Suara bercampur dengan isakkan tangis masih bisa kucerna meskipun sedikit tidak jelas. "Iya, karena sudah kepergok aku, kan?" Aku terus menuduh dan tidak peduli bagaimana perasaannya. Emosiku semakin menjadi-jadi kala ingatan akan peristiwa di pantai menari-nari kembali dalam benakku. Aku muak dengan sikap yang polos tapi berani bermain serong di belakangku. Aku masih tak yakin tapi inilah kenyataan yang terjadi. Miris sekali, memang."Bukan, Mas. Tetapi memang aku sudah bertekad ...." Dia menunduk dan menggeleng, beberapa kali mengusap airmata yang terus menetes di wajah nan kusam. Lelah, mungkin. Aku tak boleh terpengaruh dengan semua gelagatnya. Berdiri dan melangkah ke arah pintu, aku ingin mencari angin segar untuk menenangkan jiwaku. Seketika aku merasa bosan melihat Keysha menangis terus."Mau ke mana, Mas?" Langkahku terhenti saat dia mencekal tanganku. Aku berdiri membelakanginya dan tidak mau menoleh. "Aku lagi butuh sendiri, dan aku rasa kamu juga butuh ketenangan. Kit
"Bisa dikatakan seperti itu. Karena aku merasa masih ada cinta di mata Keysha untuk pria itu." Om Haris tersenyum dan memandangku dengan sorot yang tidak bisa kuartikan. Lalu, dahinya berkerut dan melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di hidungnya."Kamu pernah tanya kenapa dia mau bekerja lagi?""Dia bilang ingin berkarya dan bosan di rumah." Aku menjawab cepat karena memang itulah alasan Keysha waktu itu.Bibir Om Haris masih mengulas senyuman dan mengangguk. "Apa hanya itu? Bukan yang lain?" Pertanyaan itu membuatku seketika mencoba mengingat apa yang pernah Keysha katakan. Istriku bukan wanita suka bergaul dengan teman sosialitanya. Ia wanita sederhana dan sayang pada keluarga. Yang kutahu juga, Keysha suka membantu melunasi uang kuliah Elina. Apa itu salah satu alasan lain yang membuat dia ingin bekerja? Ah, atau biaya rumah sakit ibunya yang kemarin? Iya, aku ingat sekarang."Dia ingin membuat mamanya istirahat dan tidak menerima pesanan katering tetangga. Dia tak mau m
POV Keysha Tekadku sudah bulat, aku harus mengundurkan diri dari perusahan Bastian. Aku tidak mau Mas Ikbal terus menerus mencurigaiku. Aku harus tegas menyudahi pertemuan dengan sang mantan. Tidak pantas aku terlalu lama membawa perasaan ke masa lalu. Meski memang kuakui, masih ada sisa rasa cinta untuknya. Akan tetapi, ini saatnya aku harus menguburnya dalam-dalam.Jika direnungkan sejenak, apakah berdosa kalau kita memiliki kenangan di masa lalu? Tidak, kan? Tidak semuanya harus kita buang, menurutku. Jadi, wajar saja kalau kita ingin menyimpan dan menjadikannya kenangan terindah dalam hidup kita. Benar kata orang, cinta pertama adalah cinta yang paling berkesan dan tidak mudah dilupakan seumur hidup. Tinggal bagaimana kita menanggapinya.Pagi itu, saat melangkah ke ruang direktur, aku tidak sengaja menguping pembicaraan Bastian dan Kevin yang nyaris membuatku tak bisa berkata apa-apa. Aku tidak menyangka apa yang aku dengar membuatku kesal kepada Almarhum Papa. Sosok orang yang s
