SMA Sage dihebohkan dengan berita tertangkapnya Andres. Mereka tidak menyangka ternyata ada guru berwajah malaikat tetapi berhati iblis di sekolah. Dan mereka lebih terkejut lagi si anak baru alias Andini yang tampak biasa saja bagi sebagian siswa rupanya juga salah satu korbannya."Idih, kamu diapain aja sama guru mesum itu?" Bukannya bersimpati, Emilia tetap menjadi-jadi ketika Andini memasuki kelas."Heh, kalau bacot lo nggak bisa diem, gue jual ginjel lo!" Katya yang kebetulan berjalan di belakang Andini langsung menghardik. "Lo kalau ngomong ngaca!""Apa maksud lo ?!" Emilia yang tersinggung langsung berdiri dari duduknya."Yakin mau gue sebutin?" tanya Katya lembut tapi terdengar mengancam.Andini yang melihat semua itu menoleh ke belakang. "Sudah, biarin saja.""Ya gitu itu tumbuh besar dari uang haram, mulutnya jadi haram juga," geram Katya setelah itu menyusul Andini jalan lagi dan keduanya duduk di bangku masing-masing.Sampai jam belajar dimulai, suasana kelas menjadi cangg
Tidak mudah hari-hari yang harus dijalani oleh Andini selanjutnya sebab selain harus bersaksi atas tindak kejahatan gurunya, ia juga mulai disibukkan dengan berbagai les tambahan sepulang sekolah. Mulai dari les pelajaran, bahasa juga tata krama. Namun, sedikit demi sedikit ia merasa lebih lega. Ia juga mulai bisa menerima sikap Andhika yang meskipun tampak kurang bersahabat dan semua yang dilakukan untuknya karena atas perintah orang tuanya, tetapi laki-laki itu selalu memenuhi kebutuhannya dan mendahulukan kepentingannya.Di sekolah, Emilia juga tidak pernah lagi mengganggunya secara langsung. Mungkin karena Rishi sudah memberikan peringatan kepadanya."Pak Seno mengundurkan diri sebagai kepala sekolah karena merasa bertanggung jawab sudah kecolongan, juga kepala HRD," komentar Amal.Saat ini mereka sudah makan siang dan tengah menghabiskan sisa waktu istirahat di gazebo taman sekolah. Beruntung mereka masih mendapatkan satu yang kosong."Sepatutnya. Bagaimana bisa lolos begitu saja
Andini masih belum yakin dengan penglihatannya akan wanita yang tampak berbincang mesra dengan lawan bicaranya yang seorang laki-laki jauh lebih tua bahkan dari Aydin. Setidaknya itu yang bisa ditangkap oleh matanya dari tempatnya duduk. Wanita yang Andini duga sebagai Scarlett itu masih belum menyadari untuk beberapa lama sampai kemudian entah kebetulan atau karena merasa diperhatikan dan secara reflek mencari siapa, kedua mata mereka bertemu. Tentu saja keduanya sama-sama terkejut, karena ternyata memang Scarlett. Mungkin berkat bakat aktingnya, Scarlett langsung bersikap seolah tak terjadi apa-apa dan mengajak laki-laki yang bersamanya pergi. Dari yang Andini perhatikan, orang yang bersamanya menolak awalnya tapi kemudian setuju setelah dibujuk dengan gerakan mesra."Kamu lihatin apa sih? Nggak sopan kayak gitu itu," tegur Andhika yang tadinya sibuk dengan ponselnya tiba-tiba mendongak dan mendapati Andini memperhatikan sesuatu dengan serius."Hah, oh, iya, maaf." Andini menoleh
