Membaca balasan pesan dari Mila itu, tentu saja aku tak bisa mencegah pikiranku untuk tak berpikir yang macam-macam. Mungkin sudah saatnya aku memikirkan kemungkinan buruk jika memang Mas Johan dan Mila punya hubungan yang spesial.***Kumandang azan subuh sontak membangunkanku pagi ini. Gegas kuambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslimah.Kutumpahkan semua rasa ini pada Dzat Yang Maha Pemurah. Terutama rasa khawatirku akan perubahan sikap Mas Johan. Bukankan Allah adalah Maha Pembolak-balik Hati? Pasti Dia akan membuat semuanya membaik seperti sedia kala.Setelah selesai shalat subuh, biasanya aku akan selalu jalan-jalan bersama Desta dan si kembar. Sedangkan Mbak Sarahl lah yang setiap hari selalu menyiapkan sarapan untuk kami.Tapi kali ini rasa malas menyerangku, hatiku rasanya masih tak bisa tenang saat ini. Jadi pagi ini aku pun kembali naik ke atas ranjang.Kuambil ponsel yang setelah membalas status dari Mila itu kumatikan. Kini ponsel itu kembali kunya
Akhirnya masalah keanehan Mas Johan bisa sedikit terlupakan ketika aku berada di toko. Sejak buka pukul tujuh tadi, toko alhamdulillah amat ramai. Kini tokoku telah memiliki empat orang pekerja, sedangkan aku hanya murni memegang kasir saja. Namun jika aku sedang ada keperluan, si Ika lah yang kupercaya memegang keuangan di tokoku ini.Mbak Sarah belum juga terlihat, hanya karyawannya saja yang terlihat sedang bersih-bersih. Begitu pula dengan toko perhiasan perak milik Mila, masih tertutup rapat meski saat ini sudah pukul delapan pagi."Ka, tolong belikan aku bubur ya. Nanti sekalian bungkus buat kalian semua," titahku pada Ika, saat toko lumayan sepi lagi."Baik, Bu," jawab Ika takdzim.Tadi pagi aku memang tak berniat sama sekali sarapan di rumah. Keanehan Mas Johan dan kecurigaanku pada Mila membuat nafsu makanku hilang pagi ini.Namun tentu saja aku tak boleh egois, saat ini aku tengah hamil empat bulan. Ada nyawa lain yang harus kupikirkan selain diriku sendiri. Buah hatiku ini
Setelah mendengarkan telepon dari Mila itu, kini aku pun kembali ke tokoku sendiri. Mencoba menetralisir emosi yang ada, jangan sampai aku tak bisa menguasai diriku sendiri saat ini.Kutek warna biru laut dan juga cincin kupu-kupu tadi saja sebenarnya sudah menjelaskan dengan gamblang hubungan antara Mas Johan dan juga Mila. Namun, aku sungguh ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri tentang kecurangan mereka. Barulah saat itu aku akan bertindak.Ponsel yang kuletakkan di meja kasir kini berdering, saat kulihat ternyata itu adalah panggilan dari Mbak Sarah. Kutengok dari lapak mie ayamnya, memang kakak iparku itu, kini belum terlihat batang hidungnya."Ya Assalamualaikum, ada apa Mbak Sarah?" tanyaku memulai obrolan melalui sambungan telepon ini."Waalaikum salam, Rin. Maaf ya, kali ini kayaknya aku nggak bisa ke lapak deh, ada sesuatu yang penting nih. Tolong nanti siang kamu ambil dulu uang yang ada di kotak. Sekalian ambilin belanjaan seperti biasa, uangnya nanti langsung potong
