dengan bu Karina oleh mahasiswa dan mahasiswi dikampus ini. Ya...namanya adalah karina hasyim salah satu dosen muda nan cantik di Universitas Cahaya Bangsa. Dia memiliki temperamen yang sangat halus dan baik hati. Sehingga banyak yang mengidolakannya. Terutama dikalangan para mahasiswa.

" Baik bu..." Yoga menganggukkan kepalanya dan bu Karina tersenyum lalu membalikkan badannya meninggalkan Yoga. Yoga akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu besar tersebut " Tok....Tok...Tok....".

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Satria Cahya
kebanyakan cerita sekarang mesti tokoh utamanya miskin, dan di bully..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Bukan Sampah   BAB 2

    "tok...tok...tok" suara ketukan pintu berbunyi nyaring. " Masuk" terdengar suara menyahut dari dalam ruangan itu.Yoga membuka pintu tersebut dengan hati-hati. Tampak diujung ruangan terlihat oleh Yoga seorang laki-laki paruh baya berkharisma kuat yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan tegap.Yoga menundukkan kepalanya sopan " Permisi pak Nelson...bapak mencari saya?"" Oh Yoga...masuklah...duduk".Yoga pun langsung bergegas maju dan duduk di depan laki-laki yang dipanggil pak Nelson itu yang tak lain merupakan dekan fakultas ilmu sosial jurusan administrasi negara. Jurusan yang Yoga ambil di universitas tersebut." Yoga...kamu tahu kenapa aku panggil kesini?" tanya pak Nelson dengan dingin. Yoga merasa sangat tertekan dan semakin merunduk. Dia tahu apa yang akan dibahas oleh pak Nelson dekannya itu." Ya pak" Yoga menjawab dengan pelan dan hati-hati. Pak Nelson mendungus dingin "Yoga...menurut laporan dari divisi keuangan...kamu menunggak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Aku Bukan Sampah   BAB 3

    Yoga menoleh kearah sumber suara tersebut. Terlihat seorang laki-laki dan dua orang perempuan yang berdiri jauh memandang dirinya. laki-laki itu adalah Rudi. Dia sahabat Yoga sejak masuk ke kampus bersama-sama. Dia satu jurusan dengan Yoga. Sedangkan dua perempuan itu adalah Jasmine dan Ratu. Jasmine juga merupakan sahabat dekat Yoga. Dia dan Yoga tumbuh di desa yang sama dan sudah bersahabat sejak mereka kecil. Sedangkan Ratu adalah pacar Rudi yang menaruh simpati pada Yoga. Dia sama sekali tidak pernah merendahkan Yoga. Menurutnya Yoga adalah teman yang asik dan sangat keer kepada semua orang. " Ternyata kalian..." Sahut Yoga dengan tersenyum. Ketiga orang itupun bergegas menuju ke tempat Yoga berada. Rudi menepuk bahu Yoga dan tersenyum " hai bro...dicari-cari dikampus ga ada ternyata lagi melamun disini...tadi pas mata kuliah akuntansi kenapa kau tidak masuk? kukira kau sedang sakit...aku khawatir tahu! gerutu Rudi sambil tersenyum kecut karena kesal. Dia pun langsung du

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Aku Bukan Sampah   BAB 4

    Jasmine berbisik dengan hati-hati “ maaf...menurutku mungkin lebih baik kau menghbungi ayahmu”. Terlihat sorot mata dingin dimata Yoga. Bagaimanapun dia sangat sakit hati dengan ayahnya karena telah meninggalkan ibu dan dirinya demi perempuan lain. Dia bersikeras untuk melupakannya bahkan merasa tidak ingin lagi kenal dengannya. Sepontan Yoga menjawab “ Tidak” katanya.“ Tapi...” belum selesai Jasmine menyelesaikan kata-katanya sudah dipotong oleh Yoga “ Tidak ada tapi-tapian...sudahlah! tidak usah bahas ini lagi...lebih baik kita susul Rudi dan Ratu..mereka sudah agak jauh” Yoga mencegah Jasmine agar tidak melanjutkan pembahasan itu.“ Hei...kalian berdua ayo cepat! Lambat amat sih” teriak Rudi.“ Ya tunggu kami” sahut Yoga dan langsung berjalan cepat diikuti oleh Jasmine.Sesampainya dikantin kampus, Rudi mencari meja kosong untuk mereka. Mereka memilih meja disudut kantin dekat dengan jendela.“ Kalian mau pesan apa?” Rudi menawarkan sambil mel

