"Ma...." kata Tamara.
Wajahnya memucat saat melihat kondisi Wulan yang tidak bergerak sama sekali. Tubuhnya lemas terkulai, padahal sebelumnya ia telah mengutuk Wulan agar secepatnya mati. Namun, setelah melihat tubuh kaku Wulan yang tak bergerak. Membuat tubuh Tamara gemetar ketakutan."Apakah dia sudah mati ma?" tanya Tamara gagap."Aku tidak tahu, mama juga tidak tahu"."Kamu itu bodoh sekali, kenapa kamu harus menekan bantalnya begitu kuat? Seharusnya kamu itu hanya menakutinya saja"."Kalau dia beneran mati. Kita bakalan akan masuk penjara. Kita ini sudah hampir masuk penjara. Tapi sekarang kamu hanya menambah dan memperburuk situasi saat ini" gumam Tessa dengan nada marah kepada Tamara."Sebaiknya kita pergi dari sini saja ma. Kalau ada yang melihat perbuatan kita, kita tidak bisa kabur lagi" usul Tamara yang memucat karena takut."Aku tidak mau masuk penjara ma. Aku tidak mau" Tamara terlihat sangat ketakut"Eh Ruby, kamu bisakan menggugurkan kandungan?" tanya Tessa kepada Ruby, dia tidak setuju jika Tamara ingin mempertahankan kandungannya tersebut. Cukup sekali dia membiarkan Tamara mempertahankan kandungannya, hingga akhirnya hanya menyusahkan kehidupan mereka saja. Dan Tessa tidak hal itu terulang lagi. "Tergantung usia kandungannya juga tan, kalau masih muda bisa digugurin dengan obat sih tan. Biasanya digunakan oleh oknum tertentu secara ilegal" jawab Ruby. Secara dialah seorang perawat yang jelas tahu tentang masalah aborsi yang biasa dilakukan teman- teman sejawatnya. "Baguslah kalau begitu, sebaiknya kamu gugurin kandunganmu itu secepatnya Tamara. Mama tidak mau direpotkan dengan masalah kehamilan kamu ini" perintah Tessa kepada Tamara. Dengan raut wajah yang kesal karena telah mengalami hari yang buruk hari ini. "Mah, bisa nggak sih mulut mama itu diam nggak ngoceh terus. Kepalaku rasanya mau meledak tau mah"."Coba kebawelan mama itu dikurangi, stress aku kalau begini terus
Rudi menatap sedih melihat kondisi Nilam yang memprihatinkan saat ini. Ada rasa penyesalan didirinya karena membiarkan Nilam waktu itu pergi bersama Rafly. Rudi lah orang yang membantu Nilam untuk kabur dengan Rafly karena hubungan mereka tidak direstui oleh ayah Nilam. Ayah Nilam berniat ingin menjodohkan Nilam dengan dirinya. Namun Nilam menolak perjodohan tersebut, apalagi perjodohan tersebut dilakukan karena menguntungkan untuk bisnis kedua keluarga. Nilam tidak ingin dianggap sebagai barang yang dijadikan ajang untuk kepentingan dua keluarga yakni keluarga Dewantara dan keluarga Wardana. Rudi pun tidak menginginkan hal tersebut, karena kini dia sedang jatuh cinta dengan wanita misterius yang baru ditemuinya. Rudi juga tengah mencari-cari keberadaan si gadis misterius yang sudah memikat hatinya pada pertemuan pertamanya. Jadi dia juga menolak perjodohan dirinya dengan Nilam. Karena dirinya menganggap Nilam seperti adiknya sendiri. ***𝘍𝘭𝘢𝘴𝘩𝘣𝘢𝘤𝘬***Rudi tengah menunggu ked
"Nilam, besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" ucap Bima tiba-tiba saat mereka sedang makan malam. Anjas dan Marina hanya terdiam mendengar ayah dan ayah mertuanya memberitahukan berita baik tersebut. Namun itu justru merupakan berita petaka bagi Nilam."Maksud papa apa?" jawab Nilam lembut. Dia tidak berani menatap mata Bima, karena dia tahu betapa kerasnya watak sang papa. "Apa telingamu sudah tuli Nilam?" kalimat yang terdengar begitu singkat diucapkan oleh Bima tapi terasa bergidik bagi siapapun setelah mendengarnya."Tapi pa aku sama Rudi cuma..." belum sempat Nilam menyelesaikan kalimatnya. Bima meletakkan garpu dan sendoknya ke meja dengan begitu nyaringnya. Seperti dia tengah menggebrak meja makan pada saat itu. Suasana pun seketika menjadi hening, tak ada aktivitas tengah makan lagi diantara semuanya. Baik Nilam, Anjas maupun Marina."Tidak ada kata penolakan atau alasan apapun. Pokoknya besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" Bima menata