Part 44Kejutan Kini si Mila sudah masuk ke pekarangan hotel Grand Mansion, tentu saja kami pun terus mengikutinya. Satu hal lagi yang membuatku makin kaget. Mobil kesayangan milik Mas Johan, ternyata juga terparkir disini.***Aku pun segera mengikuti Mila dari belakang. Inilah untuk pertama kalinya aku memasuki hotel mewah ini. Benar-benar seperti hotel yang ada di tv-tv itu. Saking terlenanya melihat keindahan hotel ini, aku pun sampai lupa untuk mengawasi si Mila. Ternyata saat ini sahabatku itu tengah duduk di lobi. Aku pun kemudian tentu saja ikut duduk, untung saja lobi di hotel ini besar, jadi aku bisa duduk di tepi yang lainnya.Tempat ku duduk ini tepatnya berada di belakang Mila. Sengaja saat ini kututup dengan majalah sebagian wajahku, agar tak ada yang mengenalnya.Kini nampak Mila sedang menelepon seseorang. Entah siapa itu. Mungkin saja saat ini dia sedang menelepon kekasihnya. Aku pun kemudian mencoba menelepon Mas Johan, tentunya untuk mengkonfirmasi kenapa mobilny
Part 45Tak Biasa Saja Kumandang adzan subuh selalu sukses membangunkan aku dan juga Mas Johan. Sebuah kebahagiaan tersendiri jika bisa melaksanakan ibadah shalat subuh berjamaah dengan suami. Karena kadang di empat waktu shalat lainnya, kami tak bisa melakukan itu, Mas Johan sedang bekerja, itu lah alasannya. Harapanku sih semoga suatu saat kami bisa terus melaksanakan shalat berjamaah lima waktu. Aku dan juga Mas Johan telah memiliki cita-cita untuk membangun sebuah usaha, agar nantinya suamiku itu bisa setiap waktu bersama denganku dan anak-anakku nantinya."Mau jalan-jalan pagi?""Tentu mau dong Mas."Selepas melaksanakan shalat subuh, Mas Johan pun mengajakku jalan-jalan pagi, tentu saja hal itu langsung kujawab dengan senang hati. Karena ketika sedang hamil seperti ini, diperhatikan oleh suami adalah suatu hal yang sangat menyenangkan."Bik, tolong nanti masakin aku sayur bening oyong ya. Lagi pingin makan yang seger-seger," ucapku pada Bik Nur sebelum berangkat pergi jalan-j
Part 46Misterius"Nuri, tolong gantiin kasir lagi ya. Aku mau beli bubur dulu nih," ucapku pada Nuri saat toko lumayan sedikit pembeli saat ini."Baik, Bu."Tadi pagi aku memang sudah sarapan, tetapi ketika kini baru pukul sepuluh rasanya perut ini sudah kembali keroncongan. Ya maklum deh namanya juga orang hamil bukan? Hehehe.Penjual bubur itu letaknya di pojok, lumayan jauh dari tempatku. Kadang memang aku minta delivery, tetapi kali ini aku ingin berangkat sendiri. Melewati kedai mie ayam milik Mbak Sarah yang ramai pembeli, membuat aku bahagia."Bu, tolong bungkuskan delapan porsi bubur lengkap ya""Baik Mbak Rini tunggu sebentar ya. Eh kenapa Kok ini tadi nggak minta dianter saja? Kan Mbak rini kalau pesan pasti banyak, jadi kami siap antar." Bu Rara penjual bubur itu pun melempar senyum kepadaku."Lagi pingin jalan-jalan ini Bu." "Iya juga ya Mbak. Kalau sedang hamil kayak gini kan memang harus sering jalan-jalan gitu.""Hehehe iya, Bu."Warung bubur ini memang sangat ramai,
Part 47Dia Telah Kembali"Ri-rini?!----"Mila nampak sangat kaget saat itu ketika tahu kedatanganku. Entah siapa yang saat ini sedang bertelepon dengan dia saat ini, hingga melihat kedatanganku seperti melihat setan saja."Kamu kenapa Mil?" tanyaku yang langsung memberikan satu bungkus bubur itu."Ah nggak-nggak apa-apa kok. Terima kasih banyak loh. Hehehe."Mila langsung saja mengambil plastik itu dan menaruh ponselnya di belakang. Sepertinya sebuah hal ganjil sedang disembunyikan dariku."Eh, kamu sedang telepon siapa sih? Kok kayaknya takut banget dengan kedatanganku?" Aku masih saja terus mengejar hal itu."Itu Mas---- eh bukan, Edi, iya Edi yang sedang menelepon aku. Maaf ya Rin." Wajahnya memang masih tampak tak biasa sekali."Ya sudah kalau begitu kamu lanjutin aja. Aku mau balik ke toko lagi."Segera aku pun pergi menjauh tanpa menunggu persetujuan dari Mila dan menuju ke toko. Setiap orang punya privasi bukan? Jadi kenapa aku harus mengejar itu, terserah dia mau buat apa den
