"Siapa yang kamu bilang duda kesepian!" ucap Sagara yang tak terima disebut begitu oleh mantan istrinya.Tiara tercengang, ia sama sekali tak menyangka kalau Sagara akan langsung datang menghampiri setelah Tiara ketahuan mengintip.Matab Tiara membelalak sejenak saat melihat ekspresi Sagara yang begitu serius, lebih serius dari yang pernah ia lihat sejak perpisahan mereka.Sagara meremas tangannya, berusaha menahan gejolak yang tiba-tiba meluap. Sebuah kemarahan yang sudah lama ia pendam, perasaan yang bahkan ia sendiri tak tahu harus disalurkan ke mana.Sebenarnya ia tak kesepian, karena ada Linda, wanita yang sejak beberapa bulan terakhir mengisi ruang kosong yang ada dihati dan hidupnya. Tapi Sagara takkan memberitahu soal Linda kepada Tiara. Ia takut jika Tiara tahu, dia ada hubungan dengan seorang wanita, Tiara pasti akan mundur.Saat Sagara sedang larut dalam pikirannya sendiri, Tiara terus menatapnya dengan bingung, ia sendiri tak tahu apa mengatakan apa.“Maaf, aku tak bermaks
"Mas! Jangan begini, aahh...""Mas...""Aku suka yang masih ada bulunya," bisik Sagara makin menggoda mantan istri, ia pun makin menambah kecepatan tangan dibawah sana.Mata Tiara melebar, badannya bergoyang-goyang kegelian, ia meremas kuat lengan Sagara yang sedang memeluknya."Aahh... Nnghh." Tiara mengerang panjang, saat Sagara memasukan jarinya lebih dalam lagi."Aku tau kamu suka ini, Tiara. Kita sama-sama bisa menikmatinya, seperti dulu, Rangga sudah mengkhianati mu, kamu tidak mungkin mau tidur lagi dengannya bukan." ucap Sagara, ia sendiri tak dapat lagi menahan gairahnya yang sudah naik hingga ke ubun-ubun.Tiara sungguh tak dapat berpikir jernih lagi, pikirannya sudah tertutupi oleh kabut gairah. Oh sial, tubuhnya terasa lemas sekali, tenaganya sudah terserap habis, namun belaian Sagara terasa nikmat. Mungkin karena sudah berbulan-bulan juga Tiara tak disentuh oleh suaminya."Ja-jangan disini Mas..." ucap Tiara pelan, dengan wajah yang sudah merah padam."Baiklah honey, kita
Cahaya mentari pagi mengintip melalui celah gorden kamar Sagara. Tiara menggeliat nyaman di atas ranjang, sudah lama ia tak tidur se nyenyak ini. Tiara enggan bangun, ia memeluk bantal dengan erat, menikmati sisa hangat yang masih terasa di tubuhnya.Namun, angin yang masuk melalui sela pintu kamar yang sedikit terbuka, membawa aroma kopi, Tiara pun langsung membuka mata dan melihat ke sekeliling kamar Sagara.Tiara terbangun dengan panik, menyadari matahari sudah tinggi. Matanya yang sedikit berat karena semalam kurang tidur."Astaga, aku kesiangan!" gumamnya lalu melompat turun dari tempat tidur, saat melihat jam menunjukan pukul 8.00Biasanya, Tiara sudah bangun lebih awal, menyiapkan sarapan, dan mengurus segala keperluan Satria yang baru berusia dua tahun. Tapi kali ini, ia benar-benar tertidur lelap setelah hampir semalaman melakukan penyatuan terlarang."Aww..." Tiara merintih sakit, ia terduduk kembali ke atas ranjang, mengusap bagian kewanitaannya yang terasa perih, Sagara be
