Pagi merekah, cahaya memanjang memasuki kamar kamar hotel bintang 5, secercah cahaya hangat menyentuh wajah tidur Linda.Matanya mengerjap-ngerjap terasa berat, ia masih sangat mengantuk, sekujur tubuhnya terasa begitu berat untuk di gerakan.Semalam adalah hari yang sangat panjang, dirinya dibuat begitu kelelahan dari malam hingga subuh jam 4 pagi. Namun semua yang terjadi kemarin bagaikan sebuah mimpi yang indah.Sekujur tubuhnya langsung terasa meremang, kalau mengingat lamaran tuannya, untuk pertama kalinya juga bagi Linda, saat bercinta namanya terus disebut, setiap kali Sagara menghentakkan miliknya, bibirnya memanggil 'Linda'.Sagara membuat Linda tak berhenti merintih semalaman, penyatuan mereka sangat dahsyat, Sagara tak memberi jeda istirahat sama sekali, seakan-akan dunia akan kiamat besokPengalaman yang sungguh luar biasa bagi linda, akhirnya pria yang ia puja membalas cintanya. Sambil berbaring Linda merentangkan tangan kanannya keatas, ia tersenyum sumringah saat meliha
NI NU NI NU NI NU...Mobil ambulance melaju cepat menuju rumah sakit, mobil Sagara mengikutinya dari belakang.Sesampainya di rumah sakit, Alfred sudah menunggu kedatangan Sagara. Para suster juga sudah siap sedia di depan pintu UGD, ketika mobil ambulance sudah tiba, mereka dengan sigap langsung membuka pintu ambulance dan mengeluarkan pasien dari dalamnya.Siang tadi Alfred sungguh terkejut, saat Sagara meneleponnya dan meminta bantuan untuk mencarikannya kamar kosong di rumah sakit.Sagara segera turun dari mobilnya, lalu menghampiri paman Alfred yang sedang kebingungan saat melihat kondisi Linda."Ada apa tuan? Linda sakit apa? Bukannya dua hari yang lalu dia baik-baik saja, kenapa tiba-tiba dia bisa dibawa ke rumah sakit?" tanya Alfred pada Sagara, wajahnya terlihat cemas, ia takut kejadian yang dulu menimpa Tiara juga menimpa Linda.Sagara diam sejenak, ia merasa malu jika menceritakan penyebab Linda tak sadarkan diri hingga harus dilarikan ke rumah sakit."Nanti paman tanyakan
Istri mana yang tidak menaruh rasa curiga bila melihat suaminya sering pulang larut malam, suka tiba-tiba pergi tanpa alasan yang jelas, dan bahkan jarang pulang.Kecurigaan Tiara makin kuat saat ia menghirup wangi parfum wanita di tubuh suaminya, itu pasti milik selingkuhannya. Tiara juga pernah mendapati tanda kecupan-kecupan di leher suaminya, namun ia tetap memilih diam, Tiara tau kalau ia bertanya pada Rangga pasti suaminya akan berbohong dan malah marah, karena itu Tiara memilih diam.Tiara masih mencoba mengabaikan kecurigaannya. Ia coba berdamai dengan keadaannya, Tiara masih berusaha menggoda suaminya di ranjang, dalam hati berharap sang suami masih mau berbagi rasa cinta padanya, namun...Sepertinya seluruh gairah cinta Rangga telah di renggut oleh wanita itu...., dan tak disangka, ternyata wanita itu adalah temannya sendiri, Sonya."Ouch..., Ga-, lebih dalam lagi!!" Sonya terus me nge rang keasikan saat tubuhnya di pompa Rangga.Jam makan siang mereka gunakan, untuk melakuk