Part 48Tak Bisa Diduga"Mas apa kamu sudah dengar jika Mas Rusli telah keluar dari penjara?" tanyaku pada Mas Johan ketika kami berada di ranjang.Obrolan sebelum tidur seperti ini memang sering sekali kami lakukan, karena kadang hal ini bisa membuat kami sharing hal yang sepanjang hari belum usia. Tetapi seminggu terakhir ini, Mas Johan selalu tidur lebih dulu, atau bahkan dia menonton tivi di luar. Intinya kurasa suamiku itu akhir-akhir ini memang sedikit berbeda. "Ya. Aku sudah mendengarkan hal itu dari Mbak Sarah," ucapnya sambil fokus pada ponsel.Posisi Mas Johan agak miring sehingga aku tak bisa melihat apa saja yang dia lakukan saat ini dengan ponselnya itu."Lalu, menurut kamu siapa yang membebaskan dia dari tahanan Mas?" Aku masih terus bertanya meski dia sepertinya sedikit malas berbincang denganku malam ini."Ya aku nggak tahu Dek. Tetapi jika keluarganya aku rasa hal itu tak mungkin sekali. Memangnya kenapa? Kamu takut?" Mas Johan kini menoleh dan menatap wajahku."Jel
Part 57Semoga Tak Ada Masalah Lagi (Ending)"Aku akan melakukan apa yang kamu mau, jika memang itu bisa mengembalikan rumah tangga kita. Karena aku memang bersalah. Tetapi kamu harus tetap tahu jika hanya kamu wanita yang selalu ada dalam hatiku ini."Beberapa saat aku masih terdiam dengan ucapan dari Mas Johan itu. Rasa sakit hati itu nyatanya terus saja menggerogoti rasa ini."Oke. Sekarang pergilah Mas. Untuk saat ini aku masih ingin sendiri. Entah sampai kapan aku bisa kembali mempercayai kamu. Selama kita tak tinggal satu rumah lagi, aku mohon kamu sama Sekali tak menganggu hidupku dan jangan menunjukkan wajahmu di depanku lagi." Tetap itu yang memang aku inginkan dari tadi.Mas Johan nampak menarik nafas dalam-dalam saat ini, kemudian dia pun menjawab."Baiklah Dek, jika memang sudah menjadi keputusan kamu, maka aku akan menuruti semuanya. Aku Akan selalu mencintai kamu dan memperbaiki kesalahan. Berpisah sebentar aku tak mengapa, asal tak selamanya berpisah dengan kamu. Semoga
Part 55Akhirnya "Biarlah, aku tak peduli lagi dengan Mila. Bagiku saat ini hanya kamu yang paling penting, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Tolong Dek." Mas Johan terus saja merengek saat ini, kami berdua pun saat ini saling menangis.DORRRSuara tembakan itu sontak membuat kami berdua yang sedang bersitegang langsung terdiam."Bunyi tembakan dari mana itu Dek?" Mas Johan yang pertama kali langsung bereaksi."Sudah kubilang bukan jika saat ini polisi telah berada di rumah Mila. Berarti----"Bagai sebuah komando, kami berdua pun langsung beranjak dan pergi menuju ke rumah Mila. Mas Johan menggandeng tanganku saat ini, dan entah kenapa aku yang tadi sedang marah pun tak mengapa jika saat ini dipegang oleh suamiku itu.'Astaghfirullah aladzim! Semoga semua baik-baik saja!' gumamku terus sambil berdoa dalam hati.Siapa sih yang tidak langsung panik jika mendengar suara tembakan? Apa lagi aku tau jika disana ada Mbak Sarah, Desta, Dewi dan juga Desi. Pasti saat ini keponakanku itu j