Nilam bertemu dengan Rafly ditaman tempat mereka biasanya ketemuan. Pertemuan mereka dibantu oleh pengasuh Nilam sejak kecil. Bi Fatimah lah orang yang selalu membantu Nilam untuk bisa keluar dari rumahnya."Mas, aku mau mohon sama kamu bawa aku pergi dari sini. Kita kabur saja mas, aku tidak mau dijodohkan sama papa mas" Nilam menangis dalam pelukan Rafly. "Tapi sayang, aku tidak ingin dianggap lelaki pengecut sama papamu karena membawamu pergi dan kabur dari sini" Rafly mencoba untuk menenangkan Nilam dan memberikan pengertian kepadanya bahwa yang dia katakan itu salah. "Tapi aku tidak mau dijodohkan dengan Rudi mas, aku menganggap dia seperti kakakku. Dia pun juga begitu, dia hanya menganggap aku seperti adiknya. Rasanya sulit bagi kami untuk menerima perjodohan ini mas" Nilam menjelaskan. Sebab, dia tau Rafly kadang merasa cemburu dengan Rudi. Dia pun yakin jika Rudi juga tidak menginginkan perjodohan ini. Apalagi dia tahu Rudi sedang mencari perempuan yang sudah membuat dirinya
"Pa, aku sudah menemukannya" ucap Listy pada sambungan telponnya. "Kini Nilam tengah terbaring lemah di rumah sakit pa. Semuanya sungguh diluar dugaan pa, seolah takdir telah bermain-main"."Aku tidak bisa menjelaskan semuanya pa, jika papa ingin tau keadaannya papa bisa datang kesini dan melihat kondisinya"."Dia sedang menderita kangker pa" Listy terisak berbicara dengan papanya di telpon. Dia sangat bersedih melihat kondisi sepupunya itu dengan kondisi yang begitu menyedihkan. Seandainya saja, dia menemukan Nilam lebih awal mungkin dia tidak akan menderita dan penyakitnya tidak akan separah ini. Listy merasa sangat begitu berterimakasih kepada Nilam yang kabur dari perjodohannya dengan Rudi di waktu lampau. Meski dia tau semua itu ulah suaminya sendiri yang membantu pelarian Nilam dengan kekasihnya. Sebab, jika dia tidak menggantikan posisi Nilam untuk melakukan perjodohan dengan Rudi. Dia tidak akan pernah tau betapa beruntung dirinya dicintai oleh Rudi. Listy bahkan tidak akan
Ruby memeriksa kondisi Gery yang sudah tidak bergerak lagi setelah mendapatkan pukulan dari Tamara yang tepat mengenai kepalanya. Sudah bisa dipastikan kalau Gery kini sudah meninggal apalagi genangan darah yang menghiasi lantai keramik putih apartemen kini terlihat begitu sangat kontras merah dan putih. Tamara masih terus saja berteriak dan menangis tidak karuan. Ruangan itu pun kini dipenuhi dengan darah, entah itu darah dari Gery ataupun darah Tamara. Ya , Tamara mengalami pendarahan yang hebat setelah mendapat tendangan dari Gery sebelumnya."Bagaimana sekarang Ruby" Tessa begitu panik dengan keadaan saat ini. Apalagi kondisi Tamara yang terlihat seperti orang gila. Namun tidak berapa lama kemudian Tamara jatuh pingsan karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit akibat pendarahan dan rasa kekecewaan dihatinya. Semua kepedihan, semua kehancuran yang Tamara alami berputar-putar dalam kepalanya hingga membuatnya jatuh pingsan karena dia tidak bisa menerima kekalahannya."Tamara" teriak
