"Mbak Andini nggak betah, ya, di sini?" tanya Tati. Mereka baru saja selesai salat dzuhur dan kini tengah makan siang.Meskipun Tati seorang pembantu, keluarga Wisesa tidak pernah melarangnya makan satu meja khususnya saat hanya ada sedikit orang. Tentu saja kebaikan mereka tidak pernah disalahgunakan hingga kurang ajar. Mereka tahu kapan bisa dan tidak bisa melakukannya.Mendengar pernyataan Tati, Andini menunduk sambil mengiris dagingnya. Ia tidak tahu harus menjawab bagaimana."Kalau Ibu tahu, pasti sedih banget. Tapi saya ya nggak bisa nyalahin Mbak Andini. Jauh-jauh datang ke sini malah dijahatin Mbak Scarlett dan Mas Dhikanya juga gitu. Untungnya sekarang udah baik lagi," kata Tati tampak senang.Sudah baik mungkin bukan kata yang tepat dan Andini tidak berani membenarkan pernyataan itu sebab menurutnya Andhika hanya melakukan tanggung jawabnya apalagi mengenai masalah yang baru saja terjadi. Siapa yang tega memfitnahku, Ya Allah? Batin Andini sedih."Ibu nggak tega ninggalin M
"Sudah aku bilang, aku tidak bisa ke rumah sakit bahkan jika hari ini kamu boleh pulang, aku tetap tidak bisa menjemputmu. Jangan khawatir, biaya rumah sakitnya aku yang bayar. Aku sudah bilang ke mereka untuk menagihnya padaku. Kamu istirahat saja dan pulihkan kesehatan agar bisa syuting lagi. Oke?" Setelah mengatakan itu, Andhika mematikan sambungan teleponnya dan meletakkan ponsel di atas meja.Saat ini mereka tengah sarapan dan Andini yakin, telepon tadi berasal dari Scarlett."Uhm, kalau Mas Dhika mau menemani Mbak Scarlett, s-silakan. S-saya bisa berangkat sendiri," kata Andini hati-hati."Scarlett sudah ada keluarganya," jawab Andhika tanpa menatap Andini, justru asyik menyendok makanannya.Jika ekspresi Andini tampak bingung dengan sikap Andhika, maka Tati yang juga sarapan bersama mereka menahan senyumnya.Kemudian di saat Andini menunduk, gantian Andhika yang menatapnya. Bukan karena suka, melainkan teringat dengan sebuah pesan masuk yang memberikan update bahwa gosip Andin
Akhir pekan telah tiba. Hari ini Andini diajak Andhika pergi main golf di Bandung. Mereka menggunakan helikopter pribadi dari Jakarta ke Bandung.Bagi Andini, tentunya ia kembali merasakan pengalaman pertama atas beberapa hal. Yang pertama adalah pergi ke Bandung, jangankan Jakarta, ke Surabaya saja jarang apalagi ke Bandung. Yang kedua adalah naik helikopter, ternyata menurutnya lebih mendebarkan daripada pesawat yang ia naik saat pertama kali datang ke Jakarta dulu. Dan terakhir adalah merasakan olahraga golf yang terkenal sebagai olahraga kaum elit. Andhika sendiri tidak mengatakan apapun tentang belajar main golf, hanya menyuruhnya untuk menemani.Wah, ternyata Bandung begini, batin Andini kagum ketika mereka sudah tiba dan kini tengah menuju lapangan golf.Begitu sampai lapangan golf Andini semakin kagum. Dari rumah hingga menuju mobil yang membawa mereka ke tujuan, masih Andhika sendiri yang membawa tas golfnya sendiri. Namun, begitu turun dari mobil, Andini disuruh membawanya.