Tiara tertegun, terkejut oleh sikap Sagara yang tiba-tiba berubah begitu mendalam. Membuat bulu kuduknya seketika berdiri.Ia merasa risih dan takut, di dalam hatinya ada seberkas kebingungan yang mulai merayap. Bukankah itu yang dia inginkan, jauh dari Sagara, jauh dari cinta yang dulu menghancurkan hidupnya?Sagara menatapnya dengan mata yang penuh harapan, matanya berkilau, namun ada kesedihan yang dalam. "Aku bisa menjadi ayah sambung buat Satria. Aku ingin memperbaiki semuanya."Perkataan Sagara, membuat Tiara merasa dunia seakan berhenti berputar. Satria, putra mereka yang kini sudah beranjak besar, memang membutuhkan sosok ayah. Tapi, bukan Sagara yang Tiara inginkan, walaupun memang dia ayah kandungnya. Terlalu banyak luka yang harus disembuhkan terlebih dahulu? Tiara tidak sudi menerima Sagara kembali.Tiara menarik kedua tangannya dari genggaman Sagara, berusaha menahan air mata yang akan jatuh. "Mas, aku... aku tidak bisa. Aku tidak bisa percaya padamu." ucapnya lirih.Saga
*Kondominium milik Sagara. Tiara duduk di meja makan, memandangi secangkir kopi yang telah lama mendingin. Di luar, hujan rintik-rintik membasahi halaman apartemen kondominium. Setiap tetesnya seolah mengingatkannya pada kenangan-kenangan yang dulu indah, kini terasa pahit. Sebelum mendapati perselingkuhan Rangga dan Sonya, Tiara sudah merasa curiga, apalagi melihat sikap Rangga yang berubah drastis, tidak sehangat dulu. Rangga sering pulang larut malam, ponselnya selalu terkunci, dan bahkan sering kali menghindar ketika Tiara ingin berbicara lebih banyak. Namun, puncaknya terjadi seminggu yang lalu. Saat Tiara mengantarkan makan siang ketempat Rangga bekerja. Sebuah pesan singkat di ponsel Tiara, Rangga sudah meneleponnya puluhan kali pagi ini. Pasti karena Rangga sudah pulang ke rumah dan tak mendapati keberadaan istri dan anak angkatnya. 'Sayang, kamu dimana, tadi ibu datang kesini loh, tapi kamu gak ada, tumben kamu pergi pagi-pagi gak ngabarin aku.' begitu isi pesan Ra
Satu hari Rangga tak memberikan kabar apapun, membuat Sonya merasa cemas. Namun pagi ini di akhir pekan, dia mendapat pesan singkat dari Rangga yang mengatakan kalau dirinya sedang sendirian di rumah. Sonya langsung bergegas mengambil kunci mobilnya dan menuju apartemen milik Rangga. Sonya sangat merindukan Rangga, entah mengapa, rasa rindu itu lebih mendalam daripada biasanya. “Rangga sendirian… Tumben, tidak biasa begitu, apa mereka sedang bertengkar hebat sampai-sampai Tiara pergi?” pikirnya Sonya saat sedang menyetir. Setelah parkir mobil, dengan langkah cepat, Sonya bergegas menuju lift apartemen Rangga. Hatinya berdebar-debar, Rangga bukan tipe orang yang mudah terbuka, ia suka menutup diri. Tapi, Sonya tahu betul bahwa di balik sikapnya yang dingin itu, Rangga pasti butuh kehangatan darinya. Sesampainya di depan pintu apartemen Rangga. Sonya menarik napas dalam-dalam. Lalu ia menekan bel dan mendengar suara langkah kaki mendekat. Cekrek. Pintu terbuka perlahan, b
Di tengah kehidupan yang penuh masalah, susah saatnya Tiara memanjakan dirinya.Begitu memasuki salon, aroma bunga yang harum langsung menyentuh hidungnya, menciptakan suasana yang menenangkan.Lantai marmer yang berkilau, cahaya hangat dari lampu kristal yang menjuntai, dan desain interior yang elegan membuatnya merasa seperti berada di dunia lain. Resepsionis dengan senyum ramah menyambut kedatangan Tiara.“Selamat datang, Nyonya Tiara. Kami siap melayani anda perawatan hari ini,” kata resepsionis sambil memberikan secangkir teh herbal hangat."Makasih..." ucapnya, menerima teh itu.'Haduh, Mas Sagara ada-ada saja, tiba-tiba menyuruhku ke salon mahal begini.' ucap Tiara dalam hati. Setelah dua hari lelah karena menangis, Sagara memaksa Tiara menerima perawatan salon hari ini, tentu saja Tiara tak menolaknya, apalagi semua biaya di tanggung oleh mantan suaminya itu.Setelah beberapa menit menunggu, seorang terapis cantik dengan penampilan rapi mengajak Tiara menuju ruang perawatan bo
