"itu, bukan?"Denada menunjuk ke arah laut yang jaraknya enam atau tujuh meter dari kakinya berpijak. Mereka memicingkan mata memastikan orang yang meronta meminta pertolongan dengan tangan melambai adalah Keysha. "Iya, benar, itu dia. Ayo, Man, minta tolong ke sana, kayaknya Keysha kesulitan berenang. Cepat!" perintah Citra membuat Amanda segera lari mencari pertolongan."Tolong! tolong!" teriak Amanda meminta bantuan ke arah staff marketing yang sedang bermain voli. Bastian yang ikut bermain bersama menoleh ke arah Amanda. Perempuan yang terlihat basah kuyup itu berlari menghampiri Bastian."Ada apa?" Bastian menghentikan permainannya dan mendekati."Itu, Pak. Keysha ...." Suara gadis itu tercekat karena embusan napas yang tak beraturan. Tergurat dengan jelas rasa panik yang melanda hati gadis itu. Mendengar nama Keysha, wajah Bastian berubah menjadi tegang dan gelisah."Keysha? Kenapa dia?" Bastian menganjurkan napas dengan irama tak tentu, menyiratkan rasa khawatir di hatinya yan
"Tak seharusnya kamu membiarkan Keysha mengikuti permainan tadi. Dia fobia air laut. Dia bisa mabuk berat dan kehilangan keseimbangannya jika berada di tengah laut. Sebagai suami, seharusnya kamu lebih tahu hal itu dibandingkan aku!" Bastian berhasil menghantamkan palu di hati Ikbal. Pandangan lelaki itu tertuju pada Keysha yang masih terduduk di atas pasir, ditemani ketiga wanita yang mengajaknya bermain tadi. Jelaslah, dia tahu fobia yang dialami wanita tersebut, mereka pernah bersama selama tiga tahun lamanya.Naluri kelelakian Ikbal terluka mendapati penjelasan Bastian yang seolah lebih tahu segala hal tentang istrinya, ketimbang dirinya. Dia bahkan tidak mengetahui fobia yang dialami Keysha karena sang istri tidak pernah memberitahunya."Maaf, Pak Ikbal. Lebih baik sekarang Anda bawa Keysha ke penginapan, mengecek kondisinya lebih penting daripada melanjutkan perdebatan ini." Kevin menepuk bahunya berharap dia tidak memperpanjang masalah tersebut.Ikbal melirik sekilas pada sang
"Key, Keysha, tunggu!" Bastian berhasil mengejar Keysha yang baru menginjakkan kaki di sekitar penginapan. Wanita itu membalikkan badan ketika ada suara memanggilnya. Begitu melihat sosoknya, dia menarik langkah seribu untuk menghindari pertemuan dengannya."Key!" Pria itu mempercepat langkah ketika menyadari wanita itu menjauhinya. Bastian berhasil mencekal tangan wanita berambut panjang tersebut dan meminta penjelasan."Kenapa, Key? Kenapa menghindari aku lagi? Apa salahku?" Dia tak mau diperlakukan seolah-olah dirinya adalah hantu yang menakutkan."Tolong, Bas. Jangan dekati aku lagi. Aku nggak mau Mas Ikbal tahu masa lalu kita." Keysha berusaha melepaskan cengkraman Bastian, tetapi tenaga pria itu lebih kuat darinya."Dia nggak akan tahu tentang kita. Jadi, please, kamu jangan menghindari aku seperti ini. Aku enggak bisa kamu giniin." Nada penuh memohon dan sorot mata nan sayu."Dia pasti udah curiga hubungan kita dengan melihat sikap kamu ke aku kemaren.""Aku hanya ingin menol
