"Gimana interview tadi, Key?" tanya Ikbal ketika malam tiba di ruang tamu.Keysha yang tengah sibuk dengan ponsel langsung menoleh ke arah pemilik pertanyaan. Dia berbagi pesan dengan Ayu, menceritakan perihal masalah pekerjaan. Sebenarnya dari siang, Keysha sudah menanyakan dan meminta pendapat tetapi belum ada jawaban apa-apa darinya. "Tadi pertanyaan Bu Linda seputar diri pribadi dan pengalaman kerja." Keysha menjawab dan menatap sekilas suaminya."Selamat, ya, Key. Kamu diterima di perusahaan kami." Mata si suami berbinar sambil dilayangkan kecupan tepat di keningnya.Mendapat kata selamat bukan membuat hati Keysha menjadi senang seperti kebanyakan orang yang sudah resmi meninggalkan gelar 'pengangguran'. Hatinya malah masih meragu untuk mengiyakan posisi 'sekretaris' direktur utama. "Lho, kok, kamu sepertinya nggak happy, Key?"Keysha semakin kikuk setelah rona wajahnya kebaca Ikbal. Apa dia harus jujur atau berdusta tentang kejadian tadi siang di ruang Bastian?Lantas, hati ke
"Mama baik. Gini kak, barusan aku cek kotak obat mama. Obatnya sudah habis. Kakak tahu, kan, obat diabetes dan tekanan darah itu tidak boleh stop. Harus tetap diminum.""Tadi siang pas aku jemput Gita di rumah, mama nggak ngomong apa-apa.""Iya, Kakak tahulah sifat mama. Dia nggak bakal bicara apa-apa. Nggak pernah minta dan selalu mengusahakan sendiri."Keysha mengangguk setuju dengan pernyataannya. "Ya, sudah, besok kamu ada waktu untuk antar mama konsultasi ke dokter? Kalau kamu nggak sempat, besok kakak aja yang antar mama." Keysha menawarkan diri."Besok aku nggak ada jadwal les, Kak. Aku bisa antar mama, kok. Tapi ...." Elina berhenti berucap."Kenapa, Lin?""Kakak punya uang, nggak? Aku pinjam dulu. Soalnya gajiku udah aku pake untuk keperluan skripsi.""Punya. Nanti kakak transfer, ya, kamu nggak usah balikin. Nggak apa-apa, pake uang kakak aja.""Ok kalo gitu, besok aku kabari kondisi mama setelah aku selesai konsul ke dokter, ya." Mereka mengakhiri panggilan setelah menguc
"Key ...."Keysha membalikkan badan dan menangkap pemilik suara yang memanggilnya barusan lalu tersenyum tipis."Lo udah datang?" Lelaki itu berjalan mendekati dan mendapat anggukan dari Key."Hai, Vin. Mejaku di mana?" Keysha langsung ke permasalahannya."Tuh, di sana."Mata Keysha mengikuti arah yang ditunjukkan Kevin dengan gerakan dagu dan matanya."Di dalam?" Keysha menunjuk ke pintu ruang direktur dengan telunjuknya.Kevin, sang general manager menaikkan kedua alis bersamaan mengisyaratkan 'iya'."Enggak, enggak, aku enggak mau kalau di situ." Keysha menolak sambil mengibaskan tangannya. "Mendingan aku pulang dan nggak jadi kerja." Keysha bergegas pergi dari tempat itu."Hei, hei, Key, tenang dulu," Kevin berhasil menarik tangannya dan menenangkan dengan suara pelan, khawatir suaranya kedengaran karyawan lain yang kebetulan lalu lalang daerah situ.Setelah berhasil menahan langkah Keysha, dia kembali bernegosiasi agar wanita tersebut tidak langsung hengkang karena masalah meja k