Part 54Pergilah Dariku[Mas, jadi kamu masih tidur di rumah Mbak Sarah? Ketemuan yuk! Aku kok rasanya sudah nggak kuat lagi ingin bersatu dengan kamu. Selama ini kita hanya melakukan hal itu lewat video saja. Yakin deh jika secara langsung pasti akan lebih nikmat. Dijamin pasti kamu akan ketagihan deh. Karena aku akan melayani kamu lebih baik dari pada si Rini itu.][Mas, kamu kok nggak balas chat aku sih? Ngapain sih kamu itu masih terus mencoba setia pada Rini. Ayo lah Mas, kamu itu lebih pantas dengan aku dari pada Rini yang jelek itu!]Membaca pesan dari sahabatku pada suamiku itu sungguh membuat darahku mendidih. Coba saja posisikan diri kalian menjadi aku, apa yang akan kalian lakukan? Ya, aku pun begitu, saat ini rasanya saat ini juga aku ingin marah semarah-marahnya pada Mas Johan. Bahkan sekarang juga aku ingin menghajar Mila hingga wanita cantik itu menjadi tak berbentuk lagi. Saking marahnya aku. Karena dia telah menusuk dari belakang dan menghianati kepercayaanku.Tetapi
Part 53Akan Segera BerakhirSengaja aku memang tak mengatakan semua ini pada Mas Johan, karena aku sangat yakin jika dia tak akan pernah mempercayai hal ini. Begitupula dengan Mbak Sarah, dia pun menyarankan jika tak perlu mengatakan semua ini dulu pada Mas Johan."Lalu menurut kamu, langkah apa yang kini harus kita Ambil? Aku ingin Desta segera kembali ke pelukanku Sin. Aku takut kedua setan itu akan mencelakai dia!"Aku dan Mbak Sarah kini berada di dalam kamar dan kunci kami tutup dari dalam. Agar Mas Johan tak bisa mendengarkan apa yang sedang kami perbincangankan."Aku pun sebenarnya bingung Mbak, kalau kita langsung mendatangi rumah si Mila. Tetapi aku takut nanti malah mereka tahu dan membawa Desta pergi Mbak. Mereka itu sepertinya sudah sangat nekat sekali. Apa pun akan bisa mereka lakukan Mbak."Saat ini aku memang tak tahu apa yang harus dilakukan. Rasanya serba salah semuanya. Apa lagi saat ini hatiku pun terbagi antara keselamatan Desta dan kecurangan Mas Johan. "Begini
Part 52Terlalu Jahat"Kamu jahat Mas! Cepat kembalikan Desta! Jika sampai terjadi sesuatu pada dia, aku pastikan kamu akan kembali membusuk di penjara!"Mbak Sarah semakin meradang, sekarang semua sudah jelas. Yang sedang menelepon Mbak sarah saat ini adalah Mas Rusli, lelaki yang sama dengan yang semalam berbincang dan kurasa dia pula yang membuat tanda merah di leher Mila itu."Siapa?" Mas Johan dengan amat polosnya menanyakan hal itu pada Mbak Sarah dengan suara yang amat lirih.Beberapa saat Mbak Sarah menatap wajah adiknya itu. Tetapi kemudian dia kembali memalingkan muka tanpa memberi jawaban. Rasanya itu sebuah pertanyaan yang tak lagi perlu dijawab. Aku pun tak mau ambil pusing dan terus berusaha menajamkan telinga."Hahaha! Sarah-sarah kamu ini memang bodoh sekali! Baru tahu ya jika aku ini memang jahat? Hahaha! Jika kamu melaporkan aku ke polisi, maka aku tak akan segan-segan menyakiti Desta!" Mas Rusli kembali mengancam. Semakin yakin aku jika saat ini ternyata Mila itu
Part 51Saling Berhubungan"Yang sabar ya Mbak!" Satu hal lagi yang kurasa janggal pada Mila. Pada leher janda cantik itu ada dua tanda merah, yang tadi sore aku belum melihatnya. Bukankah dia sendirian tadi? Ah apa mungkin tanda itu buatan Mas Johan? Atau mungkin ---?"Mas Rusli itu jahat sekali Mil." Suara Mbak Sarah terdengar amat menyedihkan."Kamu yang sabar ya Mbak. Pasti Desta akan cepat ketemu." Mila masih juga terus berusaha menenangkan.Aku dan Mas Johan hanya diam melihat Mila masih berpelukan dengan Mbak Sarah. Sungguh aku sebenarnya seperti masih belum percaya jika semua ini terjadi. Seperti sebuah benang kusut yang terasa sulit sekali untuk di urai. Rumah Mbak Sarah pun mulai sepi, beberapa warga saja yang masih ada sedangkan yang lain sudah pulang."Mila itu sangat cantik dan sexy ya Mas. Semua mata lelaki pasti akan sangat senang saat melihat dia," ucapku lirih sambil menyenggol bahu Mas Johan, karena beberapa saat tadi kulihat suamiku itu terus saja mencuri pandang
