POV AuthorKumandang adzan subuh, membangunkan Rini. Kemudian dia coba membangunkan kedua keponakannya, untuk diajak belajar shalat berjamaah."Devi, Dewi, ayo bangun dulu, Nak. Kita shalat subuh dulu berjamaah," ucap Rini sambil mengusap lembut pipi kedua keponakannya itu."Ini 'kan masih malam Tan, kami masih mengantuk..." ucap Devi."Iya, Tan. Nanti saja ya," timpal Dewi."Shalat subuh itu memang di kerjakan saat petang seperti ini, ayo cepat ambil wudhu, nanti tante Rini ajarin shalat kayak kemarin yuk," kata Rini sambil tersenyum."Shalatnya pas siang saja, Tan. Kalau malam-malam kayak gini, mending bobok aja, Tan," ucap Dewi sambil tidur."Kan Bu Guru bilang, kalau tidak shalat, maka Allah akan marah sama kita. Apa kalian mau kalau Allah marah?" bujuk Rini.Akhirnya meski dengan malas kedua bocah cantik itu, mengikuti Rini ke kamar mandi, untuk mengambil air wudhu. Kemudian mereka shalat, dengan seksama Dewi dan Devi belajar semua gerakan yang dilakukan Rini.Suara mobil Johan,
AKU BUKAN PEMBANTU KALIAN 35Ulah Rusli Lagi (POV Author)Setelah melakukan pesta dini hari tadi itu, Rusli dan kawan-kawannya pun pergi menuju ke pasar terdekat dari situ, untuk menjual barang hasil jarahannya. Kemudian mereka pun pulang masing-masing, sedangkan Rusli yang saat itu tak punya rumah, hanya pamit pergi begitu saja.Firasatnya mengatakan, bahwa hari ini dia akan tertangkap, karena dia berfikir betapa cerdiknya Rini biasanya tahu setiap rencananya, bisa jadi kali ini juga, si Rini ini sudah tahu semuanya. Sebelum tertangkap, dia ingin melakukan sesuatu lagi, untuk memuaskan hatinya.Dari rumah temannya tersebut, Rusli menuju ke rumah Rini. Dia sangat tahu di lingkungan situ, setiap pagi sekitar pukul setengah delapan seperti ini, pasti sepi.Para Ibu sedang sibuk mengurusi dapur dan beberes rumah, sedangkan para suami biasanya jam segini batu berangkat kerja. Pos penjagaan juga jam segini pasti selalu sepi.Rusli tak pernah tahu, kedatangannya ke rumah Rini, pagi ini. Mal
AKU BUKAN PEMBANTU KALIANPenangkapan Rusli"Astaghfirullahaladzim. Aku benar-benar tak menyangka Mas Rusli tega melakukan semua ini." Aku masih tak bisa menerima dengan akal sehat apa yang dilakukan Mas Rusli pada toko dan waarung mie ayamku. Untung saja aku kemarin sudah memasang kamera pengintai di dua tempat itu. Meski saat melakukan aksinya dia memakai topeng, tapi aku tetaplah tau bahwa itu dia, dari suara dan perawakannya juga.Saat ini, aku tengah duduk di kios milik Mila bersama beberapa tetangga toko juga. Mereka semua berbincang tentang kejadian itu. Sebenarnya aku ingin berbagi ini dengan Mbak Sarah, namun aku takut itu hanya akan menambahi pikiran kakak iparku itu saja. Mungkin nanti aku bakal bercerita namun menunggu sampai Mas Rusli tertangkap dahulu.Tadi, berkali-kali aku mencoba menghubungi Mas Johan, namun sayang tak ada jawaban. Pasti karena sedang ada meeting, jadi dia tak bisa menjawab panggilanku. Lebih baik aku sekarang mengirimkan chat saja padanya, jadi sa