"Apa?" Suara Keysha terdengar lirih.Belum sempat Kevin menyahut pertanyaannya, terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki. Kevin dan Keysha melempar pandang ke arah pintu. "Hei, kamu sudah datang?" Bastian menghampiri meja tempat Kevin dan Keysha membicarakan tentangnya. Wajah itu cerah seperti mentari sedang memancarkan sinar kebahagiaan setelah menangkap kehadiran Keysha di ruangan.Kevin berdiri menyambutnya, "aku udah jelasin semua tugas yang harus dikerjakan selama Key ada di sini. Selanjutnya, jika ada tugas tambahan, mungkin lo sendiri yang harus jelasin ke dia."Bastian menarik bibir ke atas, hatinya sedang kedatangan kupu-kupu berwarna-warni. Dirinya seperti mendapat hadiah undian jackpot milyaran rupiah. Tatapan pun tak lepas dari wanita yang masih duduk di meja yang disediakan khusus untuknya."Bas!" Keysha berdiri dan berucap dengan suara sedikit penekanan. "Aku nggak mau mejaku di sini karena nggak mau satu ruang dengan kamu." Bastian menoleh sebentar ke Kevin,
"Bukannya ini hampir jam istirahat?" Keysha masih enggan mengikutinya."Ya, udah, ikutin saja. Sana pergi, cepat!" Kevin mendesaknya.Keysha tergesa-gesa melangkah mengejar Bastian yang sudah jauh mendahuluinya. Beruntung ia berhasil menyusulnya dan bertemu di depan pintu lift yang kebetulan masih tertutup. Ada beberapa karyawan lain yang juga ikut antre untuk menggunakan lift tersebut."Siang, Pak." Terdengar sapaan wanita yang merupakan karyawannya.Bastian menanggapinya dengan anggukan dan tatapannya cuek.Saat pintu lift terbuka, beberapa dari mereka mempersilakan Bastian masuk terlebih dahulu. Namun, si atasan mundur beberapa langkah dan mengalah."Enggak apa-apa, kalian duluan saja." Mereka berbondong masuk bergantian dan menyisahkan Bastian dan Keysha yang masih di luar."Masih muat, Pak. Kalau mau masuk, masih bisa," kata salah satu karyawan yang sudah ada di dalam lift."Ayo, Key." Bastian melirik sedikit dengan ekor mata.Keysha masuk terlebih dahulu, disusul Bastian mengik
"Makan." Bastian menjawab tanpa menoleh, pandangan masih fokus ke depan."Aku kira ada urusan kantor, makanya aku diajak keluar." "Iya, kalau ada acara di luar, kamu harus ikut aku. Kevin belum kasih tahu?" Sesekali dia menoleh ke Keysha lalu kembali fokus ke jalan."Udah kok. Contohnya kayak agenda meeting di luar dengan klien, kan?" Bastian mengangguk membenarkan, "iya, terus ....""Itu aja, sih.""Wah, si Kevin minta dipecat, kerjanya gak becus. Masa, info penting yang aku kasih tahu, nggak disampaikan lengkap ke kamu."Keysha menautkan alis dan tak tahu info penting lainnya yang dimaksud."Kamu, tuh, selama jam kerja harus ikuti aku. Mau meeting di luar, mau makan di luar, mau ada acara peresmian atau undangan klien." Bastian terlihat santai mengucapkan maksudnya.Mata Keysha berkedip beberapa kali, sedikit kaget dengan kerjaan baru yang ditugaskan Bastian. Dia mencoba mencerna kalimat yang baru dilontarkan kemudian mengeluarkan ponselnya. Dia menekan aplikasi yang berlogo G dan
Bagai tersayat sembilu tepat di jantung Keysha tatkala mendengar suara hati lelaki yang pernah dicintainya. "Aku masih di dunia ini, melihatmu dari jauh bersama dia. Walau pasti ku terbakar cemburu, tapi janganlah kau kemana-mana." Bastian masih melanjutkan liriknya bahkan sampai lagu itu selesai."Bas, bisa nggak, tolong jangan bahas ini." Keysha tak mau menoleh, mendadak merasa tak nyaman jika pria itu terus mengingat kenangan masa lalu yang seharusnya sudah dikubur dalam dan tak diungkit kembali."Oke." Bastian menghela napas panjang, pun tidak ingin membuat mood Keysha memburuk.*** Suasana menjadi hening. Lantunan lagu lain dan suara empuk penyiar radio terdengar samar-samar. Mereka diam dan bergelut di pikirannya masing-masing."Udah sampe, turun!" titah Bastian setelah memakirkan mobil di depan sebuah ruko.Keysha membuka sabuk pengaman dan turun dari mobil kemudian mengikuti langkah pria yang berjalan di depannya, memasuki sebuah restoran. Mereka duduk di sudut ruangan sesua