Selesai makan siang, Andhika mengajak Andini ke toko oleh-oleh khas Bandung meskipun di tengah jalan kadang berhenti jika ada penjual jajanan. Apakah Andhika ikut beli? Jawabannya adalah tidak. Hanya Andini dan sang sopir yang beli dengan uang Andhika tentu saja. Namun, sang sopir sempat berbisik bahwa sebetulnya Andhika tidak terlalu anti makanan pinggir jalan atau rakyat biasa, hanya tergantung mood saja. Andini sendiri beberapa kali harus menolak apapun yang tampak karena ia sudah kenyang selain karena takut dianggap aji mumpung dan rakus oleh Andhika. Setelah itu keduanya segera kembali ke Jakarta, tapi pulangnya tidak ke hotel ataupun rumah Andhika melainkan ke rumah utama. Rupanya di sana sudah berkumpul Aydin dan Aditi beserta keluarga masing-masing. Pantas saja Andhika mengatakan tidak bisa bertemu dengan Scarlett. "Wah, kalian habis borong? Halo, apa kabar?" sapa Kristal sambil memeluk dan mencium kedua pipi Andini. Karena perbedaan tinggi badan yang signifikan, ia har
"Mami memang mempercayakan Andhika mengajari Scarlett semuanya, bagaimanapun dia keluarga kami sekarang," celetuk Aditi dengan nada puas melihat Scarlett yang kaget mengetahui adiknya pergi bersama Andhika.Scarlett menoleh dan memperbaiki ekspresinya. "Oh, gitu. Iya sih biar nggak canggung kalau ketemu tamu keluarga Wisesa. Cuma Andhika nggak cerita."Mendengar ucapan Scarlett Andini spontan meliriknya diam-diam dan membatin bahwa maksud Scarlett adalah dirinya tidak membuat malu keluarga Wisesa dengan bersikap kampungan."Nggak juga sih, tujuannya buat Andini sendiri dengan atau tanpa kami, dia bisa menjadi lebih baik nantinya," sahut Aditi menambahkan."Oh." Scarlett tersenyum basa-basi. "Kamu katanya baru keluar dari rumah sakit?" tanya Kristal tak kalah basa-basinya.Merasa ada celah perhatian, senyum bahagia Scarlett merekah. "Iya.""Sakit apa memang?" tanya Aditi malas."Cuma maag sih, katanya karena stres. Memangnya Andhika nggak kasih tahu?" Berita dirinya masuk rumah sakit
Keesokan harinya ketika Aydin dan Andhika membahas masalah Andini lebih lanjut usai sarapan, Andini berdiam diri di kamarnya. Semua keterangan yang dibutuhkan sudah diberikannya sehingga ia untuk sementara bisa istirahat.Di kamar Andini terdapat banyak sekali buku-buku mulai dari fiksi hingga non fiksi. Kamarnya sendiri lebih luas dari kamarnya di rumah Andhika.Andini memilih salah satu novel yang ia anggap menarik dan membacanya sambil duduk di atas Bean bag. AC ia matikan dan jendela dibukanya lebar. Namun, ketika baru membaca beberapa halaman, ia merasa haus. Andini meletakkan bukunya di atas meja terdekat dan keluar menuju dapur. Sayup-sayup terdengar gelak tawa anak kecil dan suara air. Mungkin mereka sedang bermain di kolam renang. Selain itu tak ada suara di rumah besar ini. Aruna benar, ia mungkin kesepian tapi mungkin juga tidak. Ia bisa berteman dengan pegawai di rumah ini dan tidak akan merasa tertekan dengan sikap Andhika. Ia bahkan tidak keberatan ikut membantu members
SMA Sage dihebohkan dengan berita tertangkapnya Andres. Mereka tidak menyangka ternyata ada guru berwajah malaikat tetapi berhati iblis di sekolah. Dan mereka lebih terkejut lagi si anak baru alias Andini yang tampak biasa saja bagi sebagian siswa rupanya juga salah satu korbannya."Idih, kamu diapain aja sama guru mesum itu?" Bukannya bersimpati, Emilia tetap menjadi-jadi ketika Andini memasuki kelas."Heh, kalau bacot lo nggak bisa diem, gue jual ginjel lo!" Katya yang kebetulan berjalan di belakang Andini langsung menghardik. "Lo kalau ngomong ngaca!""Apa maksud lo ?!" Emilia yang tersinggung langsung berdiri dari duduknya."Yakin mau gue sebutin?" tanya Katya lembut tapi terdengar mengancam.Andini yang melihat semua itu menoleh ke belakang. "Sudah, biarin saja.""Ya gitu itu tumbuh besar dari uang haram, mulutnya jadi haram juga," geram Katya setelah itu menyusul Andini jalan lagi dan keduanya duduk di bangku masing-masing.Sampai jam belajar dimulai, suasana kelas menjadi cangg