"Enggak usah tapi-tapian. Cuman nyanyi apa susahnya, sih? Habis lo, tar giliran aku." Nadanya sedikit mendesak.Seolah tak punya pilihan lain, Bastian pun melakukan sekali helaan panjang untuk mengumpulkan napas. Tidak sengaja sorot matanya tertuju ke sosok Keysha yang ikut duduk formasi melingkar bersama. Lalu, wanita itu melempar pandangan ke arah lain tatkala kepergok memandangnya dari jauh.Bastian mengulum senyuman simpul melihat tingkahnya lalu membenarkan posisi duduk dan mulai memetik gitar, mencari nada kunci pas untuk jenis suaranya. Sesekali dia memutar tuner senar dan mengeceknya satu-satu.Dia memang fasih dengan alat musik itu, sering digunakan kala bernyanyi bersama dengan temannya zaman kuliah dulu. Dia vokalis merangkap gitaris. Mereka duduk berkumpul berenam di taman kampus sekadar menunggu kelas dan menghabiskan waktu bernyanyi bersama. Ada Bastian, Kevin, Bagas, Roni, Ayu, dan Keysha.Terdengar suara gitar yang sudah mulai dipetiknya. "Woooo ...." Suara riuh menya
Senin pagi, Keysha memutuskan untuk mundur dari profesi sekretaris sang direktur. Lama-lama dia merasa tidak nyaman dengan kecurigaan Ikbal. Pertanyaan suaminya di pantai malam itu membuat ia harus bertekad menjauhi kehidupan masa lalunya.Menghindar lebih baik daripada harus terus bersama tetapi ada rasa bersalah yang amat besar. Keysha tak mau mencurangi Ikbal, berselingkuh dengan mantan.Rencana mengundurkan diri, Keysha belum memberitahukan kepada Ikbal. Dia tidak mau si suami bertanya banyak hal. Setelah berhasil resign, barulah dia akan mengabarinya. Sesampai di meja, Keysha meletakan tas dan mengeluarkan amplop cokelat yang berisi surat pengunduran diri. Menurutnya, memang itulah jalan yang terbaik untuk dia, Bastian dan Ikbal. Masalah utang tiga puluh juta, Keysha akan mengusahakannya dengan cara lain, bukan bekerja dengan si mantan. Entah dia akan mulai berdagang online atau mengajar seperti Elina. Dia sudah memikirkannya sejak kemarin.Dengan langkah mantap, Keysha berjalan
Tatapan kharismanya seolah hilang. Ini semua terjadi jika ia dihadapkan dengan wanita masa lalunya. Cintanya terlalu besar sehingga apapun yang menyangkut tentang wanita itu, ia akan menjadi lemah."Kamu nggak salah apa-apa. Hanya hubungan dan kedekatan kita selama inilah yang salah. Aku mau memperbaiki sebelum semua terlambat dan sebaiknya kita tidak usah ketemu lagi." Kali ini, Keysha berani menatapnya. Tatapan penuh harap agar si mantan segera melupakan masa lalu. Sementara Kevin memilih untuk bertahan di sana, mewanti-wanti apa yang akan terjadi. Ia harus bisa mengendalikan Bastian yang tiba-tiba mendadak bersikap ekstrem. Yang tentu saja bisa merusak reputasinya sebagai CEO PT. Hirobaswara Indonesia."Dan satu lagi. Aku nggak mau kamu mengkambinghitamkan almarhum Papa atas kepergianmu ke Jepang. Jangan sangkutpautkan masalah kita dengan beliau." Mendadak sorot mata Keysha menunjukkan ketidaksukaan. Ternyata, wanita itu lebih percaya dengan orangtuanya sendiri ketimbang Bastian.