Mata Keysha mendadak melotot nyaris organ tersebut keluar dari tempatnya. Saking terkejut kala ia menyadari panggilan 'sayang' dari Bastian dan sahutan yang cepat. Hal itu membuat ia semakin aneh dengan perasaannya sendiri. Entah bagaimana mendeskripsikan rasa canggung dan malu yang sudah mencapai tingkat dewa tersebut. Tubuh Keysha yang tadi tampak santai, kini mendadak terasa kaku dan menegang.Berbeda dengan Bastian. Pria yang duduk bersandar nan santai, malah melengkungkan bibir seperti bulan sabit. Sungguh menawan sekali. Terpatri rasa puas di hatinya tatkala mendengar sahutan dan tingkah menggemaskan wanita di depan yang sedang menundukkan kepala. Menyadari sorot mata Bastian jatuh kepadanya, Keysha pun melempar pandang ke sembarang tempat untuk menyimpan rasa canggung yang cukup mengganggunya.Dulu, mereka memang terbiasa memanggil dan mendengar kata sapaan 'sayang'. Namun, keadaan yang tidak memungkinkan mereka menggunakannya kembali."Cumi tadi enak, nggak? Kamu suka?" Basti
"Eh, sekretarisku. Ini habis dari kantor. Lembur ada meeting dadakan." Ronald menjawab sedikit salah tingkah. "Kalau anak ini?" Keysha mengelus kepala anak kecil itu dengan lembut. Anak itu mundur dan bersembunyi di belakang gadis yang Keysha belum tahu namanya."Anaknya Bagas, tahu kan?""Bagas, adik kamu?" Bastian menerkanya.Dia mengangguk, "istrinya baru meninggal enam bulan yang lalu, kecelakaan.""Inalilahi ... Sorry ya, aku enggak tahu." "Ya, enggak apa-apa. Jadi sekarang aku yang merawatnya dan kadang gantian sama mama.""Oh, sekretarismu bantuin kamu jaga anak ini juga?" Keysha melihat keakraban dari mereka, anak itu terkesan nyaman memegang tangan sang sekretaris."Halalin segera, biar enggak jadi cibiran orang, masa sekretaris merangkap jadi babysitter." Keysha menggodanya. "Iya, iya, tunggu aja undangannya." Ronald menyambut godaannya dengan kekehan. "Gitu dong move on, bagaiman
"Iya setelah dapat dan sekarang body-ku enggak seksi lagi? Mulai pelan mencampakkanku." Mulutnya tak berhenti menggerutu seperti langkahnya yang terus melaju.Perlahan, Bastian bisa membaca aura kecemburuan dari istrinya semakin memuncak. Dia pun menarik sedikit kedua sudut bibir dan menarik lengan Keysha. "Hei, kamu cemburu?" Wanita itu menahan kaki lagi dan menatap lekat suaminya. Mau mengakuinya, tetapi kok, malu. Namun, syukurlah akhirnya dia peka, batinnya."Au ah, gelap." Lalu, Keysha kembali melangkah menjauhi pemilik mata elang itu. Sementara Bastian masih terpaku memandang punggung Keysha yang semakin lama semakin menjauh."Jadi mikir nih untuk punya anak kedua kalau ngidamnya kayak gini. Parah, kudu siapin stok kesabaran berkarung-karung. Perasaan dulu dia enggak pernah cemburuan kayak begini banget. Selalu percaya karena dia tahu sebesar apa cintaku untuknya." Bastian bermonolog dalam hati sembari menggele