Setelah acara penangkapan Mas Rusli di rumah, kini aku kembali lagi ke pasar bersama Mila, Nuri dan juga Ika.Mulai malam nanti rencananya aku dan kedua keponakan kembarku, akan tidur di hotel yang letaknya bersebrangan dengan rumah sakit tempat Desta di rawat. Karena rumahku masih di pasangi garis polisi selama beberapa hari kedepan untuk keperluan penyelidikan, jadi mau tidak mau, kami harus tidur di hotel selama beberapa hari ini. Kebetulan letak hotelnya berdekatan dengan rumah sakit, jadi hal ini memudahkan kami untuk berinteraksi dengan Mbak Sarah.Begitupun juga dengan tokoku, beberapa hari kedepan pun harus tutup dulu, untuk keperluan penyelidikan. Jadi untuk beberapa hari ke depan aku hanya akan menemani Mbak Sarah saja.Mas Johan tadi bilang, katanya ketika waktu istirahat dia akan pulang, jadi aku menunggunya di sini, di tokonya Mila."Rin, kamu yang sabar ya. Nanti pasti ada ganti yang lebih banyak dari Allah," ucap Mila mencoba menghiburku."Pasti Mil, aku percaya itu kok
Tiga Bulan Berselang"Rin, bolehkan mulai besok aku dan anak-anak tak tinggal di sini lagi?" ucap Mbak Sarah malam itu, saat kami menonton tv.Malam ini aku dan Mbak Sarah tengah menonton tv, setelah tadi bersama-sama mengajari si kembar belajar sehabis magrib. Sementara Mas Johan sedang keluar kota sejak kemarin, mungkin besok baru pulang kembali ke rumah."Loh, memangnya Mbak Sarah dan anak-anak mau tinggal dimana?" tanyaku balik yang memang amat kaget."Kami mau mengontrak rumah saja, Rin. Kebetulan aku kemarin lihat ada rumah mungil yang dikonttakan di perumahan yang dekat dengan pasar itu loh, Rin," ucap Mbak Sarah sambil memangku Desta yang sudah mulai mengantuk."Ya ampun, Mbak. Ngapain sih pakai ngontrak segala? Kamar di rumahku ini kan masih banyak, nanti kalau kalian pergi aku pasti kesepian. Apa lagi saat Mas Johan sedang keluar kota seperti ini, Mbak," ucapku sambil tersenyum."Aku ini ingin belajar mandiri, Rin. Aku tak ingin terus merepotkanmu disini. Kan rumah kita nant
Keanehan Mas Johan"Malam Jo. Kamu lagi ngapain nih?" ucap Mbak Sarah saat memulai obrolan melalui sambungan telepon itu."Malam juga, Mbak. Lagi nyantai aja nih sama teman-teman di cafe," jawab Mas Johan terdengar senang.Rasanya hatiku amat sakit sekali mendengar jawaban dari Mas Johan itu. Baru saja aku memcoba tiga kali menghubunginnya namun tak direspon, kini dia langsung menerima panggilan Mbak Sarah. Dan malah dia bilang sedang nyantai di cafe.Ya Allah apa maksunya semua ini? Kenapa Mas Johan berbuat seperti ini padaku?Mbak Sarah mungkin saja saat ini langsung mengerti apa yang kurasakan saat ini. Hingga kemudian kakak iparku itu menepuk-nepuk kedua lenganku. Aku pun mengangguk pelan sambil tetap berusaha tersenyum."Lagi ada acara apa nih kok pakai nongkrong di Cafe segala sih?" tanya Mbak Sarah lagi."Nggak ada yang spesial sih, Mbak. Hanya saja saat ini salah satu temanku sedang ulang tahun. Jadi ya gitu, dia mengadakan pesta kecil-kecilan gitu di sini. Lumayan lah Mbak. D
"Ya Allah, Rin. Kamu yang sabar ya, mungkin saat ini dia memang benar-benar nggak tahu jika kamu menghubunginya. Jangan berprasangka buruk dulu ya pada Johan. Aku amat yakin sekali kok jika Johan itu nggak akan berbuat yang macam-macam kok," ucap Mbak Sarah sambil memelukku dari samping."Entahlah, Mbak. Aku tak habis pikir Mas Johan mengatakan hal-hal yang seperti itu. Sepertinya itu tadi bukanlah Mas Johan yang kukenal dulu, Mbak. Aku mau pamit tidur dulu ya, Mbak. Capek sekali rasanya badan ini karena toko tadi juga lumayan rame. Sekalian aku ingin menenangkan pikiran, dan berharap semua ini hanya mimpi belaka.""Ya sudah, sekarang kamu istirahat dulu saja ya, tenangin pikiranmu. Mungkin saat ini Johan juga sedang ada masalah, jadi dia ngomongnya ngelantur seperti itu. Biarkan saja dulu dia, jangan dihubungin dulu ya, Rin. Saat ini sepertinya dia sedang ingin sendiri," ucap Mbak Sarah sambil menepuk bahuku."Mas Johan tak pernah seperti ini sebelumnya, Mbak. Jika ada masalah, justr