"Yu!" Aku menangis dalam pelukannya saat dia mensejajarkan tubuhku yang masih nyaman dengan duduk di lantai. Ayu menepuk dan mengelus punggung guna menenangku. Lalu, dia membantuku berdiri dan duduk di sofa.Sore itu setelah jam pulang kerja, wanita berambut pendek tersebut mengaku sengaja mendatangi aku. Ia bilang sudah tahu semuanya karena Kevin telah menceritakan apa yang terjadi di ruangan Bastian tadi pagi."Yu, aku harus bagaimana? Aku bingung. Mas Ikbal sangat marah dan sekarang pergi meninggalkanku." "Yang sabar, ya, Key. Ambil semua hikmah yang telah terjadi. Berdoalah semoga Mas Ikbal diberi hati yang melunak agar bisa menerima maaf darimu." Ayu masih memeluk dan memberi kekuatan kepadaku. Aku mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya setelah perasaanku membaik. Aku memang butuh teman untuk mencurahkan keluh kesah yang selama ini kupendam. "Yu, aku merasa berdosa dengan Mas Ikbal. Katanya aku menghianatinya, padahal selama ini hubunganku dengan Bastian hanya sekadar bersa
"Mas Ikbal?"Keysha menyapa lalu spontan dia meraih tangan suami kemudian menciumnya. Pria berambut cepak itu pun membiarkan si istri mencium tangan tetapi tidak balas mengecup kening seperti biasanya. Wajah datar tersebut hanya memandang Keysha kemudian melempar pandang ke arah Ayu. Dalam hati ada sedikit kelegaan karena ternyata selama ketidakadaan dirinya di rumah, ada Ayu yang menemani sang istri.Sementara Keysha sedikit bingung dengan wajah si suami yang tak bisa dipahami. Namun dalam hati, ia bersyukur melihat keberadaan Ikbal di situ. Setidaknya sorot mata yang dia lihat sekarang menyiratkan ketenangan dan cukup bersahabat. Dia tak merasakan panas amarah di mata hitam milik suaminya. Malam itu, apapun yang akan terjadi, ia harus siap menghadapinya."Hai, Mas." Ayu menyapa dengan senyuman tipis. Ada rasa kikuk karena memang mereka jarang bertemu dan hanya beberapa kali bertegur sapa. Sapaan Ayu dibalas dengan anggukan dan senyuman terbaik dari pria tersebut."Eh, Key. Aku dul
Kalimatnya berhenti ketika Keysha menyentuh bibirnya dengan telunjuk."Ssttt, Mas jangan berkata begitu lagi, jangan terus merasa tidak dicintai. Aku mau dinikahi kamu, berarti aku sudah siap menjalankan hidup bersamamu."Ikbal menarik Keysha ke dalam dekapannya. Tiba-tiba ia merasa menjadi lelaki yang paling beruntung karena bisa mendapatkan Keysha seutuhnya."Terima kasih sudah memilih aku, Key." Keysha menyandarkan kepala ke dad4 bidang si suami kemudian mengintip wajah lelahnya."Aku sudah mendengar percakapanmu dengan Ayu. Terima kasih, Key." Keysha menghela napas lega dan bersyukur Ikbal sudah mendengarkan uneg-unegnya tanpa harus menjelaskan apapun lagi tentang rencananya ke depan."Tapi kamu benar janji akan melupakannya dan tidak akan bertemu dengannya lagi?" Ikbal menurunkan kepala untuk melihat reaksi Keysha yang lebih pendek darinya sambil mempererat pelukan seakan-akan takut kehilangannya.Mendengar permintaan Ikbal, Keysha mengangguk kecil sembari memejamkan mata. Dala
"Key." Suara Ikbal membuyarkan lamunannya. Dengan cepat, Keyshamenyahutinya agar tidak ketahuan jika baru saja dia melamun dan sekilas mengingat masa lalu yang kandas di persimpangan."Kamu nggak apa-apa?"Wanita penyuka seafood tersebut menggeleng dan memamerkan lengsung pipi kirinya. Meski hatinya selalu terluka saaat ingatan itu hadir kembali, ia tetap harus bersikap waras menjalankan masa depannya. Ada Ikbal dan Gita yang membutuhkan perannya sekarang. Merekalah masa depan bukan Bastian."Aku bersyukur mempunyai suami yang dewasa dan penyayang seperti Mas Ikbal."Keysha menyentuh pipi Ikbal yang mempunyai jambang tipis di kedua sisinya, kemudian beralih ke bagian pipi yang berlebam."Ini mau aku obati?" tanyanya, kemudian Ikbal mengangguk seraya mengulum senyuman tipis."Ini cukup dicium kamu aja, nanti juga sembuh sendiri." Nada Ikbal cukup menggoda dan pipi Keysha mendadak memerah lalu mencubit lengannya."Ish, apaan, sih?"Tak lanjut menggoda, Ikbal pun mengajaknya dan Keysha