Ruby menggeledah isi kamar Gery, mungkin ada barang yang bisa menghasilkan uang. Sebab dia tahu sekarang Tamara tidak punya apa-apa lagi. "Memangnya apa yang kamu cari sih dari tadi" Tessa menggerutu melihat tingkah Ruby. "Aku lagi mencari barang yang berguna biar bisa dijual. Coba tante bantu aku nyari-nyari" ucap Ruby kesal karena tersinggung dengan ucapan Tessa bernada marah kepadanya. "Memang jenius kamu Ruby" wajah Tessa terlihat kegirangan dengan pemikiran Ruby yang tidak terpikir olehnya sebelum ini. Setelah bekerjasama, akhirnya lumayan banyak barang yang terkumpul oleh mereka berdua. Terdapat lima jam tangan mahal yang harganya tentu saja puluhan hingga ratusan juta. Ada tiga cincin berlian, satu sertifikat rumah atas nama Gery. Serta mereka menemukan kunci rumah dan juga kunci mobil. Mungkin kedua barang itu milik Gery tanpa sepengetahuan Tamara. "Sayang, bisa kamu cek alamat rumah ini. Cari tau siapa pemiliknya, apa rumah itu ditempati atau tidak?" Ruby meminta bantuan
Tamara sudah pulih, kini dia bersiap untuk memulai aksi balas dendamnya kepada Andi dan Bella. Setelah semua barang milik Gery dijual oleh Baron, kini dia memiliki sedikit modal untuk melakukan aksinya. Belum lagi uang yang tersimpan di rekening Gery yang lumayan banyak. Membuat Tamara tidak merasa miskin lagi. Kini dia tengah berencana untuk mengambil semua hartanya yang telah diberikan Gery kepada istrinya. Apalagi keberadaan istri Gery telah diketahui, Baron dan anak buahnya memang bisa diandalkan untuk masalah mencari tahu keberadaan istri Gery. Kehidupan Bella dan Andi pun juga selalu mereka awasi, apalagi sekarang gugatan cerai yang diajukan oleh Andi telah diputuskan. Secara resmi kini mereka telah bercerai. Membuat Tamara begitu membenci Andi dan Bella. "Kita lanjutkan rencana kita, sesuai rencana yang telah kita susun" ucap Tamara kepada Baron dan Ruby serta anak buah Baron. Sedangkan Tessa hanya duduk mengamati mereka sambil memakan buah apel yang sudah terpotong dalam piri
Tamara sudah pulih, kini dia bersiap untuk memulai aksi balas dendamnya kepada Andi dan Bella. Setelah semua barang milik Gery dijual oleh Baron, kini dia memiliki sedikit modal untuk melakukan aksinya. Belum lagi uang yang tersimpan di rekening Gery yang lumayan banyak. Membuat Tamara tidak merasa miskin lagi. Kini dia tengah berencana untuk mengambil semua hartanya yang telah diberikan Gery kepada istrinya. Apalagi keberadaan istri Gery telah diketahui, Baron dan anak buahnya memang bisa diandalkan untuk masalah mencari tahu keberadaan istri Gery. Kehidupan Bella dan Andi pun juga selalu mereka awasi, apalagi sekarang gugatan cerai yang diajukan oleh Andi telah diputuskan. Secara resmi kini mereka telah bercerai. Membuat Tamara begitu membenci Andi dan Bella. "Kita lanjutkan rencana kita, sesuai rencana yang telah kita susun" ucap Tamara kepada Baron dan Ruby serta anak buah Baron. Sedangkan Tessa hanya duduk mengamati mereka sambil memakan buah apel yang sudah terpotong dalam piri
Ruby menggeledah isi kamar Gery, mungkin ada barang yang bisa menghasilkan uang. Sebab dia tahu sekarang Tamara tidak punya apa-apa lagi. "Memangnya apa yang kamu cari sih dari tadi" Tessa menggerutu melihat tingkah Ruby. "Aku lagi mencari barang yang berguna biar bisa dijual. Coba tante bantu aku nyari-nyari" ucap Ruby kesal karena tersinggung dengan ucapan Tessa bernada marah kepadanya. "Memang jenius kamu Ruby" wajah Tessa terlihat kegirangan dengan pemikiran Ruby yang tidak terpikir olehnya sebelum ini. Setelah bekerjasama, akhirnya lumayan banyak barang yang terkumpul oleh mereka berdua. Terdapat lima jam tangan mahal yang harganya tentu saja puluhan hingga ratusan juta. Ada tiga cincin berlian, satu sertifikat rumah atas nama Gery. Serta mereka menemukan kunci rumah dan juga kunci mobil. Mungkin kedua barang itu milik Gery tanpa sepengetahuan Tamara. "Sayang, bisa kamu cek alamat rumah ini. Cari tau siapa pemiliknya, apa rumah itu ditempati atau tidak?" Ruby meminta bantuan