Bastian menyatukan kening ke kening Keysha bersamaan air mata pun jatuh mulai membasahi wajah gantengnya. Bersamaan itu pula, pintu ruangan terbuka lebar dengan kasar. Terlihat sosok Ikbal dengan mata melotot, mengepalkan tangan dan rahang yang mengeras. Pembawaan seolah-olah siap memangsa lawannya hidup-hidup. Tadi Ikbal mampir ke kantor hendak mengambil berkas, pun tak sengaja mendengar samar-samar suara di dalam ruangan direktur. Niat hati hanya ingin mencari keberadaan Keysha, siapa tahu lantaran penasaran, dia mencoba mengintip di balik pintu yang sedari tadi tidak tertutup rapat. Pria itu melihat kedekatan fisik antara Bastian dan Keysha seakan-akan seperti sedang berciuman.Ikbal pun menyeret langkah cepat dan besar menghampiri mereka yang spontan menoleh dengan wajah menegang. Bastian maupun Keysha tak menyangka mereka akan kepergok Ikbal berada di ruangan yang sama. Tentu saja, wanita itu kaget setengah mati dan ingin menjelaskan kesalahpahaman itu. Namun, ia tak punya kes
POV Ikbal"Apa benar kamu masih mencintainya?" tanyaku kepada Keysha yang duduk bersisian saat sudah berada di dalam mobil.Namun, dia masih bergeming, ditemani isakan tangis. Melihat sikap diamnya, secara tidak langsung aku menarik kesimpulan sendiri bahwa dia memang masih mencintai pria itu. Pantas saja awal pernikahan kami, dia tidak mau disentuh. Apa karena dia belum move on dengan masa lalunya? Terus, mengapa dia mau menerima perjodohan yang direncanakan papanya dan pamanku? Apa mungkin waktu itu mereka sudah putus? Namun, bukankah mereka sepertinya masih saling mencintai? Apa mungkin hubungan mereka tidak direstui?Ah, buat apa aku terlalu pusing memikirkannya? Itu bukan urusanku. Masalahku sekarang adalah memikirkan bagaimana kelanjutan rumah tangga ini? Apakah aku harus mempertahankannya atau memilih berpisah?Aku tidak mau raga Keysha ada bersamaku, tetapi hatinya untuk lelaki brengs*k itu. Dasar atasan tidak berakhlak! Di mana kewibawaannya? Masa istriku diembat juga. Apa
"Eh, sekretarisku. Ini habis dari kantor. Lembur ada meeting dadakan." Ronald menjawab sedikit salah tingkah. "Kalau anak ini?" Keysha mengelus kepala anak kecil itu dengan lembut. Anak itu mundur dan bersembunyi di belakang gadis yang Keysha belum tahu namanya."Anaknya Bagas, tahu kan?""Bagas, adik kamu?" Bastian menerkanya.Dia mengangguk, "istrinya baru meninggal enam bulan yang lalu, kecelakaan.""Inalilahi ... Sorry ya, aku enggak tahu." "Ya, enggak apa-apa. Jadi sekarang aku yang merawatnya dan kadang gantian sama mama.""Oh, sekretarismu bantuin kamu jaga anak ini juga?" Keysha melihat keakraban dari mereka, anak itu terkesan nyaman memegang tangan sang sekretaris."Halalin segera, biar enggak jadi cibiran orang, masa sekretaris merangkap jadi babysitter." Keysha menggodanya. "Iya, iya, tunggu aja undangannya." Ronald menyambut godaannya dengan kekehan. "Gitu dong move on, bagaiman
"Iya setelah dapat dan sekarang body-ku enggak seksi lagi? Mulai pelan mencampakkanku." Mulutnya tak berhenti menggerutu seperti langkahnya yang terus melaju.Perlahan, Bastian bisa membaca aura kecemburuan dari istrinya semakin memuncak. Dia pun menarik sedikit kedua sudut bibir dan menarik lengan Keysha. "Hei, kamu cemburu?" Wanita itu menahan kaki lagi dan menatap lekat suaminya. Mau mengakuinya, tetapi kok, malu. Namun, syukurlah akhirnya dia peka, batinnya."Au ah, gelap." Lalu, Keysha kembali melangkah menjauhi pemilik mata elang itu. Sementara Bastian masih terpaku memandang punggung Keysha yang semakin lama semakin menjauh."Jadi mikir nih untuk punya anak kedua kalau ngidamnya kayak gini. Parah, kudu siapin stok kesabaran berkarung-karung. Perasaan dulu dia enggak pernah cemburuan kayak begini banget. Selalu percaya karena dia tahu sebesar apa cintaku untuknya." Bastian bermonolog dalam hati sembari menggele