Part 50Kerisauan HatiAku kembali sangat penasaran dengan si lelaki pemilik suara itu. Kenapa dia mengenal aku dan juga Mas Johan? Bukankah itu berarti lelaki itu bukan orang jauh? Atau bisa saja dia adalah orang dekat yang ada di sekitar kami? Dari pembicaraan itu, aku bisa menarik kesimpulan jika mungkin apa yang mereka obrolkan itu bisa saja berhubungan dengan aku dan keluargaku. Tetapi tentang apa kah itu? Hal ini malah membuat kepala ini menjadi makin pening. Apa lagi kurasa aku pernah mendengarkan suara lelaki itu sebelumnya."Hey, kamu kok malah bengong ngelihatin aku terus sih? Kenapa kangen ya? Hahaha dasar kamu itu memang kalau kangen nggak pernah tahu waktu. Sudah cepat sana matikan dulu telepon itu. Jangan cari masalah lebih baik kita menikmati indahnya hidup. Aku pun sudah sangat kangen sama kamu Mil.""Kamu tahu aja sih Mas, jika aku ini semua ingin sama kamu. Hehehe. Iya-iya aku matiin deh, pasti kamu cemburu kan sama si Johan? Hayo ngaku! Lagian Johan yang payah it
Part 49Tak Menyangka"Mas Rusli tadi datang seperti pencuri, dan saat ini dia membawa pergi Desta, Rin! Dia menculik Desta!""Mas Rusli menculik Desta?" tanyaku dengan tak percaya."Iya Rin. Aku nggak ingin si Desta kenapa-kenapa. Hiks hiks hiks.""Astaghfirullah aladzim ....!"Mbak Sarah terdengar terus saja menangis, dan tentu saja saat ini aku pun menangis. Tak menyangka jika semua ini akan terjadi."Mbak Sarah yang sabar ya. Sekarang Mbak Sarah sedang berada dimana?" tanyaku setelah beberapa saat tadi kami saling terdiam dan hanya menangis saja."Aku masih berada di rumah, dan para tetangga pun tengah berada di sini. Polisi juga sedang meluncur kesini," jawab Mbak Sarah lirih."Oke kalau begitu aku kesana sekarang ya Mbak. Mbak sabar dulu ya."Aku pun langsung berdiri dan menyambar kerudung apa saja yang ada di lemari. Tak kusangka jika semua akan jadi seperti ini. Baru saja tadi kami membicarakan tentang Mas Rusli, nyatanya sekrang dia telah bertindak cepat."Rin, Johan kemana?
Part 48Tak Bisa Diduga"Mas apa kamu sudah dengar jika Mas Rusli telah keluar dari penjara?" tanyaku pada Mas Johan ketika kami berada di ranjang.Obrolan sebelum tidur seperti ini memang sering sekali kami lakukan, karena kadang hal ini bisa membuat kami sharing hal yang sepanjang hari belum usia. Tetapi seminggu terakhir ini, Mas Johan selalu tidur lebih dulu, atau bahkan dia menonton tivi di luar. Intinya kurasa suamiku itu akhir-akhir ini memang sedikit berbeda. "Ya. Aku sudah mendengarkan hal itu dari Mbak Sarah," ucapnya sambil fokus pada ponsel.Posisi Mas Johan agak miring sehingga aku tak bisa melihat apa saja yang dia lakukan saat ini dengan ponselnya itu."Lalu, menurut kamu siapa yang membebaskan dia dari tahanan Mas?" Aku masih terus bertanya meski dia sepertinya sedikit malas berbincang denganku malam ini."Ya aku nggak tahu Dek. Tetapi jika keluarganya aku rasa hal itu tak mungkin sekali. Memangnya kenapa? Kamu takut?" Mas Johan kini menoleh dan menatap wajahku."Jel