Ruby memeriksa kondisi Gery yang sudah tidak bergerak lagi setelah mendapatkan pukulan dari Tamara yang tepat mengenai kepalanya. Sudah bisa dipastikan kalau Gery kini sudah meninggal apalagi genangan darah yang menghiasi lantai keramik putih apartemen kini terlihat begitu sangat kontras merah dan putih. Tamara masih terus saja berteriak dan menangis tidak karuan. Ruangan itu pun kini dipenuhi dengan darah, entah itu darah dari Gery ataupun darah Tamara. Ya , Tamara mengalami pendarahan yang hebat setelah mendapat tendangan dari Gery sebelumnya."Bagaimana sekarang Ruby" Tessa begitu panik dengan keadaan saat ini. Apalagi kondisi Tamara yang terlihat seperti orang gila. Namun tidak berapa lama kemudian Tamara jatuh pingsan karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit akibat pendarahan dan rasa kekecewaan dihatinya. Semua kepedihan, semua kehancuran yang Tamara alami berputar-putar dalam kepalanya hingga membuatnya jatuh pingsan karena dia tidak bisa menerima kekalahannya."Tamara" teriak
"Pa, aku sudah menemukannya" ucap Listy pada sambungan telponnya. "Kini Nilam tengah terbaring lemah di rumah sakit pa. Semuanya sungguh diluar dugaan pa, seolah takdir telah bermain-main"."Aku tidak bisa menjelaskan semuanya pa, jika papa ingin tau keadaannya papa bisa datang kesini dan melihat kondisinya"."Dia sedang menderita kangker pa" Listy terisak berbicara dengan papanya di telpon. Dia sangat bersedih melihat kondisi sepupunya itu dengan kondisi yang begitu menyedihkan. Seandainya saja, dia menemukan Nilam lebih awal mungkin dia tidak akan menderita dan penyakitnya tidak akan separah ini. Listy merasa sangat begitu berterimakasih kepada Nilam yang kabur dari perjodohannya dengan Rudi di waktu lampau. Meski dia tau semua itu ulah suaminya sendiri yang membantu pelarian Nilam dengan kekasihnya. Sebab, jika dia tidak menggantikan posisi Nilam untuk melakukan perjodohan dengan Rudi. Dia tidak akan pernah tau betapa beruntung dirinya dicintai oleh Rudi. Listy bahkan tidak akan
Nilam bertemu dengan Rafly ditaman tempat mereka biasanya ketemuan. Pertemuan mereka dibantu oleh pengasuh Nilam sejak kecil. Bi Fatimah lah orang yang selalu membantu Nilam untuk bisa keluar dari rumahnya."Mas, aku mau mohon sama kamu bawa aku pergi dari sini. Kita kabur saja mas, aku tidak mau dijodohkan sama papa mas" Nilam menangis dalam pelukan Rafly. "Tapi sayang, aku tidak ingin dianggap lelaki pengecut sama papamu karena membawamu pergi dan kabur dari sini" Rafly mencoba untuk menenangkan Nilam dan memberikan pengertian kepadanya bahwa yang dia katakan itu salah. "Tapi aku tidak mau dijodohkan dengan Rudi mas, aku menganggap dia seperti kakakku. Dia pun juga begitu, dia hanya menganggap aku seperti adiknya. Rasanya sulit bagi kami untuk menerima perjodohan ini mas" Nilam menjelaskan. Sebab, dia tau Rafly kadang merasa cemburu dengan Rudi. Dia pun yakin jika Rudi juga tidak menginginkan perjodohan ini. Apalagi dia tahu Rudi sedang mencari perempuan yang sudah membuat dirinya