"Key ...."Melihat pemilik mobil itu keluar dan mendekatinya, Keysha bergegas berpaling wajah dan berbalik arah. Ia tak mau berhubungan dengan seseorang yang selama ini dihindari kini mengejar dan mencegatnya."Key, tolong jangan menghindari aku seperti ini, please. Hanya untuk hari ini, aku mohon."Lelaki itu masih terus mensejajarkan langkah Keysha yang tidak peduli dengan permohonannya. Ia sudah berjanji untuk tidak bertemu dan mengingat kembali sang mantan. Ia pun tak ingin ketahuan Ikbal meski suaminya ada di luar kota."Keysha, tolong beri aku kesempatan kali ini aja! Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama seperti masa lalu. Aku tidak mau jadi pengecut untuk selamanya. Aku hanya ingin pamit. Aku akan ke Jepang besok." Bastian tahu wanita itu terus berjalan menghindari, pun dengan cepat mengutarakan maksudnya. Mendengar kalimat terakhir, Keysha menahan kakinya. "Aku akan kembali ke Jepang besok. Beri aku kesempatan untuk pamit kepadamu." Bastian merogoh saku dan mengelua
"Eh, sekretarisku. Ini habis dari kantor. Lembur ada meeting dadakan." Ronald menjawab sedikit salah tingkah. "Kalau anak ini?" Keysha mengelus kepala anak kecil itu dengan lembut. Anak itu mundur dan bersembunyi di belakang gadis yang Keysha belum tahu namanya."Anaknya Bagas, tahu kan?""Bagas, adik kamu?" Bastian menerkanya.Dia mengangguk, "istrinya baru meninggal enam bulan yang lalu, kecelakaan.""Inalilahi ... Sorry ya, aku enggak tahu." "Ya, enggak apa-apa. Jadi sekarang aku yang merawatnya dan kadang gantian sama mama.""Oh, sekretarismu bantuin kamu jaga anak ini juga?" Keysha melihat keakraban dari mereka, anak itu terkesan nyaman memegang tangan sang sekretaris."Halalin segera, biar enggak jadi cibiran orang, masa sekretaris merangkap jadi babysitter." Keysha menggodanya. "Iya, iya, tunggu aja undangannya." Ronald menyambut godaannya dengan kekehan. "Gitu dong move on, bagaiman
"Iya setelah dapat dan sekarang body-ku enggak seksi lagi? Mulai pelan mencampakkanku." Mulutnya tak berhenti menggerutu seperti langkahnya yang terus melaju.Perlahan, Bastian bisa membaca aura kecemburuan dari istrinya semakin memuncak. Dia pun menarik sedikit kedua sudut bibir dan menarik lengan Keysha. "Hei, kamu cemburu?" Wanita itu menahan kaki lagi dan menatap lekat suaminya. Mau mengakuinya, tetapi kok, malu. Namun, syukurlah akhirnya dia peka, batinnya."Au ah, gelap." Lalu, Keysha kembali melangkah menjauhi pemilik mata elang itu. Sementara Bastian masih terpaku memandang punggung Keysha yang semakin lama semakin menjauh."Jadi mikir nih untuk punya anak kedua kalau ngidamnya kayak gini. Parah, kudu siapin stok kesabaran berkarung-karung. Perasaan dulu dia enggak pernah cemburuan kayak begini banget. Selalu percaya karena dia tahu sebesar apa cintaku untuknya." Bastian bermonolog dalam hati sembari menggele