"Sayang, kita ke sana, yuk! Biar kamu minum teh hanget dulu. Sekalian sarapan, aku khawatir kamu masuk angin." Mata Keysha mengikuti arah pandang suaminya. Sebuah tenda kaki lima orang berjualan makanan."Kamu mau makan apa?" tanya Bastian yang duduknya agak berjauhan dengan Keysha. "Ada bubur, soto Surabaya ama tupat tahu.""Bubur aja." Sorot matanya tertuju ke gerobak mamang yang berbaju kuning. "Buburnya enggak pake sambal, kacang, kerupuk dan satu lagi, enggak pake lama." Bastian geleng-geleng lalu menuju ke mamang berbaju kuning itu kemudian kembali duduk di tempat semula. Suasana di sana masih belum begitu ramai "Nih, minum dulu." Teh hangat disodorkan di depannya.Ada resah di wajah suami melihat acara muntah-muntah tadi. Bibir Keysha sedikit pucat dan paras terlihat lemas. Bukannya dia tidak mau membantu, kalian bisa tahu, kan reaksinya, gaes.Dua bubur panas tersaji di meja. Baru beberapa suap bubur itu masuk
"Mau ke mana, Sayang?" tanya Bastian ketika melihat Keysha bersiap dengan kaos lebar yang menutup perut buncitnya dan celana panjang lengkap dengan sepatu kets."Mau jalan keliling kompleks. Kata dokter kalo mau normal, kudu banyak jalan." Keysha berlalu begitu saja melewatinya. "Tunggu, aku temani, ya. Mumpung Sabtu, aku hari ini enggak ke kantor." Bastian beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke arahnya."Enggak usah, Mas. Aku bisa sendiri. Kamu jangan mendekat." Dia membentang salah satu tangannya dan tangan lain menutup hidung."Astaga. Iya, aku jaga jarak nanti pas kamu jalan. Aku enggak dekat-dekat. Kamu di depan, entar aku ikutin kamu dari belakang. Aku cuma ingin temani, enggak mau kamu kenapa-napa nanti. Itu aja, oke?" Lelaki itu menahan langkah dan memberi penjelasan. Berharap dia diizinkan ikut. Dia hanya ingin pastikan kalau istrinya aman-aman saja saat jalan pagi.Dengan terpaksa, Keysha mengangguk setuju, "tapi
"Tapi waktu itu kamu jadi pergi 'kan?" Ibu memotong pembicaraannya."Iya, mau enggak mau, bisnis itu penting sekali. Tapi apa, Bu? Tiap jam aku harus video call-an. Terus, pas dia mau tidur, aku harus tunggu dia sampai tidur, baru boleh dimatiin video call-nya. Itu pun karena aku suruh dia ambil bajuku untuk dia cium. Manjanya kelewatan banget. Sementara tadi?"Bastian menarik napas panjang sebelum melanjutkan keluhannya."Bekas saliman tangan dan bekas kecupan di kening, buru-buru dia cuci. Kayak jijik gitu sentuhan suaminya."Kalimat terakhirnya beriringan dengan gelak tawa Danisa."Sabar. Sabar." Wanita mengelus lengannya. Tawaan itu belum berakhir, masih berlanjut untuk beberapa detik kemudian."Perasaan, istri teman-temanku kalau ngidam enggak kayak gitu deh. Ngidamnya cuman makanan doang, martabak, soto, bakso, atau apa gitu. Istriku, kok, beda, ya?""Iya, itu yang Ibu bilang tadi, reaksi setiap ibu hamil itu beda-beda. Ada yang ngidam makanan,