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • Aku Bukan Sampah   BAB 5

    “ Halooo....” Yoga menjawab panggilan itu.“ Apakah benar ini Yoga Atma?” Pertanyaan terlontar dari dalam handphone Yoga.Yoga mengerutkan alinya, dia bingung siapa gerangan yang telah menelponnya saat ini. Baru kali ini dia mendapatkan panggilan telepon asing. Biasanya hanya sedikit saja yang mau menelponnya. Yang sering menelponnya hanya sahabat-sahabatnya. Selain itu sangat jarang.Dengan hati-hati Yoga menjawab “ Iya benar...ada yang bisa saya bantu?”.“ Hahahaha...anak bodoh! Aku tak menyangka bertahun-tahun aku tidak bertemu denganmu, kamu tumbuh menjadi anak yang bodoh... Dengarkan baik-baik Yoga, Aku adalah Fendi Atma...Ayah kandungmu!” .Seketika itu raut wajah Yoga berubah menjadi dingin. Terlihat sorot kemarahan dimatanya. Orang yang sangat dia benci dan menghilang lama ternyata muncul begitu saja. Dalam pikirannya terbesit " Untuk apa dia tiba-tiba muncul seperti ini setelah meninggalkan a

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • Aku Bukan Sampah   BAB 6

    Suara lantang dari balik pintu terus mengganggu Yoga. Dia mengenal pemilik suara itu. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Yoga segera berlari menuju pintu untuk membukanya dan mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. " Klek...." terdengar suara pintu terbuka." Hei....lama amat buka pintunya! apa kau mau lari?" kata kasar keluar dari seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu sambil menenteng tangannya di pinggang. Dia melotot tajam ke Yoga." Ah ternyata bu Reya...maaf bu, tadi saya baru dari kamar mandi" Jawab Yoga santai. Wanita itu mendengus kesal lalu berbicara tanpa basa-basi, " Yoga...kau sudah menunggak uang kontrakan selama 4 bulan! ayo sekarang bayar!." Maaf bu...kasih saya waktu lagi. Saya mohon...saya akan segera melunasinya. Saat ini saya belum ada uang" Jawab Yoga dengan memohon. Tetapi bu Reya kelihatan acuh tak acuh. Dia marah mendengar jawaban Yoga " Kau pikir aku juga tidak mempunyai kebutuhan! aku juga butuh makan! ana

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Aku Bukan Sampah   BAB 7

    Alice langsung meraih cat pilox warna merah yang ada di kursi belakang. Lalu keluar dan langsung menyemprot cat pilox itu ke mobil Jasmine. Dia menulisi body mobil Jasmine dengan kata-kata jorok dan menghina. "Mampus kau..." Batin Alice."Alice...Apa yang kau lakukan?". Alice terkejut dan menoleh. Tampak Yoga berdiri dibelakang Alice.Alice mendengus "Pergilah!! Bukan urusanmu!". Yoga menggelengkan kepalanya. Dia maju dan memperhatikan mobil yang di coret-coret Alice itu. Mata terbelalak "Astaga...bukankah ini mobil Jasmine" Kata Yoga sambil menatap tajam ke Alice.Alice melotot " Memangnya kenapa kalau memang mobil si cewek murahan itu!! Dia pantas mendapatkannya! Ini akibatnya kalau berani melawan aku". Alice lalu memasukkan cat piloxnya ke dalam tas lalu meninggalkan Yoga yang masih berdiri disitu.Yoga gemetar sambil menyentuh mobil Jasmine. Bagaimanapun dia merasa ini adalah kesalahan dia. Kalau bukan gara-gara dia Jasmine tidak akan berkelahi dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Aku Bukan Sampah   BAB 8