"Andini!"Sayup-sayup terdengar seseorang memanggil dan karena Andini masih teringat pertemuannya dengan Scarlett, ia mengira wanita itu yang datang sehingga ia langsung bangun dengan dada bergemuruh. Tapi..."Mas...Dhika?" Rupanya justru Andhika yang kembali. Laki-laki itu berdiri tak jauh darinya dengan berkacak pinggang dan wajah masam."Kamu pikir siapa? Kalau ngantuk langsung tidur, jangan main ponsel!" tegur Andhika dengan nada sedikit meninggi.Ponsel?Begitu Andhika menyebut ponsel, Andini langsung melihat tangannya yang sudah tak memegang benda itu lagi dan rupanya tergeletak di lantai dengan aplikasi video yang masih menyala. Segera ia mengambilnya dan menutup aplikasi tersebut. Saat melihat jam, rupanya sudah pukul dua dini hari."Tidur sana!" perintah Andhika."Iya, Mas." Andini pun segera beranjak kembali ke kamarnya."Lain kali nggak usah sok nungguin aku," kata Dhika pedas.Andini yang sudah melangkah, berhenti dan menoleh. "Saya nggak nungguin Mas Dhika.""Sudah, suda
"Halo," sapa seseorang dari samping ketika Andini tengah antre untuk mengambil makanan.Andini yang sedang fokus melihat berbagai hidangan apa saja yang sesuai seleranya dan ia cukup senang ada masakan Asia khusus Indonesia itu menoleh. Betapa terkejutnya ia disapa oleh salah satu aktris sinetron terkenal. Marla Giyati. Bukan ia tidak melihat keberadaannya tadi saat diajak Andhika berkeliling, hanya yang diperkenalkan padanya orang-orang tertentu saja. Dari segelintir artis yang ada, yang disapa hanya dua orang saja dan itu tidak termasuk Marla Giyati.Andini mengangguk dan tersenyum canggung. "Halo.""Pestanya luar biasa, ya?" ungkap Marla, yang rambut sebahunya ditata ikal saja membuatnya justru tampak lebih fresh.Andini kembali mengangguk. "Iya." Lalu ia mengambil apa yang ia inginkan saja. Namun, ketika ia hendak kembali, Marla rupanya mengikutinya."Maaf, sebelumnya, sebetulnya aku penasaran sesuatu," kata Marla dengan suara lirih."Ya?" sahut Andini kaget. Apa yang diharapkan d
"Kamu kenapa? Mabuk?" tanya Andhika setelah berada di atas yacht lagi dan melihat Andini wajahnya tampak masam.Andini menggeleng."Jangan pasang wajah gitu, nggak enak dilihat! Kalau nggak enak badan mending berbaring saja, nanti aku bangunkan!" perintah Andhika dengan tatapan tak suka.Reva yang melihat perhatian Andhika pada Andini merasa aneh dan bingung. Ia yang tadinya ingin mengadu pada laki-laki itu jadi ragu dan terpaksa menelan kata-katanya kembali."Babe, aku tahu Andhika lebih ganteng, body dia keren, six-pack tapi aku juga nggak kalah keren lho," tegur Bisma yang mendapati Reva terus menatap temannya.Reva yang mendengar teguran itu langsung bergelayut manja di lengan Bisma. "Nggak usah cemburu. Cintaku hanya padamu," katanya sambil menyentuh pipi kekasihnya dengan gerakan sensual.Andhika hanya melirik keduanya tanpa berkomentar apa-apa dan memilih untuk mengeringkan tubuhnya. Setelah mengganti bajunya, ia kembali ngobrol bersama yang lain, meninggalkan Andini sendirian
Hari-hari yang dijalani Andini berikutnya relatif tenang. Tak ada gangguan dari Scarlett, hanya sikap Emilia dan kawan-kawannya saja yang masih kurang menyenangkan dan tidak berubah. Yang cukup melelahkan dan kurang nyaman hanya penyelesaian proses hukum kasus pelecehan yang dilakukan oleh Andres.Meskipun butuh waktu, Andini bersyukur semua akhirnya selesai dan hanya satu siswa SMA Sage korban Andres yang pindah sekolah karena merasa malu. Sedangkan Andini dan yang lainnya tetap bertahan. Kepala sekolah yang baru juga menekankan untuk seluruh elemen sekolah agar bersikap sepatutnya sehingga tidak mencoreng nama baik sekolah dan diri sendiri juga agar tidak merugikan orang lain. Merujuk kepada kasus yang dialami oleh Andini. Kepala sekolah juga menambahkan tidak akan menolerir siapapun yang membuat hoax dan merugikan orang lain di sekolah. Jika ada hal yang dirasa tidak patut, siswa diharapkan langsung lapor langsung kepada wali kelas masing-masing atau hotline yang memang telah dised