Lima hari kemudian,Cekrek...Pintu apartemen dibuka, Rangga baru saja pulang bekerja.Suasana rumah tampak sepi dan gelap, karena seperti yang Rangga tahu, Tiara dan Satria sedang berada di rumah mertuanya.Cetek....lampu dinyalakan, ruangan jadi terang benderang."APA-APAAN INI!!" Rangga berteriak.Kedua matanya melotot, seisinya ruangan rumahnya di tempelkan sebuah foto-foto, tentu saja foto dirinya yang sedang tanpa busana bersama Sonya. "Mustahil!!" ucap Rangga sambil menjambak rambutnya sendiri. Bahkan bingkai foto pernikahan dia dengan Tiara sudah tempelkan full foto-foto mesum dirinya dan Sonya, tidak hanya di ruangan tv, tapi juga di dapur, kamar mandi, hingga isi lemarinya di penuhi foto-foto tak senonoh.Rangga benar-benar tak menyangka, setelah ia perhatikan dengan baik, ternyata foto-foto ini diambil saat dirinya tengah asik bercinta di rumahnya sendiri. "Aaakkhh kenapa bisa begini, Tiara sudah mempermainkan ku!!" umpat Rangga, merasa tertipu, dengan gerakan membabi b
*Kediaman Sagara.Pagi ini Linda sedang bercermin di kamar mandi, ia menatap wajahnya yang mulai pucat karena kurang tidur.Selang beberapa menit, Linda menatap lekat test pack yang tergeletak di atas meja wastafel. Garis yang muncul hanya satu, garis tipis yang menandakan bahwa ia tidak hamil.Tangan Linda sedikit gemetar, matanya mulai berkaca-kaca. Sebulan ia menunggu saat ini, berharap hasil yang berbeda. Namun, kenyataan berkata lain, ia sudah melakukan test puluhan kali, namun hasilnya tetap sama.Ia ingat, ketika di hotel bulan lalu, ia dan Sagara melakukannya berulang kali tanpa pengaman. Apa mungkin ada yang salah dengan dirinya, pikir Linda.Linda membuang test pack itu ke tong sampah lalu keluar dari kamar mandi. Segera ia berjalan ke arah kulkas yang berada di kamarnya, ia mencoba menenangkan pikirannya. Linda membuka kulkas, mengambil air mineral, dan meminumnya perlahan.Tiba-tiba, Sagara muncul di belakangnya. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut.Linda menoleh dan me
Siang ini, Tiara kaget sekali setelah menerima kabar dari suaminya Rangga, kalau dia bersedia bercerai dengannya.Tiara langsung bersemangat. Setelah beberapa minggu ia sibuk berdebat dengan Rangga, suaminya sungguh tak tahu malu sudah jelas-jelas selingkuh, malah minta rujuk pula.Namun akhirnya Rangga luluh juga, ia mau minta maaf dan mengakui kesalahannya, ia juga bersedia menandatangani berkas perceraian. Untuk merayakan ini semua, Tiara akan memasak makan malam spesial di kediaman Sagara.Ia sudah merencanakan beberapa menu favorit kesukaan Sagara yang ia masih ingat, nasi goreng seafood, ayam sambal ijo, dan sate lilit Bali. Tiara tahu betul bahwa Sagara sangat menyukai masakan khas Bali, dan malam ini ia ingin memberikan kejutan yang tak terlupakan kepada mantan suaminya, tentunya sebagai ucapan terimakasih.Dengan penuh semangat, Tiara mulai memotong-motong bahan dengan cekatan, lalu menumis bumbu, dan menggoreng ayam dengan hati-hati. Bau harum dari masakan yang sedang dimasa
"Aku ayah kandung Satria!" tegasnya, sambil memberikan sebuah amplop lain pada mantan istrinya, yang tidak lain tidak bukan itu adalah hasil test DNA dirinya dan Satria, dengan hasil yang akurat 99,99%"Teganya kamu mas!! Melakukan test tanpa seijin ku!!" pekik Tiara penuh kemarahan, keduanya tangannya langsung terlihat gemetaran."Tapi honey, tanpa test DNA pun semua orang bisa lihat, kalau Satria itu anakku." ujarnya dengan tegas, menahan kedua tangan yang sedang gemetaran itu.Tiara terdiam dan menatap getir mantan suaminya, ada rasa takut yang muncul di dalam hati, tidak mungkin Sagara tidak marah setelah tahu tentang kebenaran anaknya, entah apa yang mantan suaminya sedang rencanakan saat ini, yang pasti Tiara tidak bisa percaya 100% padanya."Sampai kapan kamu mau terus tutupi kebohongan menyakitkan ini, Tiara. Apa jadinya kalau kamu masih bertahan dengan Rangga, cepat atau lambat mertuamu pasti akan marah kalau tahu soal anak kita." ucap Sagara, merasa bersyukur Tiara bisa ber