    Jasmine dan Alice terus berjalan menuju gedung olahraga. Kedua gadis ini sangat cantik dan menawan. Tidak sedikit para pria yang memandang mereka berjalan hanya untuk mengagumi kedua diva kampus ini. Tetapi Jasmine dan Alice tak pernah memperdulikan mereka.Mereka masuk ke dalam gedung olah raga yang saat itu sepi. Tidak ada kegiatan satupun. Akhirnya Alice membalikkan badan berhadap-hadapan dengan Jasmine. Dia melotot ke arah jasmine “ Kau sengaja cari gara-gara denganku?” .Jasmine tertawa mendengar kalimat Alice. “ Hahaha...sungguh aku tidak menyangka kau begitu tidak tahu malu! Bukankah kau yang mencari gara-gara denganku duluan. Ingat! Siapa yang mencoret-coret mobilku! Ban kempes ga seberapa, jadi kita impas!.“ kau “ Alice maju mendekat ke hadapan Jasmine. Mata mereka bertemu. Tapi terlihat keduanya sedang menahan amarah. Wajah mereka berhadap-hadapan. Hidung mereka nyaris bersentuhan. Mereka bisa merasakan harumnya aroma nafas satu sama lain. Tangan mereka

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-28
  • Aku Bukan Sampah   BAB 9

    Mereka terkejut melihat Alice dan Jasmine sudah terbaring lemas di lantai akibat perkelahian diantara keduanya. Mereka lari berinisiatif untuk menyelematkan keduanya. Saat itu kondisi keduanya sangat memprihatinkan. Wajah mereka dipenuhi dengan darah yang mengalir. Wajah Jasmine merah pucat dan darah mengalir di ujung bibirnya. Serta terdapat bekas cakaran Alice di pipi kirinya. Sedangkan Alice mengeluarkan darah dari kedua lubang hidungnya. Seketika mereka langsung pingsan. Yoga segera mengangkat Jasmine dan Rudi mengangkat Alice. “ Ayo kita bawa ke rumah sakit.” Rudipun mengangguk. “ Pakai mobilku “ Michelle mengajukan usul. Keempatnya mengangguk pertanda setuju. Mereka lalu bergegas keluar ruang olahraga dan menuju rumah sakit. *** Di rumah sakit, “ Aku sudah menghubungi orang tua Jasmine. Sebentar lagi mereka pasti akan segera sampai di sini.” Ratu mengabarkan kepada teman-temannya. “ Aku juga sudah menelpon orang tua Alice

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27

Bab terbaru

  • Aku Bukan Sampah   BAB 75

    Dalam perusahaan Yoga, masalah terus bermunculan, dan situasi semakin tak terkendali. Rangkaian sabotase mulai merusak reputasi perusahaan secara signifikan. Di balik semua ini, Yoga mulai mencurigai adanya pengkhianat dalam lingkup kerjanya. Setiap kali sebuah rencana perbaikan disusun, informasi krusial selalu bocor. Perusahaan yang dulunya dikenal kuat kini berada di ambang kehancuran.Yoga mulai merasa bahwa seseorang di dalam timnya sengaja menentang dan menyabotase setiap keputusan yang ia buat. Mulai dari kerugian finansial, kebocoran proyek, hingga strategi bisnis yang selalu saja gagal terlaksana sesuai rencana. Kecurigaan ini membuatnya terpaksa memikirkan langkah-langkah yang lebih bijak dan berhati-hati, karena musuh yang dihadapinya adalah orang dalam.Ratu, yang juga sahabatnya dan menjabat sebagai salah satu kepala divisi, turut merasakan ada kejanggalan. Ia menyadari bahwa beberapa rekan kerja kerap menghindari pertanyaan-pertanyaan spesifik atau menunjukkan reaksi ane

  • Aku Bukan Sampah   BAB 74

    Bayangan Hitam, dalang misterius yang penuh rahasia, mulai mempersiapkan rencana terakhir yang lebih gelap dan lebih mematikan daripada sebelumnya. Ia telah lama mengawasi setiap gerakan Yoga, Michelle, dan teman-temannya, memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai kehendaknya. Meskipun mulai ada kecurigaan dari pihak Michelle dan kawan-kawan, Bayangan Hitam tidak terpengaruh; justru ia melihat hal ini sebagai peluang untuk memperkuat strateginya. Dengan pion-pionnya yang setia dan rencana yang matang, Bayangan Hitam yakin kali ini ia akan berhasil menghancurkan segalanya tanpa menyisakan harapan sedikit pun.Bayangan Hitam menyadari bahwa serangan terhadap orang-orang terdekat Yoga telah menyebabkan kekacauan yang cukup besar, namun ia ingin memastikan bahwa kali ini tidak ada kesempatan bagi mereka untuk bangkit kembali. Rencananya melibatkan serangan di tiga the front sekaligus: bisnis, hubungan personal, dan ancaman fisik. Dengan cara ini, ia berharap dapat menghancurkan inte