Meskipun Elke memang berniat menjemput Andini, tetapi karena Andhika ingin bertemu, maka gadis itu menjemput Katya dan Amal terlebih dahulu barulah Andini. Tentu saja menggunakan sopir."Oh, Amal anaknya Pak Jamal Badawi." Andhika manggut-manggut setelah bertemu langsung dengan Katya dan khususnya Amal."Iya, Kak." Amal tersenyum sopan. Andhika mengangguk. "Ya sudah. Tapi maaf, ya, Saya cuma izinkan Andini buat nonton sama makan saja entah itu sebelum atau sesudahnya. Ini nggak ada cowoknya, kan?" Elke, Katya dan Amal serempak menggeleng."Nggak kok, Kak. Kita juga jomlo ini," jawab Elke sambil nyengir."Ya sudah.""Kami pamit, ya," ucap Elke mewakili yang lain."Mas Dhika, saya pergi dulu. Assalamu'alaikum," pamit Andini."Wa'alaikumussalam," balas Andhika.Keempat gadis remaja tersebut pun meninggalkan rumah melalui pintu depan dan sampai carport langsung masuk ke dalam mobil MPV putih. "Agak...seram juga, ya, Kak Andhika tuh?" komentar Amal ketika mereka sudah berada di perjalan
Karena produk baru, jelas wajah Andini ikut terpampang di mana-mana sebagai bintang iklannya dan hal itu membuat Emilia kesal. Sedangkan tanggapan beberapa teman lain yang tidak memandangnya rendah cukup beragam. Ada yang sedikit berubah yang artinya kini Andini memiliki value untuk berada di tengah-tengah mereka dan sebagian lagi tetap memandang sinis padanya serta menganggapnya sekedar beruntung ditawari menjadi bintang iklan apalagi karena berada di tengah-tengah keluarga Wisesa."Biarin ajalah. Mereka cuma iri," kata Elke menghibur Andini. Andini bisa melihat apa yang dikatakan Elke benar karena embel-embel nama besar Wisesa, tapi ia tidak bisa bangga sepenuhnya karena memang bukan anggota keluarga itu. Namun, tak menampik bahwa kesempatannya datang dari sana. "Aku tahu kamu bukan nggak bersyukur, tapi nggak usah dipikirkan. Benar deh. Nikmati saja selagi bisa," timpal Amal sambil menepuk bahu Andini."Banyak yang lupa kalau di atas langit masih ada langit." Katya menambahkan de
Begitu acara selesai, semua berkumpul di rumah utama. Tidak ada agenda khusus, hanya kumpul keluarga rutin selagi Surya dan Aruna di Jakarta."Kamu nggak istirahat?" tanya Andhika yang tadinya ingin bersantai di pinggir kolam malah mendapati Andini sudah lebih dulu di sana."Ini istirahat," jawab Andini yang tadinya berbaring segera duduk tegak.Keduanya sudah berganti baju santai. Biasanya jika ada Andini, Andhika lebih sering menghindar dan saat ini justru duduk di lounger atau kursi santai sebelah gadis itu."Ada beberapa tawaran pemotretan dan iklan buat kamu," kata Andhika tanpa menatap Andini, justru ke ponsel yang dibawanya sambil bersandar santai.Andini yang mendengar hal itu langsung menatap kaget. Ia masih duduk tegak. "Saya?""Memangnya siapa lagi? Bu Tati?""Kok saya?" tanya Andini tak percaya dan heran bukan kepalang.Andhika meletakkan ponsel di atas meja yang ada di antara mereka. "Kenapa?""Ya ...aneh saja sih. Saya kan bukan model," jawab Andini lirih tapi masih bisa