"Sayang, kita ke sana, yuk! Biar kamu minum teh hanget dulu. Sekalian sarapan, aku khawatir kamu masuk angin." Mata Keysha mengikuti arah pandang suaminya. Sebuah tenda kaki lima orang berjualan makanan."Kamu mau makan apa?" tanya Bastian yang duduknya agak berjauhan dengan Keysha. "Ada bubur, soto Surabaya ama tupat tahu.""Bubur aja." Sorot matanya tertuju ke gerobak mamang yang berbaju kuning. "Buburnya enggak pake sambal, kacang, kerupuk dan satu lagi, enggak pake lama." Bastian geleng-geleng lalu menuju ke mamang berbaju kuning itu kemudian kembali duduk di tempat semula. Suasana di sana masih belum begitu ramai "Nih, minum dulu." Teh hangat disodorkan di depannya.Ada resah di wajah suami melihat acara muntah-muntah tadi. Bibir Keysha sedikit pucat dan paras terlihat lemas. Bukannya dia tidak mau membantu, kalian bisa tahu, kan reaksinya, gaes.Dua bubur panas tersaji di meja. Baru beberapa suap bubur itu masuk
"Mau ke mana, Sayang?" tanya Bastian ketika melihat Keysha bersiap dengan kaos lebar yang menutup perut buncitnya dan celana panjang lengkap dengan sepatu kets."Mau jalan keliling kompleks. Kata dokter kalo mau normal, kudu banyak jalan." Keysha berlalu begitu saja melewatinya. "Tunggu, aku temani, ya. Mumpung Sabtu, aku hari ini enggak ke kantor." Bastian beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke arahnya."Enggak usah, Mas. Aku bisa sendiri. Kamu jangan mendekat." Dia membentang salah satu tangannya dan tangan lain menutup hidung."Astaga. Iya, aku jaga jarak nanti pas kamu jalan. Aku enggak dekat-dekat. Kamu di depan, entar aku ikutin kamu dari belakang. Aku cuma ingin temani, enggak mau kamu kenapa-napa nanti. Itu aja, oke?" Lelaki itu menahan langkah dan memberi penjelasan. Berharap dia diizinkan ikut. Dia hanya ingin pastikan kalau istrinya aman-aman saja saat jalan pagi.Dengan terpaksa, Keysha mengangguk setuju, "tapi
"Tapi waktu itu kamu jadi pergi 'kan?" Ibu memotong pembicaraannya."Iya, mau enggak mau, bisnis itu penting sekali. Tapi apa, Bu? Tiap jam aku harus video call-an. Terus, pas dia mau tidur, aku harus tunggu dia sampai tidur, baru boleh dimatiin video call-nya. Itu pun karena aku suruh dia ambil bajuku untuk dia cium. Manjanya kelewatan banget. Sementara tadi?"Bastian menarik napas panjang sebelum melanjutkan keluhannya."Bekas saliman tangan dan bekas kecupan di kening, buru-buru dia cuci. Kayak jijik gitu sentuhan suaminya."Kalimat terakhirnya beriringan dengan gelak tawa Danisa."Sabar. Sabar." Wanita mengelus lengannya. Tawaan itu belum berakhir, masih berlanjut untuk beberapa detik kemudian."Perasaan, istri teman-temanku kalau ngidam enggak kayak gitu deh. Ngidamnya cuman makanan doang, martabak, soto, bakso, atau apa gitu. Istriku, kok, beda, ya?""Iya, itu yang Ibu bilang tadi, reaksi setiap ibu hamil itu beda-beda. Ada yang ngidam makanan,
"Bentar, nih mau cukur dulu. Udah lebat." Berbagai alasan dia lontarkan untuk mengulur waktu agar bisa berlama-lama berada di kamar, syukur-syukur dia diizinkan tidur di kamar itu lagi."Enggak pake acara cukur-cukuran. Ayo, silakan keluar! Cukur di kamar tamu." Sekuat tenaga dia mendorong lagi tubuh suaminya. Sebenarnya bukan sang suami tidak bisa menahan tubuh, dia hanya melihat kondisi tubuh sang istri seperti itu. Dia tidak tega menggunakan tenaga untuk memaksa mempertahankan diri. Pintu kamar segera dikunci ketika sang suami berhasil diseret ke luar."Key, jangan gitu dong. Sayang, please, salahku apa? Izinkan aku tidur di sini malam ini." Lelaki itu masih mengiba, berharap hati Keysha luluh. Akan tetapi, usaha permohonannya tidak digubris sang istri. Tidak ada sahutan apapun di balik pintu kamar itu."Key, tolong bukakan pintu, aku lupa sesuatu. Madu yang kamu beli, ketinggalan di kamar. Please izinkan aku masuk untuk mengambilnya." Wajahny