  • Aku Bukan Sampah   BAB 73

    Bayangan Hitam, sosok misterius yang selama ini hanya terdengar lewat bisikan-bisikan samar, terus menjalankan rencananya untuk menghancurkan hidup Yoga dan orang-orang terdekatnya. Ia memiliki kekuatan dan pengaruh yang tak terlihat, memanipulasi orang-orang dengan strategi penuh kelicikan. Kali ini, Bayangan Hitam berusaha menggerakkan pion-pionnya dalam permainan jahat yang ia kendalikan dari balik layar.Bayangan Hitam bukanlah orang biasa. Dengan jaringan yang luas, ia mampu mengendalikan banyak orang dari jarak jauh, termasuk Mila, Vina, dan Anneth. Meski Anneth sudah kembali ke kelompoknya, Bayangan Hitam merasa perlu memastikan bahwa setiap langkah musuhnya tetap terpantau. Untuk itu, ia mulai menggerakkan para pionnya agar dapat mengacak-acak hidup Yoga dan orang-orang terdekatnya tanpa menimbulkan kecurigaan besar.Melalui pesan-pesan rahasia yang dikirimkan dalam bentuk kode sandi, Bayangan Hitam menyusun siasat manipulasi untuk mengendalikan pikiran Mila dan Vina. Ia mengi

  • Aku Bukan Sampah   BAB 72

    Ketegangan yang telah lama tersimpan antara Jasmine dan Vina akhirnya memuncak. Pertemuan yang seharusnya berlangsung singkat berubah menjadi ajang konfrontasi penuh emosi, di mana segala rasa sakit hati, cemburu, dan amarah yang selama ini mereka pendam mencuat tanpa terkendali.Jasmine sebenarnya tidak berniat bertemu dengan Vina. Namun, ketika ia sedang mengantar dokumen penting untuk perusahaan Yoga, ia melihat sosok Vina di seberang jalan. Tak disangka, Vina yang sedang dalam misi rahasia Bayangan Hitam juga terkejut melihat Jasmine berada di sana. Tatapan keduanya bertemu, dan dalam sekejap, suasana berubah tegang. Seperti api yang tersulut, ketegangan yang selama ini tersimpan di antara mereka pun seolah meledak.Jasmine langsung berjalan mendekati Vina dengan tatapan penuh amarah. Ia ingat bagaimana Vina dan Mila telah menyerang teman-temannya, bahkan berusaha menghancurkan hidup Michelle dan Yoga. Vina, di sisi lain, menyadari bahwa Jasmine adalah penghalang yang harus ia had

  • Aku Bukan Sampah   BAB 71

    Yoga yang begitu sibuk dengan ancaman dari luar, tak menyadari bahwa dalam perusahaannya sendiri mulai muncul riak-riak ketidakpuasan dan konflik inner. Perusahaan yang telah dibangunnya dengan jerih payah kini berada di tengah prahara yang perlahan mengancam kestabilan dan reputasi yang selama ini ia pertahankan.Ketidakpuasan mulai mencuat dari beberapa departemen penting, terutama sejak keamanan di perusahaan ditingkatkan secara signifikan. Setiap karyawan harus melewati proses verifikasi yang lebih ketat setiap kali mereka masuk, dan akses mereka ke region tertentu semakin dibatasi. Beberapa karyawan menganggap bahwa langkah-langkah ini adalah bentuk ketidakpercayaan dari manajemen, khususnya dari Yoga sendiri.Desas-desus mulai beredar bahwa Yoga terlalu berfokus pada ancaman dari luar tanpa memperhatikan kesejahteraan karyawan. Bahkan, beberapa orang dalam perusahaan merasakan bahwa kepemimpinan Yoga kini lebih tertutup dan penuh rahasia, yang menyebabkan kebingungan di antara p

  • Aku Bukan Sampah   BAB 70

    Yoga tahu ancaman yang mereka hadapi semakin serius setelah membaca surat dari Vina yang disampaikan Jasmine. Ancaman dari Bayangan Hitam dan sosok misterius di baliknya tidak hanya sekadar intimidasi—ini adalah ancaman yang mengincar hidup mereka semua dan juga kekuatan yang telah ia bangun. Keamanan bukan lagi hal yang bisa dianggap sepele, dan Yoga pun segera membuat rencana pertahanan yang matang demi melindungi orang-orang yang ia sayangi. Langkah pertama yang diambil Yoga adalah menambah lapisan keamanan di sekitar rumahnya yang luas, yang kini menjadi tempat perlindungan utama bagi Jasmine, Alice, Michelle, dan bahkan Ratu. Yoga memperkerjakan tim keamanan profesional dengan teknologi canggih yang mampu mendeteksi pergerakan atau ancaman sekecil apa pun di sekitar rumah. Ia memasang sensor gerak di semua sudut dan kamera tersembunyi di setiap vicinity strategis, termasuk pintu-pintu masuk dan halaman belakang. Yoga juga mengganti semua sistem alarm menjadi alarm anti-peretasan