"...kontrak saudari Scarlett Desiree sebagai brand ambassador seluruh produk yang berada di bawah naungan Wisesa Group telah berakhir hari ini sebagaimana yang tertulis secara hitam dan putih, namun begitu, Wisesa Group tidak berniat untuk memperpanjangnya dan sudah kami sampaikan kepada pihak manajemennya dengan atau tidak adanya kasus yang tengah terjadi saat ini. Semuanya murni keputusan pimpinan. Oleh karena itu, mohon untuk tidak mengaitkan saudari Scarlett dengan Wisesa Group lagi. Sedangkan untuk urusan pribadi yang berkaitan dengan CEO PT. Wisesa Indonesia Lestari, saya juga ingin menyampaikan agar tidak mengaitkan pemberitaan apapun dengan beliau. Bapak Andhika..." Selanjutnya suara dari legal team perusahaan yang berbicara mewakili Andhika seperti dengungan lebah di telinga Andini yang terpaku dengan apa yang disampaikan.Andini terdiam memikirkan Scarlett. Bukan karena bersimpati, ia malah tidak tahu harus merasa bagaimana atas nasib kekasih Andhika itu sejak berita tersebu
Setelah syuting, hari-hari Andini berjalan seperti biasa, termasuk bagaimana Emilia yang masih memusuhinya dan Rishi yang semakin sering menemuinya selagi ada waktu."Kak Rishi naksir kamu deh, An," komentar Elke suatu hari ketika mereka tengah bersantai di gazebo usai makan siang. Andini langsung mengibaskan tangannya. "Ngawur kamu.""Iya." Katya mengangguk membenarkan."Setuju." Amal memberikan jempolnya. "Cuma kamunya yang nggak respon atau kayak berusaha menjauh gitu. Tapi, dia gigih, lho.""Iya, benar." Elke setuju. "Mungkin karena Emilia juga, kan dia naksir Kak Rishi. Tapi, kamu sendiri gimana? Suka nggak?"Amal memang ada benarnya bahwa Andini sedikit menjauh karena perintah Andhika juga, hanya jika ditanya apakah ia suka, terus terang ia tidak tahu. "Gimana?" desak Katya sedikit menggoda.Andini menggeleng. "Nggak tahu.""Coba aja dulu," kata Katya.Andini menunduk. "Gimana, ya...aku ke sini untuk sekolah.""Tapi, masa jatuh cinta dilarang?" tanya Amal ingin tahu. "Kayaknya
Melihat kedatangan Scarlett membuat semua yang ada di sana menoleh. Andini memucat seketika dan tubuhnya kaku. Andhika yang melihat hal itu dengan luwes mendekati kekasihnya sambil ikut membawakan pizza dan membantu meletakkan di meja yang ada di sana."Kok nggak cerita kamu ke sini?" tanya Andhika dengan senyuman lebar sambil mencium kedua pipi Scarlett."Kejutan dong, Sayang," sahut Scarlett gembira kejutannya berhasil dan tatapan matanya tertuju pada Andini yang masih mematung di tempatnya."Makasih, aku senang kamu kasih aku kejutan. Let's talk, shall we?" Masih dengan senyuman, Andhika menggandeng Scarlett pergi."Tapi, Babe, aku belum menyapa yang lain," ujar Scarlett berusaha tetap bertahan."Kamu bisa menyapa mereka nanti." Siapapun masih mendengar suara lembut Andhika yang mendapat godaan oleh kru di studio.Melihat Scarlett menjauh, perlahan napas Andini berhembus. Ia tidak sadar sejak kapan menahannya. Sungguh siapa sangka wanita itu tiba-tiba datang. Melihat reaksi Andhika
Andini bisa merasa lega sebab setelah itu tak ada lagi kejadian buruk menimpanya. Kalaupun ada yang kurang menyenangkan, hanya sebatas Emilia dan beberapa teman lain yang menganggap ia tak layak berada di SMA Sage. Namun, secara umum ia tetap bisa fokus belajar. Kemudian hari untuk syuting iklan dimulai. Andini masih tidak percaya bahwa ia betul-betul dikontrak menjadi bintang iklan. Syutingnya sendiri dilakukan di akhir pekan saat ia libur sekolah."Lakukan saja seperti kamu biasanya. Ingat, kamu bagian dari Wisesa, jadi anggap sebagai membantu keluarga," kata Andhika yang ikut menemani Andini syuting. Saat ini mereka tengah menyiapkan set dan make up untuk para pemeran termasuk Andini.Dengan adanya laki-laki itu sangat tidak membantu Andini sama sekali. Ia merasa tidak nyaman dan takut melakukan kesalahan. "Kami tidak menjadikanmu bintang iklan karena kamu terkenal dan jago akting. Sedari awal kamu bukan artis. Ingat kan alasannya apa?" sambung Andhika."Ya." Tentu saja Andini in