"Sayang, kita ke sana, yuk! Biar kamu minum teh hanget dulu. Sekalian sarapan, aku khawatir kamu masuk angin." Mata Keysha mengikuti arah pandang suaminya. Sebuah tenda kaki lima orang berjualan makanan."Kamu mau makan apa?" tanya Bastian yang duduknya agak berjauhan dengan Keysha. "Ada bubur, soto Surabaya ama tupat tahu.""Bubur aja." Sorot matanya tertuju ke gerobak mamang yang berbaju kuning. "Buburnya enggak pake sambal, kacang, kerupuk dan satu lagi, enggak pake lama." Bastian geleng-geleng lalu menuju ke mamang berbaju kuning itu kemudian kembali duduk di tempat semula. Suasana di sana masih belum begitu ramai "Nih, minum dulu." Teh hangat disodorkan di depannya.Ada resah di wajah suami melihat acara muntah-muntah tadi. Bibir Keysha sedikit pucat dan paras terlihat lemas. Bukannya dia tidak mau membantu, kalian bisa tahu, kan reaksinya, gaes.Dua bubur panas tersaji di meja. Baru beberapa suap bubur itu masuk
"Mau ke mana, Sayang?" tanya Bastian ketika melihat Keysha bersiap dengan kaos lebar yang menutup perut buncitnya dan celana panjang lengkap dengan sepatu kets."Mau jalan keliling kompleks. Kata dokter kalo mau normal, kudu banyak jalan." Keysha berlalu begitu saja melewatinya. "Tunggu, aku temani, ya. Mumpung Sabtu, aku hari ini enggak ke kantor." Bastian beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke arahnya."Enggak usah, Mas. Aku bisa sendiri. Kamu jangan mendekat." Dia membentang salah satu tangannya dan tangan lain menutup hidung."Astaga. Iya, aku jaga jarak nanti pas kamu jalan. Aku enggak dekat-dekat. Kamu di depan, entar aku ikutin kamu dari belakang. Aku cuma ingin temani, enggak mau kamu kenapa-napa nanti. Itu aja, oke?" Lelaki itu menahan langkah dan memberi penjelasan. Berharap dia diizinkan ikut. Dia hanya ingin pastikan kalau istrinya aman-aman saja saat jalan pagi.Dengan terpaksa, Keysha mengangguk setuju, "tapi
"Tapi waktu itu kamu jadi pergi 'kan?" Ibu memotong pembicaraannya."Iya, mau enggak mau, bisnis itu penting sekali. Tapi apa, Bu? Tiap jam aku harus video call-an. Terus, pas dia mau tidur, aku harus tunggu dia sampai tidur, baru boleh dimatiin video call-nya. Itu pun karena aku suruh dia ambil bajuku untuk dia cium. Manjanya kelewatan banget. Sementara tadi?"Bastian menarik napas panjang sebelum melanjutkan keluhannya."Bekas saliman tangan dan bekas kecupan di kening, buru-buru dia cuci. Kayak jijik gitu sentuhan suaminya."Kalimat terakhirnya beriringan dengan gelak tawa Danisa."Sabar. Sabar." Wanita mengelus lengannya. Tawaan itu belum berakhir, masih berlanjut untuk beberapa detik kemudian."Perasaan, istri teman-temanku kalau ngidam enggak kayak gitu deh. Ngidamnya cuman makanan doang, martabak, soto, bakso, atau apa gitu. Istriku, kok, beda, ya?""Iya, itu yang Ibu bilang tadi, reaksi setiap ibu hamil itu beda-beda. Ada yang ngidam makanan,
"Bentar, nih mau cukur dulu. Udah lebat." Berbagai alasan dia lontarkan untuk mengulur waktu agar bisa berlama-lama berada di kamar, syukur-syukur dia diizinkan tidur di kamar itu lagi."Enggak pake acara cukur-cukuran. Ayo, silakan keluar! Cukur di kamar tamu." Sekuat tenaga dia mendorong lagi tubuh suaminya. Sebenarnya bukan sang suami tidak bisa menahan tubuh, dia hanya melihat kondisi tubuh sang istri seperti itu. Dia tidak tega menggunakan tenaga untuk memaksa mempertahankan diri. Pintu kamar segera dikunci ketika sang suami berhasil diseret ke luar."Key, jangan gitu dong. Sayang, please, salahku apa? Izinkan aku tidur di sini malam ini." Lelaki itu masih mengiba, berharap hati Keysha luluh. Akan tetapi, usaha permohonannya tidak digubris sang istri. Tidak ada sahutan apapun di balik pintu kamar itu."Key, tolong bukakan pintu, aku lupa sesuatu. Madu yang kamu beli, ketinggalan di kamar. Please izinkan aku masuk untuk mengambilnya." Wajahny