Dua minggu kemudian.Tiara duduk termenung di kursi ruang tunggu pengadilan. Sebentar lagi, sidang cerainya bersama Rangga akan dimulai.Pandangannya kosong, menatap dinding putih yang tak menawarkan apapun selain kesunyian. Rasa cemas dan takut bergumul di dadanya.Meskipun sudah berkali-kali dia membaca surat gugatan, tetap saja perasaan itu datang. Sebuah hubungan sudah dibangun selama dua tahun lebih pasti akan sukar dilupakan."Tiara?" sebuah suara memecah lamunan Tiara. Dia menoleh, melihat dua orang pengacara yang mengenakan jas hitam rapi menghampirinya. Tiara mengangguk pelan, berusaha tersenyum."Sidangnya sebentar lagi. Sudah siap?" tanya salah satu pengacara yang di bayar oleh Sagara untuk mempercepat proses perceraian Tiara.Tiara menarik napas dalam-dalam. "Saya... siap," jawabnya lirih.Perceraian kedua ini adalah titik terendah dalam hidupnya. Namun, di satu sisi, Tiara tahu bahwa ini adalah keputusan yang sudah tidak bisa dihindari lagi.Sidang pun dimulai, dan Tiara
Tut....Tut...Tut....Tut. suara alat rekam jantung di rumah sakit, Roger terbaring lemah di ranjang rumah sakit, untuk bernafas saja butuh tabung oksigen, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya, lalu melihat sekeliling. Matanya membulat saat melihat sosok mantan istrinya duduk di sebelah sedang menatapnya sinis, "Ini di rumah sakit!! Apa Anakku sudah di tangkap polisi? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya pelan menatap Grace mantan istrinya. "Kamu ini!! Semakin tua malah semakin jahat!! Tega sekali kamu, ingin memenjarakan putramu sendiri, apa kau sudah tidak waras...!! Mau membunuh menantu juga cucumu!!" umpat Grace dengan kemarahan membuncah. Ingin sekali ia mengakhiri kehidupan si tua bangka yang sedang tidak berdaya ini, agar tidak lagi-lagi mengganggu kehidupan pernikahan putranya. "Apa maksudmu! Sagara tidak jadi dipenjara!" ujarnya dengan suara parau. BUGH...!! Grace memukul perutnya dengan keras Tit....tit....tit.....tit....tit!!! Alat rekam jantung langsung b
Mobil sedan di laju dengan kecepatan tinggi, Alfred berupaya sampai secepatnya mungkin di rumah sakit terdekat. Tiara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. "Aaaggh... Sakit sekali." pekik Tiara, berkeringat sangat banyak. Sagara pun panik, ia terus menggenggam erat tangan Tiara. "Tenang, Honey, sebentar lagi akan sampai..." ucap Sagara dengan suara penuh ketegangan, hatinya terus berdebar-debar. Alfred memacu kendaraan menuju rumah sakit dengan hati yang cemas namun penuh harapan. Sepanjang perjalanan, Tiara menggenggam tangan Sagara erat, mencoba mencari kenyamanan dalam sentuhan suaminya. ***** Malam ini, Rangga, tengah menjalani shift malam di rumah sakit. Akhir-akhir ini baik pekerjaan dan hubungan dengan sang istri sedang berjalan dengan baik, Rangga bisa lembur seperti dulu, karena Sonya mulai sering menemani putrinya. Namun tiba-tiba telepon dari ruang perawatan datang. Kring... Kring... Kring... "Dokter Rangga!! Kami membutuhkan