Tidak mudah hari-hari yang harus dijalani oleh Andini selanjutnya sebab selain harus bersaksi atas tindak kejahatan gurunya, ia juga mulai disibukkan dengan berbagai les tambahan sepulang sekolah. Mulai dari les pelajaran, bahasa juga tata krama. Namun, sedikit demi sedikit ia merasa lebih lega. Ia juga mulai bisa menerima sikap Andhika yang meskipun tampak kurang bersahabat dan semua yang dilakukan untuknya karena atas perintah orang tuanya, tetapi laki-laki itu selalu memenuhi kebutuhannya dan mendahulukan kepentingannya.Di sekolah, Emilia juga tidak pernah lagi mengganggunya secara langsung. Mungkin karena Rishi sudah memberikan peringatan kepadanya."Pak Seno mengundurkan diri sebagai kepala sekolah karena merasa bertanggung jawab sudah kecolongan, juga kepala HRD," komentar Amal.Saat ini mereka sudah makan siang dan tengah menghabiskan sisa waktu istirahat di gazebo taman sekolah. Beruntung mereka masih mendapatkan satu yang kosong."Sepatutnya. Bagaimana bisa lolos begitu saja
Andini bisa merasa lega sebab setelah itu tak ada lagi kejadian buruk menimpanya. Kalaupun ada yang kurang menyenangkan, hanya sebatas Emilia dan beberapa teman lain yang menganggap ia tak layak berada di SMA Sage. Namun, secara umum ia tetap bisa fokus belajar. Kemudian hari untuk syuting iklan dimulai. Andini masih tidak percaya bahwa ia betul-betul dikontrak menjadi bintang iklan. Syutingnya sendiri dilakukan di akhir pekan saat ia libur sekolah."Lakukan saja seperti kamu biasanya. Ingat, kamu bagian dari Wisesa, jadi anggap sebagai membantu keluarga," kata Andhika yang ikut menemani Andini syuting. Saat ini mereka tengah menyiapkan set dan make up untuk para pemeran termasuk Andini.Dengan adanya laki-laki itu sangat tidak membantu Andini sama sekali. Ia merasa tidak nyaman dan takut melakukan kesalahan. "Kami tidak menjadikanmu bintang iklan karena kamu terkenal dan jago akting. Sedari awal kamu bukan artis. Ingat kan alasannya apa?" sambung Andhika."Ya." Tentu saja Andini in
Hari berikutnya Andini masih menunggu dengan sabar kabar dari Emilia, Putri atau Dona, tapi nyatanya tak ada satupun yang memberi tahu apapun. Bahkan di sekolah ketiganya tampak seperti orang tak kenal. Hari berikutnya lagi juga masih sama, akhirnya ketika hendak pulang, Andini memberanikan diri mencegat Emilia."Apa sih lo ?" sergah Emilia kesal."Tugasnya gimana?" tanya Andini."Gampang itu. Nanti gue hubungi. Masih lama ini, ribut amat sih! Dahlah gue mau pulang!" setelah mengatakan itu, Emilia berbalik pergi dan meninggalkan Andini terburu-buru.Andini menatap kepergian Emilia dengan bingung. Mengapa teman sekelasnya itu harus marah, padahal ia hanya bertanya biasa."Dia nggak ngerjain tugasnya?" Tiba-tiba Katya sudah berdiri tepat di belakang Andini."Iya. Aku sudah nunggu kapan buat diskusi, masih belum juga," jawab Andini jujur."Terus gimana? Nggak ada diskusi sama sekali?" Kali ini Elke yang bertanya."Cuma sekali sih, itu juga Mas Dhika marah-marah karena tempatnya di kafe.