Extra part 1"Mau ngapain kamu ke sini, Mas?" Wajah jutek Keysha di balik pintu kamar kala membuka pintu setelah mendengar ada ketukan."Mau mandi, nih, habis pulang dari kantor, gerah." Sang suami masuk dengan santai sambil melonggarkan dasi yang seakan mencekiknya seharian. "Di kamar tamu, kan ada kamar mandi juga, kenapa enggak mandi di situ aja?" Wajahnya masih menunjukkan ketidakrelaan sang suami masuk ke kamar."Di sana kamar mandinya enggak ada air panas, water heater-nya rusak. Kamu juga tahu, kan?" Bastian masih dengan nada selembut mungkin, membuka jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan dan meletakkan tas kerja di meja.Tatapan Keysha masih menyoroti setiap gerak-geriknya sambil menutup hidungnya."Suami pulang bukan disalim, eh, matanya jutek gitu, sih?" Sengaja lelaki berkemeja putih itu mengulurkan tangannya untuk disalam.Dengan malas akhirnya Keysha mendekati, meraih dan mencium punggung
Bastian paling pintar menggombali mantan pacarnya. Keysha yang mendapatkan kalimat itu langsung merasa melayang jauh di angkasa. Rona wajah si istri pun mulai memerah. Dia pun menggigit bibir menahan untuk tidak tersenyum."Kupastikan kamu tidak bisa ke mana-mana lagi. Kamu sudah menjadi milikku seutuhnya. Aku tidak akan segan-segan membawamu ke puncak kebahagiaan yang selama ini sudah tertunda akibat ketidak-gentle-anku waktu itu.""Sorry ya, waktu itu aku yang menikah duluan, aku...." Kalimat Keysha terpangkas karena aksi kilat Bastian. Lelaki itu menghentikan paksa kalimatnya dengan mengecup bibirnya lalu menarik diri.Mata Keysha melebar saat mendapatkan perlakuan nakal dari mantan pacar yang kini sah menjadi suaminya. Bertahun-tahun pacaran dulu, mereka tidak pernah sekalipun melakukan hubungan seintim itu. Mereka hanya sekadar melakukan genggaman tangan, pelukan dan kecupan kening."Kamu dengar, Key. Memang kamu istri keduaku, tapi aku pastikan sekara
Air mata Tisna pun luluh begitu saja tanpa ditahan. Dia sangat senang bisa menjadi istri dari lelaki itu. Meski dia tahu, maut yang ada di depannya sekarang akan memisahkan mereka."Mas, aku titip Keysha. Aku mohon kamu jangan pernah menyakiti perasaannya. Awas aja kalau nanti dia ngadu kalau kamu mem-bully dia." Wanita itu menoleh ke arah Keysha, begitu juga dengan Bastian yang melirik sekilas ke arahnya."Iya, aku janji." ***"Gimana saksi? Sah?""Sah.""Sah."Untaian doa pun terdengar sebelum Keysha mencium tangan suami barunya dan disusul kecupan kening Keysha dari Bastian. Mata pengantin wanita tak sengaja mengarah ke arah Tisna yang sedang memejamkan mata seperti tertidur. "Tisna?" Bergegas Keysha berlari menghampiri temannya yang duduk di kursi roda dengan tangan yang sudah terlulai lemas. Keysha meraih tangan yang dingin, diraba denyut nadi yang tak bernada. Hampir semua orang mengelilingi dan menatap iba wanita itu yang terlihat s