Membaca balasan pesan dari Mila itu, tentu saja aku tak bisa mencegah pikiranku untuk tak berpikir yang macam-macam. Mungkin sudah saatnya aku memikirkan kemungkinan buruk jika memang Mas Johan dan Mila punya hubungan yang spesial.***Kumandang azan subuh sontak membangunkanku pagi ini. Gegas kuambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslimah.Kutumpahkan semua rasa ini pada Dzat Yang Maha Pemurah. Terutama rasa khawatirku akan perubahan sikap Mas Johan. Bukankan Allah adalah Maha Pembolak-balik Hati? Pasti Dia akan membuat semuanya membaik seperti sedia kala.Setelah selesai shalat subuh, biasanya aku akan selalu jalan-jalan bersama Desta dan si kembar. Sedangkan Mbak Sarahl lah yang setiap hari selalu menyiapkan sarapan untuk kami.Tapi kali ini rasa malas menyerangku, hatiku rasanya masih tak bisa tenang saat ini. Jadi pagi ini aku pun kembali naik ke atas ranjang.Kuambil ponsel yang setelah membalas status dari Mila itu kumatikan. Kini ponsel itu kembali kunya
Part 57Semoga Tak Ada Masalah Lagi (Ending)"Aku akan melakukan apa yang kamu mau, jika memang itu bisa mengembalikan rumah tangga kita. Karena aku memang bersalah. Tetapi kamu harus tetap tahu jika hanya kamu wanita yang selalu ada dalam hatiku ini."Beberapa saat aku masih terdiam dengan ucapan dari Mas Johan itu. Rasa sakit hati itu nyatanya terus saja menggerogoti rasa ini."Oke. Sekarang pergilah Mas. Untuk saat ini aku masih ingin sendiri. Entah sampai kapan aku bisa kembali mempercayai kamu. Selama kita tak tinggal satu rumah lagi, aku mohon kamu sama Sekali tak menganggu hidupku dan jangan menunjukkan wajahmu di depanku lagi." Tetap itu yang memang aku inginkan dari tadi.Mas Johan nampak menarik nafas dalam-dalam saat ini, kemudian dia pun menjawab."Baiklah Dek, jika memang sudah menjadi keputusan kamu, maka aku akan menuruti semuanya. Aku Akan selalu mencintai kamu dan memperbaiki kesalahan. Berpisah sebentar aku tak mengapa, asal tak selamanya berpisah dengan kamu. Semoga
Part 55Akhirnya "Biarlah, aku tak peduli lagi dengan Mila. Bagiku saat ini hanya kamu yang paling penting, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Tolong Dek." Mas Johan terus saja merengek saat ini, kami berdua pun saat ini saling menangis.DORRRSuara tembakan itu sontak membuat kami berdua yang sedang bersitegang langsung terdiam."Bunyi tembakan dari mana itu Dek?" Mas Johan yang pertama kali langsung bereaksi."Sudah kubilang bukan jika saat ini polisi telah berada di rumah Mila. Berarti----"Bagai sebuah komando, kami berdua pun langsung beranjak dan pergi menuju ke rumah Mila. Mas Johan menggandeng tanganku saat ini, dan entah kenapa aku yang tadi sedang marah pun tak mengapa jika saat ini dipegang oleh suamiku itu.'Astaghfirullah aladzim! Semoga semua baik-baik saja!' gumamku terus sambil berdoa dalam hati.Siapa sih yang tidak langsung panik jika mendengar suara tembakan? Apa lagi aku tau jika disana ada Mbak Sarah, Desta, Dewi dan juga Desi. Pasti saat ini keponakanku itu j