Kerlap-kerlip malam berbintang mengakhiri acara makan malam special. Ketika mobil akhirnya berhenti di depan apartemen, suasana malam itu begitu damai. Sagara dengan sigap turun, lalu pergi ke sisi mobil dan membukakan pintu untuk Tiara. Tanpa berkata banyak, Tiara tersenyum lembut padanya, tanda terima kasih yang tak perlu diucapkan. Sagara membantu Tiara yang turun perlahan, Tiara pun berhati-hati bergerak sambil menggendong Satria yang tertidur dengan pulas di pelukannya agar tidak terbangun. "Terima kasih, Mas," ucap Tiara dengan suara lembut, berterima kasih pada kemurahan hati dan perhatian Sagara. Sagara hanya mengangguk, senyumnya tak pernah surut. "Aku selalu siap untuk kalian." Ucapan itu membuat Tiara tersipu. Mereka berjalan menuju pintu apartemen. Tiara sedikit berhati-hati, memastikan langkahnya tidak terlalu berat agar Satria tetap nyenyak dalam tidurnya. Sagara berjalan di sampingnya, membuka pintu dan membiarkan Tiara masuk terlebih dahulu. Saat mereka
Tut....Tut...Tut....Tut. suara alat rekam jantung di rumah sakit, Roger terbaring lemah di ranjang rumah sakit, untuk bernafas saja butuh tabung oksigen, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya, lalu melihat sekeliling. Matanya membulat saat melihat sosok mantan istrinya duduk di sebelah sedang menatapnya sinis, "Ini di rumah sakit!! Apa Anakku sudah di tangkap polisi? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya pelan menatap Grace mantan istrinya. "Kamu ini!! Semakin tua malah semakin jahat!! Tega sekali kamu, ingin memenjarakan putramu sendiri, apa kau sudah tidak waras...!! Mau membunuh menantu juga cucumu!!" umpat Grace dengan kemarahan membuncah. Ingin sekali ia mengakhiri kehidupan si tua bangka yang sedang tidak berdaya ini, agar tidak lagi-lagi mengganggu kehidupan pernikahan putranya. "Apa maksudmu! Sagara tidak jadi dipenjara!" ujarnya dengan suara parau. BUGH...!! Grace memukul perutnya dengan keras Tit....tit....tit.....tit....tit!!! Alat rekam jantung langsung b
Mobil sedan di laju dengan kecepatan tinggi, Alfred berupaya sampai secepatnya mungkin di rumah sakit terdekat. Tiara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. "Aaaggh... Sakit sekali." pekik Tiara, berkeringat sangat banyak. Sagara pun panik, ia terus menggenggam erat tangan Tiara. "Tenang, Honey, sebentar lagi akan sampai..." ucap Sagara dengan suara penuh ketegangan, hatinya terus berdebar-debar. Alfred memacu kendaraan menuju rumah sakit dengan hati yang cemas namun penuh harapan. Sepanjang perjalanan, Tiara menggenggam tangan Sagara erat, mencoba mencari kenyamanan dalam sentuhan suaminya. ***** Malam ini, Rangga, tengah menjalani shift malam di rumah sakit. Akhir-akhir ini baik pekerjaan dan hubungan dengan sang istri sedang berjalan dengan baik, Rangga bisa lembur seperti dulu, karena Sonya mulai sering menemani putrinya. Namun tiba-tiba telepon dari ruang perawatan datang. Kring... Kring... Kring... "Dokter Rangga!! Kami membutuhkan