"Teganya paman! Kenapa berbuat seperti ini!! dasar penghianat!!" teriak Tiara, saat di bawa paksa oleh paman Alfred untuk masuk ke dalam bangunan istana Roger. "Ssstt... Maafkan paman Tiara, paman terpaksa melakukan ini semua, tolong jangan melawan dan banyak bergerak, ingat kondisi bayi dalam perutmu." ujar Alfred mengingatkan. "Hiks hiks hiks." Tiara terus menangis, berharap sang paman bisa menolong suaminya. Eh!! dirinya malah terjebak, ternyata paman Alfred kembali berpihak pada ayah mertuanya yang bejat, dan itu semua ia lakukan demi harta kekayaan yang dijanjikan oleh Roger. Sangat tidak di sangka-sangka jerat harta kekayaan memang bisa mengubah hati dan pikiran seseorang yang tadinya baik jadi nekad. Sambil menahan Tiara di ruangan lain, Alfred menghela nafas panjang, saat ini Tiara sangat membencinya, namun ya... terpaksa ia lakukan, hanya untuk sementara waktu, kalau bukan karena Sagara yang merancang semua rencana ini, ia tidak akan mau terlibat lagi dengan rencana ja
Kediaman Roger yang bagaikan sebuah istana kerajaan, pilar-pilar menjulang tinggi di sepanjang lorong pintu masuk rumahnya, suasana gelap dan dingin, tidak ada kehangatan di rumah ini. Tuk...tuk...tuk. Suara tongkat Roger, karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk kini dirinya harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Lalu keempat bodyguard bertubuh besar mengikutinya di belakang, dua diantaranya sedang menggotong tubuh putranya yang masih pingsan. "Beraninya dia mengelabui ku selama ini, dasar anak tidak tahu diuntung!!" pekiknya sembari memasuki sebuah ruangan kamar. Bruk...!! Tubuh Sagara di jatuhkan di lantai, Roger duduk di kursi sambil memandangi putranya dengan perasaan marah, sudah lama ia menahan diri untuk merasakan momen ini, kalau bukan karena Alfred ia tidak akan menahan dirinya. Beberapa saat... Sagara mulai membuka kelopak matanya pelan-pelan, saat kesadarannya kembali, ia mengerejap berkali-kali mencoba menetralkan penglihatannya. Sungguh terkejut
Waktu berlalu cepat, kini usia kandungan Tiara mulai memasuki usia 9 bulan, perutnya sudah sangat besar, ia menikmati masa kehamilannya dengan damai bersama suami, satria dan keluarganya. Layaknya sebuah keluarga yang bahagia tanpa ada gangguan. "Halo adik cantikku..., jangan lama-lama di dalam, kamu tidak pegal di dalam sana, pasti sempit kan, lebih baik temani kakakmu main puzzle disini..." celoteh Satria, terus saja berbicara pada adiknya sambil mengelus perut ibunya. "Sabar nak, bulan depan, adikmu baru keluar dari perut mama, sayang." Tiara tertawa geli, gemas sekali melihat tingkah lucu Satria yang penuh semangat menyambut adik perempuannya. "Satia udah gak sabar mama, bosen main sendirian terus, papa juga sibuk kerja, mama juga gak bisa temani Satria main gara-gara dedek bayi masih di dalam perut," keluh Satria, mengerutkan dahi. "Sabar ya Nak, Papa kamu lagi ada proyek besar, kalau kamu bosan kamu kan bisa ajak teman sekolahmu main kesini atau kamu main ke rumah dia, na