  • Aku Bukan Sampah   BAB 69

    Pada suatu sore yang tenang, Jasmine tengah beristirahat di rumah Yoga bersama Alice dan Michelle ketika seorang pengawal keamanan mengetuk pintu dan menyerahkan sebuah surat. Jasmine terkejut saat melihat nama pengirim yang tertulis di amplop: Vina. Suasana seketika berubah tegang. Alice dan Michelle memperhatikan ekspresi Jasmine, menyadari betapa berbahayanya surat itu, karena mereka tahu, setelah segala pengkhianatan dan serangan yang dilakukan oleh Vina dan Mila, tak ada alasan untuk mempercayai isi surat tersebut. “Jangan dibuka, Jasmine. Siapa tahu ada ancaman lagi,” ujar Alice, mencoba melindungi sahabatnya. Namun Jasmine, meski merasa ragu, merasa harus mengetahui isi surat itu untuk memahami apa yang sebenarnya diinginkan Vina. “Aku akan berhati-hati,” jawabnya sambil mulai membuka amplop dengan hati-hati. Tulisan tangan Vina tampak rapi, tetapi ada sesuatu yang terasa dingin di setiap lekuk hurufnya. Jasmine membaca surat itu dengan suara pelan, namun cukup jelas sehingg

  • Aku Bukan Sampah   BAB 68

    Malam itu, Alice dan Jasmine baru saja pulang dari sebuah pertemuan di kantor Yoga yang membahas proyek besar yang sedang mereka kerjakan bersama Michelle. Alice berjalan di sebelah Jasmine, membicarakan perkembangan proyek tersebut. Meski hubungan keduanya kerap dipenuhi perselisihan, dalam hal pekerjaan, mereka kompak dan profesional. Di tengah perjalanan pulang, saat mereka melalui jalan yang agak sepi dan gelap, tiba-tiba mobil hitam yang mencurigakan melaju lambat di belakang mereka. Jasmine merasakan firasat buruk dan memperhatikan mobil itu dari sudut matanya. “Alice, aku rasa kita sedang diikuti,” bisik Jasmine, suaranya menunjukkan nada waspada. Alice segera menoleh ke arah mobil itu. “Kamu benar. Mobil itu sudah mengikuti kita sejak tadi.” Tak ingin mengambil risiko, mereka berusaha untuk tetap tenang dan mempercepat langkah, berharap bisa sampai ke vicinity yang lebih ramai. Namun, tak lama kemudian, dua orang pria bertubuh besar keluar dari mobil hitam itu dan mulai men

  • Aku Bukan Sampah   BAB 67

    Di sebuah ruangan gelap yang tersembunyi di sudut kota, Bayangan Hitam duduk dengan tenang menunggu kehadiran sosok pria misterius yang selama ini menjadi dalang dari semua kekacauan yang ia orchestrakan. Suara langkah kaki berat terdengar, dan pintu ruangan perlahan terbuka, memperlihatkan seorang pria berjas hitam, dengan wajah yang setengah tertutup oleh bayangan topinya. Sosok itu adalah pria berkuasa yang penuh misteri, seorang yang bahkan Bayangan Hitam sendiri jarang bertemu langsung. Ia hanya dikenal sebagai “Tuan X,” seorang pengusaha kaya dengan pengaruh yang luar biasa besar. Dialah yang telah menyokong setiap aksi balas dendam dan sabotase yang dirancang oleh Bayangan Hitam, termasuk rekrutmen Anneth, Mila, dan Vina. Pria ini adalah sosok yang selalu bergerak di balik layar, mengendalikan keadaan tanpa terdeteksi. Mereka berdua duduk di meja kayu besar yang terletak di tengah ruangan. Tuan X menyilangkan tangannya dengan ekspresi dingin dan mulai berbicara dengan nada ren

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status