"Bentar, nih mau cukur dulu. Udah lebat." Berbagai alasan dia lontarkan untuk mengulur waktu agar bisa berlama-lama berada di kamar, syukur-syukur dia diizinkan tidur di kamar itu lagi."Enggak pake acara cukur-cukuran. Ayo, silakan keluar! Cukur di kamar tamu." Sekuat tenaga dia mendorong lagi tubuh suaminya. Sebenarnya bukan sang suami tidak bisa menahan tubuh, dia hanya melihat kondisi tubuh sang istri seperti itu. Dia tidak tega menggunakan tenaga untuk memaksa mempertahankan diri. Pintu kamar segera dikunci ketika sang suami berhasil diseret ke luar."Key, jangan gitu dong. Sayang, please, salahku apa? Izinkan aku tidur di sini malam ini." Lelaki itu masih mengiba, berharap hati Keysha luluh. Akan tetapi, usaha permohonannya tidak digubris sang istri. Tidak ada sahutan apapun di balik pintu kamar itu."Key, tolong bukakan pintu, aku lupa sesuatu. Madu yang kamu beli, ketinggalan di kamar. Please izinkan aku masuk untuk mengambilnya." Wajahny
Extra part 1"Mau ngapain kamu ke sini, Mas?" Wajah jutek Keysha di balik pintu kamar kala membuka pintu setelah mendengar ada ketukan."Mau mandi, nih, habis pulang dari kantor, gerah." Sang suami masuk dengan santai sambil melonggarkan dasi yang seakan mencekiknya seharian. "Di kamar tamu, kan ada kamar mandi juga, kenapa enggak mandi di situ aja?" Wajahnya masih menunjukkan ketidakrelaan sang suami masuk ke kamar."Di sana kamar mandinya enggak ada air panas, water heater-nya rusak. Kamu juga tahu, kan?" Bastian masih dengan nada selembut mungkin, membuka jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan dan meletakkan tas kerja di meja.Tatapan Keysha masih menyoroti setiap gerak-geriknya sambil menutup hidungnya."Suami pulang bukan disalim, eh, matanya jutek gitu, sih?" Sengaja lelaki berkemeja putih itu mengulurkan tangannya untuk disalam.Dengan malas akhirnya Keysha mendekati, meraih dan mencium punggung
Bastian paling pintar menggombali mantan pacarnya. Keysha yang mendapatkan kalimat itu langsung merasa melayang jauh di angkasa. Rona wajah si istri pun mulai memerah. Dia pun menggigit bibir menahan untuk tidak tersenyum."Kupastikan kamu tidak bisa ke mana-mana lagi. Kamu sudah menjadi milikku seutuhnya. Aku tidak akan segan-segan membawamu ke puncak kebahagiaan yang selama ini sudah tertunda akibat ketidak-gentle-anku waktu itu.""Sorry ya, waktu itu aku yang menikah duluan, aku...." Kalimat Keysha terpangkas karena aksi kilat Bastian. Lelaki itu menghentikan paksa kalimatnya dengan mengecup bibirnya lalu menarik diri.Mata Keysha melebar saat mendapatkan perlakuan nakal dari mantan pacar yang kini sah menjadi suaminya. Bertahun-tahun pacaran dulu, mereka tidak pernah sekalipun melakukan hubungan seintim itu. Mereka hanya sekadar melakukan genggaman tangan, pelukan dan kecupan kening."Kamu dengar, Key. Memang kamu istri keduaku, tapi aku pastikan sekara
Air mata Tisna pun luluh begitu saja tanpa ditahan. Dia sangat senang bisa menjadi istri dari lelaki itu. Meski dia tahu, maut yang ada di depannya sekarang akan memisahkan mereka."Mas, aku titip Keysha. Aku mohon kamu jangan pernah menyakiti perasaannya. Awas aja kalau nanti dia ngadu kalau kamu mem-bully dia." Wanita itu menoleh ke arah Keysha, begitu juga dengan Bastian yang melirik sekilas ke arahnya."Iya, aku janji." ***"Gimana saksi? Sah?""Sah.""Sah."Untaian doa pun terdengar sebelum Keysha mencium tangan suami barunya dan disusul kecupan kening Keysha dari Bastian. Mata pengantin wanita tak sengaja mengarah ke arah Tisna yang sedang memejamkan mata seperti tertidur. "Tisna?" Bergegas Keysha berlari menghampiri temannya yang duduk di kursi roda dengan tangan yang sudah terlulai lemas. Keysha meraih tangan yang dingin, diraba denyut nadi yang tak bernada. Hampir semua orang mengelilingi dan menatap iba wanita itu yang terlihat s