Part 54Pergilah Dariku[Mas, jadi kamu masih tidur di rumah Mbak Sarah? Ketemuan yuk! Aku kok rasanya sudah nggak kuat lagi ingin bersatu dengan kamu. Selama ini kita hanya melakukan hal itu lewat video saja. Yakin deh jika secara langsung pasti akan lebih nikmat. Dijamin pasti kamu akan ketagihan deh. Karena aku akan melayani kamu lebih baik dari pada si Rini itu.][Mas, kamu kok nggak balas chat aku sih? Ngapain sih kamu itu masih terus mencoba setia pada Rini. Ayo lah Mas, kamu itu lebih pantas dengan aku dari pada Rini yang jelek itu!]Membaca pesan dari sahabatku pada suamiku itu sungguh membuat darahku mendidih. Coba saja posisikan diri kalian menjadi aku, apa yang akan kalian lakukan? Ya, aku pun begitu, saat ini rasanya saat ini juga aku ingin marah semarah-marahnya pada Mas Johan. Bahkan sekarang juga aku ingin menghajar Mila hingga wanita cantik itu menjadi tak berbentuk lagi. Saking marahnya aku. Karena dia telah menusuk dari belakang dan menghianati kepercayaanku.Tetapi
Part 53Akan Segera BerakhirSengaja aku memang tak mengatakan semua ini pada Mas Johan, karena aku sangat yakin jika dia tak akan pernah mempercayai hal ini. Begitupula dengan Mbak Sarah, dia pun menyarankan jika tak perlu mengatakan semua ini dulu pada Mas Johan."Lalu menurut kamu, langkah apa yang kini harus kita Ambil? Aku ingin Desta segera kembali ke pelukanku Sin. Aku takut kedua setan itu akan mencelakai dia!"Aku dan Mbak Sarah kini berada di dalam kamar dan kunci kami tutup dari dalam. Agar Mas Johan tak bisa mendengarkan apa yang sedang kami perbincangankan."Aku pun sebenarnya bingung Mbak, kalau kita langsung mendatangi rumah si Mila. Tetapi aku takut nanti malah mereka tahu dan membawa Desta pergi Mbak. Mereka itu sepertinya sudah sangat nekat sekali. Apa pun akan bisa mereka lakukan Mbak."Saat ini aku memang tak tahu apa yang harus dilakukan. Rasanya serba salah semuanya. Apa lagi saat ini hatiku pun terbagi antara keselamatan Desta dan kecurangan Mas Johan. "Begini
Part 52Terlalu Jahat"Kamu jahat Mas! Cepat kembalikan Desta! Jika sampai terjadi sesuatu pada dia, aku pastikan kamu akan kembali membusuk di penjara!"Mbak Sarah semakin meradang, sekarang semua sudah jelas. Yang sedang menelepon Mbak sarah saat ini adalah Mas Rusli, lelaki yang sama dengan yang semalam berbincang dan kurasa dia pula yang membuat tanda merah di leher Mila itu."Siapa?" Mas Johan dengan amat polosnya menanyakan hal itu pada Mbak Sarah dengan suara yang amat lirih.Beberapa saat Mbak Sarah menatap wajah adiknya itu. Tetapi kemudian dia kembali memalingkan muka tanpa memberi jawaban. Rasanya itu sebuah pertanyaan yang tak lagi perlu dijawab. Aku pun tak mau ambil pusing dan terus berusaha menajamkan telinga."Hahaha! Sarah-sarah kamu ini memang bodoh sekali! Baru tahu ya jika aku ini memang jahat? Hahaha! Jika kamu melaporkan aku ke polisi, maka aku tak akan segan-segan menyakiti Desta!" Mas Rusli kembali mengancam. Semakin yakin aku jika saat ini ternyata Mila itu
Part 51Saling Berhubungan"Yang sabar ya Mbak!" Satu hal lagi yang kurasa janggal pada Mila. Pada leher janda cantik itu ada dua tanda merah, yang tadi sore aku belum melihatnya. Bukankah dia sendirian tadi? Ah apa mungkin tanda itu buatan Mas Johan? Atau mungkin ---?"Mas Rusli itu jahat sekali Mil." Suara Mbak Sarah terdengar amat menyedihkan."Kamu yang sabar ya Mbak. Pasti Desta akan cepat ketemu." Mila masih juga terus berusaha menenangkan.Aku dan Mas Johan hanya diam melihat Mila masih berpelukan dengan Mbak Sarah. Sungguh aku sebenarnya seperti masih belum percaya jika semua ini terjadi. Seperti sebuah benang kusut yang terasa sulit sekali untuk di urai. Rumah Mbak Sarah pun mulai sepi, beberapa warga saja yang masih ada sedangkan yang lain sudah pulang."Mila itu sangat cantik dan sexy ya Mas. Semua mata lelaki pasti akan sangat senang saat melihat dia," ucapku lirih sambil menyenggol bahu Mas Johan, karena beberapa saat tadi kulihat suamiku itu terus saja mencuri pandang