Emilia mengajak Andini membahas presentasi mereka di sebuah kafe. Betapa sulitnya ia meminta izin kepada Andhika yang heran kenapa tidak dilakukan di rumah entah siapa. Kenapa sampai harus di kafe?Andini jelas tak bisa menjawab dan akhirnya dengan berat hati Andhika mengizinkan dengan syarat diantar oleh Gery.Hari ini sepulang kerja, Gery langsung menjemput Andini di sekolah menuju tempat janjian. Emilia mengatakan mereka akan ketemu di kafe."Mbak Andini masuk dulu saja, nanti kami menyusul. Saya parkir mobil," kata Gery.Andini pun turun lebih dulu dan memasuki kafe. Rupanya justru ia yang tiba terlebih dahulu daripada yang lain padahal setahunya tadi Emilia, Putri dan Dona pergi sebelum dirinya dari sekolah. Ia pun sengaja memilih tempat yang mudah terlihat jika ketiganya datang.Ketika Gery memasuki kafe, langsung berjalan ke arah Andini. "Temannya belum datang?" tanya Gery sambil melihat sekeliling.Andini menggeleng. "Belum. Mungkin kena macet."Gery mengangguk. "Saya tunggu
Andini baru saja memberikan uang kepada Irawan untuk mengganti yang digunakan membeli cilok dan batagor ketika mobil Andhika memasuki carport. Awalnya sopir pribadi tersebut tidak mau menerimanya, tapi karena terus dipaksa akhirnya mau. Karena tidak tahu jumlah pastinya, ia memberikan lebih."Kamu ngapain di sini?" tanya Andhika yang melihat Andini berada di lantai dasar.Bukan apa-apa, lebih karena di lantai itu hanya ada gudang, dapur kotor, dua kamar pegawai, garasi dan ruangan untuk Irawan berjaga jika sedang tidak mengantarkan siapapun."Oh, barusan kasih uang untuk Pak Ir," jawab Andini sambil menunggu Andhika naik terlebih dahulu.Kening Andhika berkerut. "Uang?""Tadi nitip belikan cilok dan batagor.""Oh." Setelah memberikan respon pendek, tanpa berkata apa-apa lagi, Andhika masuk ke lift dan langsung naik hingga lantai teratas.Sementara itu Andini naik menggunakan tangga hingga ke lantai teratas juga dan langsung masuk ke dalam kamarnya untuk melanjutkan belajar mata pelaja
Aditi berhasil membujuk Andini untuk membintangi iklan Padme dan body lotion Pure Bliss varian baru. Tidak jadi spray cologne. Menurut kakak Andhika tersebut setelah dikaji ulang, image Andini lebih cocok membintangi iklan body lotion.Pertemuan di kantor Andhika kemarin membuat Andini kepikiran hingga kini. Di sekolah, ia nyaris tidak bisa konsentrasi. "Kamu kenapa dari tadi kayak antara ada dan tiada gitu?" tanya Elke ketika jam istirahat, usai makan dan kini mereka tengah duduk di gazebo.Andini menggeleng. Ia ingat peringatan Andhika ketika masih tinggal di hotel dan baru memulai pelajaran tata krama bahwa sedekat apapun kita dengan orang lain, tidak semua hal bisa dibicarakan. "Nggak apa-apa." Andini menggeleng sambil tersenyum tipis. "Cuma nggak bisa tidur aja.""Scarlett gimana? Masih gangguin kamu?"Andini mengangguk."Kadang aku tuh pengen semua orang tahu sifat aslinya gimana," geran Elke.Saat asyik mengobrol, datang Rishi bersama seorang temannya dan keduanya langsung du