Extra part 1"Mau ngapain kamu ke sini, Mas?" Wajah jutek Keysha di balik pintu kamar kala membuka pintu setelah mendengar ada ketukan."Mau mandi, nih, habis pulang dari kantor, gerah." Sang suami masuk dengan santai sambil melonggarkan dasi yang seakan mencekiknya seharian. "Di kamar tamu, kan ada kamar mandi juga, kenapa enggak mandi di situ aja?" Wajahnya masih menunjukkan ketidakrelaan sang suami masuk ke kamar."Di sana kamar mandinya enggak ada air panas, water heater-nya rusak. Kamu juga tahu, kan?" Bastian masih dengan nada selembut mungkin, membuka jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan dan meletakkan tas kerja di meja.Tatapan Keysha masih menyoroti setiap gerak-geriknya sambil menutup hidungnya."Suami pulang bukan disalim, eh, matanya jutek gitu, sih?" Sengaja lelaki berkemeja putih itu mengulurkan tangannya untuk disalam.Dengan malas akhirnya Keysha mendekati, meraih dan mencium punggung
Bastian paling pintar menggombali mantan pacarnya. Keysha yang mendapatkan kalimat itu langsung merasa melayang jauh di angkasa. Rona wajah si istri pun mulai memerah. Dia pun menggigit bibir menahan untuk tidak tersenyum."Kupastikan kamu tidak bisa ke mana-mana lagi. Kamu sudah menjadi milikku seutuhnya. Aku tidak akan segan-segan membawamu ke puncak kebahagiaan yang selama ini sudah tertunda akibat ketidak-gentle-anku waktu itu.""Sorry ya, waktu itu aku yang menikah duluan, aku...." Kalimat Keysha terpangkas karena aksi kilat Bastian. Lelaki itu menghentikan paksa kalimatnya dengan mengecup bibirnya lalu menarik diri.Mata Keysha melebar saat mendapatkan perlakuan nakal dari mantan pacar yang kini sah menjadi suaminya. Bertahun-tahun pacaran dulu, mereka tidak pernah sekalipun melakukan hubungan seintim itu. Mereka hanya sekadar melakukan genggaman tangan, pelukan dan kecupan kening."Kamu dengar, Key. Memang kamu istri keduaku, tapi aku pastikan sekara
Air mata Tisna pun luluh begitu saja tanpa ditahan. Dia sangat senang bisa menjadi istri dari lelaki itu. Meski dia tahu, maut yang ada di depannya sekarang akan memisahkan mereka."Mas, aku titip Keysha. Aku mohon kamu jangan pernah menyakiti perasaannya. Awas aja kalau nanti dia ngadu kalau kamu mem-bully dia." Wanita itu menoleh ke arah Keysha, begitu juga dengan Bastian yang melirik sekilas ke arahnya."Iya, aku janji." ***"Gimana saksi? Sah?""Sah.""Sah."Untaian doa pun terdengar sebelum Keysha mencium tangan suami barunya dan disusul kecupan kening Keysha dari Bastian. Mata pengantin wanita tak sengaja mengarah ke arah Tisna yang sedang memejamkan mata seperti tertidur. "Tisna?" Bergegas Keysha berlari menghampiri temannya yang duduk di kursi roda dengan tangan yang sudah terlulai lemas. Keysha meraih tangan yang dingin, diraba denyut nadi yang tak bernada. Hampir semua orang mengelilingi dan menatap iba wanita itu yang terlihat s