Part 50Kerisauan HatiAku kembali sangat penasaran dengan si lelaki pemilik suara itu. Kenapa dia mengenal aku dan juga Mas Johan? Bukankah itu berarti lelaki itu bukan orang jauh? Atau bisa saja dia adalah orang dekat yang ada di sekitar kami? Dari pembicaraan itu, aku bisa menarik kesimpulan jika mungkin apa yang mereka obrolkan itu bisa saja berhubungan dengan aku dan keluargaku. Tetapi tentang apa kah itu? Hal ini malah membuat kepala ini menjadi makin pening. Apa lagi kurasa aku pernah mendengarkan suara lelaki itu sebelumnya."Hey, kamu kok malah bengong ngelihatin aku terus sih? Kenapa kangen ya? Hahaha dasar kamu itu memang kalau kangen nggak pernah tahu waktu. Sudah cepat sana matikan dulu telepon itu. Jangan cari masalah lebih baik kita menikmati indahnya hidup. Aku pun sudah sangat kangen sama kamu Mil.""Kamu tahu aja sih Mas, jika aku ini semua ingin sama kamu. Hehehe. Iya-iya aku matiin deh, pasti kamu cemburu kan sama si Johan? Hayo ngaku! Lagian Johan yang payah it
Part 49Tak Menyangka"Mas Rusli tadi datang seperti pencuri, dan saat ini dia membawa pergi Desta, Rin! Dia menculik Desta!""Mas Rusli menculik Desta?" tanyaku dengan tak percaya."Iya Rin. Aku nggak ingin si Desta kenapa-kenapa. Hiks hiks hiks.""Astaghfirullah aladzim ....!"Mbak Sarah terdengar terus saja menangis, dan tentu saja saat ini aku pun menangis. Tak menyangka jika semua ini akan terjadi."Mbak Sarah yang sabar ya. Sekarang Mbak Sarah sedang berada dimana?" tanyaku setelah beberapa saat tadi kami saling terdiam dan hanya menangis saja."Aku masih berada di rumah, dan para tetangga pun tengah berada di sini. Polisi juga sedang meluncur kesini," jawab Mbak Sarah lirih."Oke kalau begitu aku kesana sekarang ya Mbak. Mbak sabar dulu ya."Aku pun langsung berdiri dan menyambar kerudung apa saja yang ada di lemari. Tak kusangka jika semua akan jadi seperti ini. Baru saja tadi kami membicarakan tentang Mas Rusli, nyatanya sekrang dia telah bertindak cepat."Rin, Johan kemana?
Part 48Tak Bisa Diduga"Mas apa kamu sudah dengar jika Mas Rusli telah keluar dari penjara?" tanyaku pada Mas Johan ketika kami berada di ranjang.Obrolan sebelum tidur seperti ini memang sering sekali kami lakukan, karena kadang hal ini bisa membuat kami sharing hal yang sepanjang hari belum usia. Tetapi seminggu terakhir ini, Mas Johan selalu tidur lebih dulu, atau bahkan dia menonton tivi di luar. Intinya kurasa suamiku itu akhir-akhir ini memang sedikit berbeda. "Ya. Aku sudah mendengarkan hal itu dari Mbak Sarah," ucapnya sambil fokus pada ponsel.Posisi Mas Johan agak miring sehingga aku tak bisa melihat apa saja yang dia lakukan saat ini dengan ponselnya itu."Lalu, menurut kamu siapa yang membebaskan dia dari tahanan Mas?" Aku masih terus bertanya meski dia sepertinya sedikit malas berbincang denganku malam ini."Ya aku nggak tahu Dek. Tetapi jika keluarganya aku rasa hal itu tak mungkin sekali. Memangnya kenapa? Kamu takut?" Mas Johan kini menoleh dan menatap wajahku."Jel