"Nilam, besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" ucap Bima tiba-tiba saat mereka sedang makan malam. Anjas dan Marina hanya terdiam mendengar ayah dan ayah mertuanya memberitahukan berita baik tersebut. Namun itu justru merupakan berita petaka bagi Nilam."Maksud papa apa?" jawab Nilam lembut. Dia tidak berani menatap mata Bima, karena dia tahu betapa kerasnya watak sang papa. "Apa telingamu sudah tuli Nilam?" kalimat yang terdengar begitu singkat diucapkan oleh Bima tapi terasa bergidik bagi siapapun setelah mendengarnya."Tapi pa aku sama Rudi cuma..." belum sempat Nilam menyelesaikan kalimatnya. Bima meletakkan garpu dan sendoknya ke meja dengan begitu nyaringnya. Seperti dia tengah menggebrak meja makan pada saat itu. Suasana pun seketika menjadi hening, tak ada aktivitas tengah makan lagi diantara semuanya. Baik Nilam, Anjas maupun Marina."Tidak ada kata penolakan atau alasan apapun. Pokoknya besok malam kamu dan Rudi akan melangsungkan pertunangan" Bima menata
Rudi menatap sedih melihat kondisi Nilam yang memprihatinkan saat ini. Ada rasa penyesalan didirinya karena membiarkan Nilam waktu itu pergi bersama Rafly. Rudi lah orang yang membantu Nilam untuk kabur dengan Rafly karena hubungan mereka tidak direstui oleh ayah Nilam. Ayah Nilam berniat ingin menjodohkan Nilam dengan dirinya. Namun Nilam menolak perjodohan tersebut, apalagi perjodohan tersebut dilakukan karena menguntungkan untuk bisnis kedua keluarga. Nilam tidak ingin dianggap sebagai barang yang dijadikan ajang untuk kepentingan dua keluarga yakni keluarga Dewantara dan keluarga Wardana. Rudi pun tidak menginginkan hal tersebut, karena kini dia sedang jatuh cinta dengan wanita misterius yang baru ditemuinya. Rudi juga tengah mencari-cari keberadaan si gadis misterius yang sudah memikat hatinya pada pertemuan pertamanya. Jadi dia juga menolak perjodohan dirinya dengan Nilam. Karena dirinya menganggap Nilam seperti adiknya sendiri. ***𝘍𝘭𝘢𝘴𝘩𝘣𝘢𝘤𝘬***Rudi tengah menunggu ked
"Eh Ruby, kamu bisakan menggugurkan kandungan?" tanya Tessa kepada Ruby, dia tidak setuju jika Tamara ingin mempertahankan kandungannya tersebut. Cukup sekali dia membiarkan Tamara mempertahankan kandungannya, hingga akhirnya hanya menyusahkan kehidupan mereka saja. Dan Tessa tidak hal itu terulang lagi. "Tergantung usia kandungannya juga tan, kalau masih muda bisa digugurin dengan obat sih tan. Biasanya digunakan oleh oknum tertentu secara ilegal" jawab Ruby. Secara dialah seorang perawat yang jelas tahu tentang masalah aborsi yang biasa dilakukan teman- teman sejawatnya. "Baguslah kalau begitu, sebaiknya kamu gugurin kandunganmu itu secepatnya Tamara. Mama tidak mau direpotkan dengan masalah kehamilan kamu ini" perintah Tessa kepada Tamara. Dengan raut wajah yang kesal karena telah mengalami hari yang buruk hari ini. "Mah, bisa nggak sih mulut mama itu diam nggak ngoceh terus. Kepalaku rasanya mau meledak tau mah"."Coba kebawelan mama itu dikurangi, stress aku kalau begini terus
"Ma...." kata Tamara. Wajahnya memucat saat melihat kondisi Wulan yang tidak bergerak sama sekali. Tubuhnya lemas terkulai, padahal sebelumnya ia telah mengutuk Wulan agar secepatnya mati. Namun, setelah melihat tubuh kaku Wulan yang tak bergerak. Membuat tubuh Tamara gemetar ketakutan. "Apakah dia sudah mati ma?" tanya Tamara gagap. "Aku tidak tahu, mama juga tidak tahu". "Kamu itu bodoh sekali, kenapa kamu harus menekan bantalnya begitu kuat? Seharusnya kamu itu hanya menakutinya saja". "Kalau dia beneran mati. Kita bakalan akan masuk penjara. Kita ini sudah hampir masuk penjara. Tapi sekarang kamu hanya menambah dan memperburuk situasi saat ini" gumam Tessa dengan nada marah kepada Tamara. "Sebaiknya kita pergi dari sini saja ma. Kalau ada yang melihat perbuatan kita, kita tidak bisa kabur lagi" usul Tamara yang memucat karena takut. "Aku tidak mau masuk penjara ma. Aku tidak mau" Tamara terlihat sangat ketakut