✉️ KatyaSepupuku kebetulan ada di hotel yang sama.Andini melihat foto yang dikirimkan Katya kepadanya. Foto berangkulan Scarlett bersama laki-laki yang lebih pantas disebut ayahnya. Jika saja Scarlett bukan kekasih Andhika, mungkin terserah saja dia mau berhubungan dengan siapa, karena itu hak masing-masing orang."Ini maksudnya apa pergi dengan orang yang berbeda?" gumam Andini tak percaya.✉️ AndiniDia sama siapa?Saudaranya?Tadi dari rumah Mas Dhika, tapi pulang marah-marah.✉️ KatyaOh ya?Kenapa? Berantem sama Kak Dhika?✉️ AndiniIya. Gara-gara dia nyuruh-nyuruh aku terus.Dia ditegur Mas Dhika dan ngambek.Pulang.✉️ KatyaWkwkwk Rasain!Aku nggak tahu sih dia sama siapa.Kemarin juga beda orang.Sulit untuk nggak curiga.Tapi hobinya memang godain suami orang.Atau...jadi sugar baby.✉️ AndiniMas Dhika tahu nggak ya?✉️ KatyaEntahlah, tapi semoga segera lepas.Menjijikkan!✉️ AndiniAamiin.Andini teringat saat bertemu di Bali pun dengan orang yang berbeda. "Apa Mbak
"Andini! Ambilkan gue minuman lagi!" Teriak Scarlett dari ruang keluarga kepada Andini yang tengah berada di kamar.Tadinya Andini ingin membuat kue yang berbahan sederhana bersama Tati. Kebetulan di rumah ada bahan-bahannya. Namun, karena kedatangan Scarlett yang tiba-tiba, membuat rencana tersebut gagal dan Andini memutuskan berdiam diri di kamarnya. Tati pun menyuruhnya sembunyi saja.Sebelumnya selain minuman, Andini mau menerima perintah Scarlett untuk mengambilkan camilan karena kebetulan Andhika juga memanggilnya. Tapi sekarang...Panggilan pertama dan kedua masih berusaha Andini abaikan."Andini! Lo punya kuping nggak sih?""Ish! Ngapain sih teriak-teriak kayak orang nggak punya tata krama!" gerutu Andini sambil bangkit dari yang tadinya baca novel di atas tempat tidur.Dengan perlahan saking malasnya, Andini keluar dari kamarnya dan turun ke lantai dua."Sudah aku bilang, jangan perintah Andini! Dia bukan pembantu! Butuh apa-apa tinggal panggil Bu Tati!" Tepat saat Andini me
Film yang dipilih oleh Katya memang bagus, Andini sampai lupa bahwa ia menontonnya bersama dengan Rishi dan teman-temannya juga. Untungnya saat menonton ia duduk di tengah antara Amal dan Elke sehingga mengurangi rasa bersalahnya. Meskipun semua murni kebetulan, ia tetap merasa bersalah.Kini mereka makan malam bersama di sebut restoran Italia berkat suara terbanyak. Di sana, tadinya Rishi ingin duduk dekat Andini tapi ditolak karena takut ketahuan Andhika dan disangka bohong. "Eh, Kak Rishi kayaknya naksir kamu deh," bisik Amal yang duduk di depan Katya saat mereka tengah menunggu pesanan datang.Elke yang duduk di depan Andini mengangguk. "Kupikir juga gitu, tapi nggak terang-terangan."Katya yang di samping Andini tersenyum sinis. "Semoga aja biar Emilia mampus.""Eh, jangan gitulah," sahut Andini tak nyaman. Meskipun ia tidak suka Emilia, tapi ia juga tak ingin ada yang mengolok Emilia seperti itu. Apalagi jika ada hubungan dengannya. Ia sudah trauma dengan Scarlett."Kelihatan k
Meskipun Elke memang berniat menjemput Andini, tetapi karena Andhika ingin bertemu, maka gadis itu menjemput Katya dan Amal terlebih dahulu barulah Andini. Tentu saja menggunakan sopir."Oh, Amal anaknya Pak Jamal Badawi." Andhika manggut-manggut setelah bertemu langsung dengan Katya dan khususnya Amal."Iya, Kak." Amal tersenyum sopan. Andhika mengangguk. "Ya sudah. Tapi maaf, ya, Saya cuma izinkan Andini buat nonton sama makan saja entah itu sebelum atau sesudahnya. Ini nggak ada cowoknya, kan?" Elke, Katya dan Amal serempak menggeleng."Nggak kok, Kak. Kita juga jomlo ini," jawab Elke sambil nyengir."Ya sudah.""Kami pamit, ya," ucap Elke mewakili yang lain."Mas Dhika, saya pergi dulu. Assalamu'alaikum," pamit Andini."Wa'alaikumussalam," balas Andhika.Keempat gadis remaja tersebut pun meninggalkan rumah melalui pintu depan dan sampai carport langsung masuk ke dalam mobil MPV putih. "Agak...seram juga, ya, Kak Andhika tuh?" komentar Amal ketika mereka sudah berada di perjalan