Hari berikutnya Andini masih menunggu dengan sabar kabar dari Emilia, Putri atau Dona, tapi nyatanya tak ada satupun yang memberi tahu apapun. Bahkan di sekolah ketiganya tampak seperti orang tak kenal. Hari berikutnya lagi juga masih sama, akhirnya ketika hendak pulang, Andini memberanikan diri mencegat Emilia."Apa sih lo ?" sergah Emilia kesal."Tugasnya gimana?" tanya Andini."Gampang itu. Nanti gue hubungi. Masih lama ini, ribut amat sih! Dahlah gue mau pulang!" setelah mengatakan itu, Emilia berbalik pergi dan meninggalkan Andini terburu-buru.Andini menatap kepergian Emilia dengan bingung. Mengapa teman sekelasnya itu harus marah, padahal ia hanya bertanya biasa."Dia nggak ngerjain tugasnya?" Tiba-tiba Katya sudah berdiri tepat di belakang Andini."Iya. Aku sudah nunggu kapan buat diskusi, masih belum juga," jawab Andini jujur."Terus gimana? Nggak ada diskusi sama sekali?" Kali ini Elke yang bertanya."Cuma sekali sih, itu juga Mas Dhika marah-marah karena tempatnya di kafe.
Emilia mengajak Andini membahas presentasi mereka di sebuah kafe. Betapa sulitnya ia meminta izin kepada Andhika yang heran kenapa tidak dilakukan di rumah entah siapa. Kenapa sampai harus di kafe?Andini jelas tak bisa menjawab dan akhirnya dengan berat hati Andhika mengizinkan dengan syarat diantar oleh Gery.Hari ini sepulang kerja, Gery langsung menjemput Andini di sekolah menuju tempat janjian. Emilia mengatakan mereka akan ketemu di kafe."Mbak Andini masuk dulu saja, nanti kami menyusul. Saya parkir mobil," kata Gery.Andini pun turun lebih dulu dan memasuki kafe. Rupanya justru ia yang tiba terlebih dahulu daripada yang lain padahal setahunya tadi Emilia, Putri dan Dona pergi sebelum dirinya dari sekolah. Ia pun sengaja memilih tempat yang mudah terlihat jika ketiganya datang.Ketika Gery memasuki kafe, langsung berjalan ke arah Andini. "Temannya belum datang?" tanya Gery sambil melihat sekeliling.Andini menggeleng. "Belum. Mungkin kena macet."Gery mengangguk. "Saya tunggu
Andini baru saja memberikan uang kepada Irawan untuk mengganti yang digunakan membeli cilok dan batagor ketika mobil Andhika memasuki carport. Awalnya sopir pribadi tersebut tidak mau menerimanya, tapi karena terus dipaksa akhirnya mau. Karena tidak tahu jumlah pastinya, ia memberikan lebih."Kamu ngapain di sini?" tanya Andhika yang melihat Andini berada di lantai dasar.Bukan apa-apa, lebih karena di lantai itu hanya ada gudang, dapur kotor, dua kamar pegawai, garasi dan ruangan untuk Irawan berjaga jika sedang tidak mengantarkan siapapun."Oh, barusan kasih uang untuk Pak Ir," jawab Andini sambil menunggu Andhika naik terlebih dahulu.Kening Andhika berkerut. "Uang?""Tadi nitip belikan cilok dan batagor.""Oh." Setelah memberikan respon pendek, tanpa berkata apa-apa lagi, Andhika masuk ke lift dan langsung naik hingga lantai teratas.Sementara itu Andini naik menggunakan tangga hingga ke lantai teratas juga dan langsung masuk ke dalam kamarnya untuk melanjutkan belajar mata pelaja