"Teganya paman! Kenapa berbuat seperti ini!! dasar penghianat!!" teriak Tiara, saat di bawa paksa oleh paman Alfred untuk masuk ke dalam bangunan istana Roger. "Ssstt... Maafkan paman Tiara, paman terpaksa melakukan ini semua, tolong jangan melawan dan banyak bergerak, ingat kondisi bayi dalam perutmu." ujar Alfred mengingatkan. "Hiks hiks hiks." Tiara terus menangis, berharap sang paman bisa menolong suaminya. Eh!! dirinya malah terjebak, ternyata paman Alfred kembali berpihak pada ayah mertuanya yang bejat, dan itu semua ia lakukan demi harta kekayaan yang dijanjikan oleh Roger. Sangat tidak di sangka-sangka jerat harta kekayaan memang bisa mengubah hati dan pikiran seseorang yang tadinya baik jadi nekad. Sambil menahan Tiara di ruangan lain, Alfred menghela nafas panjang, saat ini Tiara sangat membencinya, namun ya... terpaksa ia lakukan, hanya untuk sementara waktu, kalau bukan karena Sagara yang merancang semua rencana ini, ia tidak akan mau terlibat lagi dengan rencana ja
Kediaman Roger yang bagaikan sebuah istana kerajaan, pilar-pilar menjulang tinggi di sepanjang lorong pintu masuk rumahnya, suasana gelap dan dingin, tidak ada kehangatan di rumah ini. Tuk...tuk...tuk. Suara tongkat Roger, karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk kini dirinya harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Lalu keempat bodyguard bertubuh besar mengikutinya di belakang, dua diantaranya sedang menggotong tubuh putranya yang masih pingsan. "Beraninya dia mengelabui ku selama ini, dasar anak tidak tahu diuntung!!" pekiknya sembari memasuki sebuah ruangan kamar. Bruk...!! Tubuh Sagara di jatuhkan di lantai, Roger duduk di kursi sambil memandangi putranya dengan perasaan marah, sudah lama ia menahan diri untuk merasakan momen ini, kalau bukan karena Alfred ia tidak akan menahan dirinya. Beberapa saat... Sagara mulai membuka kelopak matanya pelan-pelan, saat kesadarannya kembali, ia mengerejap berkali-kali mencoba menetralkan penglihatannya. Sungguh terkejut
Waktu berlalu cepat, kini usia kandungan Tiara mulai memasuki usia 9 bulan, perutnya sudah sangat besar, ia menikmati masa kehamilannya dengan damai bersama suami, satria dan keluarganya. Layaknya sebuah keluarga yang bahagia tanpa ada gangguan. "Halo adik cantikku..., jangan lama-lama di dalam, kamu tidak pegal di dalam sana, pasti sempit kan, lebih baik temani kakakmu main puzzle disini..." celoteh Satria, terus saja berbicara pada adiknya sambil mengelus perut ibunya. "Sabar nak, bulan depan, adikmu baru keluar dari perut mama, sayang." Tiara tertawa geli, gemas sekali melihat tingkah lucu Satria yang penuh semangat menyambut adik perempuannya. "Satia udah gak sabar mama, bosen main sendirian terus, papa juga sibuk kerja, mama juga gak bisa temani Satria main gara-gara dedek bayi masih di dalam perut," keluh Satria, mengerutkan dahi. "Sabar ya Nak, Papa kamu lagi ada proyek besar, kalau kamu bosan kamu kan bisa ajak teman sekolahmu main kesini atau kamu main ke rumah dia, na
BUGH...!! BUGH...!! BUGH...!! Sagara dan Rangga saling baku hantam. "Hentikan aduh!!" teriak Tiara yang panik, mau melerai tapi takut, karena dirinya sedang hamil. "Huhuhu, huaa...hiks." Satria menangis sambil memeluk ibunya. Sonya segera mencari petugas hotel, meminta bantuan agar ada yang memisahkan mereka. "Apa sih masalahmu!" kedua tangan Sagara menahan kepalan tangan Rangga yang mau mendarat di wajahnya. Rangga yang tidak menyerah menjatuhkan diri, lalu keduanya berguling-guling di lantai. BUGH!! Kali ini Sagara berhasil menghajar balik Rangga. Rangga terhuyung lalu berusaha berdiri, "Kamu gak pantas, untuknya...!!" teriak Rangga, menatap Sagara dengan penuh kebencian. "Apa hak-mu melarang Tiara rujuk lagi denganku, terimakasih kamu sudah berselingkuh, aku dan Tiara jadi bisa menikah!" umpat Sagara. "Aaagghh!!" teriakkan kekesalan Rangga membuncah, dengan cepat menyerang balik orang yang paling ia benci. "Uugghh...!! Sagara berhasil menangkis pukulan, n
Hanya suara jangkrik yang terdengar dimalam sunyi, tidak ada seorang pun disini, kedua insan terus melangkah bersama dalam suasana yang gelap. Sagara menarik tangan istrinya menuju kolam renang yang gemerlap yang memantulkan cahaya bulan. Segalanya jadi begitu romantis ditemani cahaya bulan dan suara jangkrik. Tidak pakai lama, Tiara menghempaskan bokongnya di kursi malas yang empuk. ia duduk bersandar sambil mengangkat satu kaki hingga seluruh jenjang kakinya yang indah terpampang jelas. Sambil mencondongkan tubuhnya, Tiara tersenyum menggoda, ia menyeringai nakal ke arah suaminya yang dari tadi sedang merasa kegerahan. "Honey, kenapa akhir-akhir ini kamu terus saja menggodaku..." ucap Sagara, ia duduk di samping sang istri sambil merangkul mesra. "Memangnya salah jika aku menggoda suamiku sendiri..." Tiara menaruh kedua lengannya di bahu Sagara, sambil menatap lekat mata biru yang mempesona itu. "Salah..., karena kamu sedang hamil, tapi selalu mencoba memancing sisi liark
Acara resepsi pernikahan Bobby diadakan di sebuah taman hotel bintang 5. Pemandangan yang memukau menyambut setiap tamu yang datang. Langit senja yang cerah dan pepohonan hijau di sekitar taman menciptakan suasana yang elegan dan hangat.Suara musik lembut terdengar dari sudut taman, memberikan sentuhan romantis yang semakin memperindah suasana.Meja-meja panjang terhias dengan bunga-bunga segar, menyajikan hidangan lezat yang mengundang selera. Makanan dan minuman pun tersedia dengan limpah.Setiap hidangan terasa istimewa, mulai dari hidangan pembuka yang menggoda, hingga hidangan utama yang memanjakan lidah. Pelayan-pelayan yang ramah menyajikan minuman beraneka rasa, menyempurnakan kebahagiaan malam itu."Reny, Hana..." sapa Sonya pada kedua sahabatnya.Reny, yang duduk di samping Hana, berdiri dan tercengang, tidak percaya akhirnya bisa bertemu Sonya si pelakor.Sosok yang selama ini menjadi topik pembicaraan di antara mereka. Sonya, seorang teman yang tega menusuk dari belakang,
Di pagi hari yang cerah, suara gemericik air shower jatuh, Sagara lebih dahulu membersihkan dirinya didalam kamar mandi. Tidak berselang lama, Tiara datang dan ikut bergabung masuk, ia pun memeluk suaminya dari belakang."Mandikan aku Mas." ucapnya dengan nada manja.Tubuh Sagara pun bergetar mendengar permintaan istrinya, semakin hari Tiara semakin bersikap manja padanya, apa mungkin ini karena bawaan si bayi? Pikirnya.Sagara berbalik badan lalu mencium lembut kening sang istri. Ritual mandi bersama pun mereka lakukan seperti biasa, suara de sa ha n dan er ang an bersahut-sahutan memenuhi suasana di hari pagi yang cerah.Setelah puas bersenggama, keduanya berpindah masuk ke bathtub yang sudah terisi dengan air hangat.Sagara memangku sang istri sambil terus menciumi pipi chubby Tiara, lalu kedua tangannya mengelus lembut perut sang istri yang mulai buncit. "Perutmu mulai besar, pay udaramu juga besar..." bisiknya menggoda."Ulahmu Mas, minta susu tiap malam." celetuk Tiara."Hmm, ak