BUGH...!! BUGH...!! BUGH...!! Sagara dan Rangga saling baku hantam. "Hentikan aduh!!" teriak Tiara yang panik, mau melerai tapi takut, karena dirinya sedang hamil. "Huhuhu, huaa...hiks." Satria menangis sambil memeluk ibunya. Sonya segera mencari petugas hotel, meminta bantuan agar ada yang memisahkan mereka. "Apa sih masalahmu!" kedua tangan Sagara menahan kepalan tangan Rangga yang mau mendarat di wajahnya. Rangga yang tidak menyerah menjatuhkan diri, lalu keduanya berguling-guling di lantai. BUGH!! Kali ini Sagara berhasil menghajar balik Rangga. Rangga terhuyung lalu berusaha berdiri, "Kamu gak pantas, untuknya...!!" teriak Rangga, menatap Sagara dengan penuh kebencian. "Apa hak-mu melarang Tiara rujuk lagi denganku, terimakasih kamu sudah berselingkuh, aku dan Tiara jadi bisa menikah!" umpat Sagara. "Aaagghh!!" teriakkan kekesalan Rangga membuncah, dengan cepat menyerang balik orang yang paling ia benci. "Uugghh...!! Sagara berhasil menangkis pukulan, n
Hanya suara jangkrik yang terdengar dimalam sunyi, tidak ada seorang pun disini, kedua insan terus melangkah bersama dalam suasana yang gelap. Sagara menarik tangan istrinya menuju kolam renang yang gemerlap yang memantulkan cahaya bulan. Segalanya jadi begitu romantis ditemani cahaya bulan dan suara jangkrik. Tidak pakai lama, Tiara menghempaskan bokongnya di kursi malas yang empuk. ia duduk bersandar sambil mengangkat satu kaki hingga seluruh jenjang kakinya yang indah terpampang jelas. Sambil mencondongkan tubuhnya, Tiara tersenyum menggoda, ia menyeringai nakal ke arah suaminya yang dari tadi sedang merasa kegerahan. "Honey, kenapa akhir-akhir ini kamu terus saja menggodaku..." ucap Sagara, ia duduk di samping sang istri sambil merangkul mesra. "Memangnya salah jika aku menggoda suamiku sendiri..." Tiara menaruh kedua lengannya di bahu Sagara, sambil menatap lekat mata biru yang mempesona itu. "Salah..., karena kamu sedang hamil, tapi selalu mencoba memancing sisi liark
Acara resepsi pernikahan Bobby diadakan di sebuah taman hotel bintang 5. Pemandangan yang memukau menyambut setiap tamu yang datang. Langit senja yang cerah dan pepohonan hijau di sekitar taman menciptakan suasana yang elegan dan hangat.Suara musik lembut terdengar dari sudut taman, memberikan sentuhan romantis yang semakin memperindah suasana.Meja-meja panjang terhias dengan bunga-bunga segar, menyajikan hidangan lezat yang mengundang selera. Makanan dan minuman pun tersedia dengan limpah.Setiap hidangan terasa istimewa, mulai dari hidangan pembuka yang menggoda, hingga hidangan utama yang memanjakan lidah. Pelayan-pelayan yang ramah menyajikan minuman beraneka rasa, menyempurnakan kebahagiaan malam itu."Reny, Hana..." sapa Sonya pada kedua sahabatnya.Reny, yang duduk di samping Hana, berdiri dan tercengang, tidak percaya akhirnya bisa bertemu Sonya si pelakor.Sosok yang selama ini menjadi topik pembicaraan di antara mereka. Sonya, seorang teman yang tega menusuk dari belakang,
Di pagi hari yang cerah, suara gemericik air shower jatuh, Sagara lebih dahulu membersihkan dirinya didalam kamar mandi. Tidak berselang lama, Tiara datang dan ikut bergabung masuk, ia pun memeluk suaminya dari belakang."Mandikan aku Mas." ucapnya dengan nada manja.Tubuh Sagara pun bergetar mendengar permintaan istrinya, semakin hari Tiara semakin bersikap manja padanya, apa mungkin ini karena bawaan si bayi? Pikirnya.Sagara berbalik badan lalu mencium lembut kening sang istri. Ritual mandi bersama pun mereka lakukan seperti biasa, suara de sa ha n dan er ang an bersahut-sahutan memenuhi suasana di hari pagi yang cerah.Setelah puas bersenggama, keduanya berpindah masuk ke bathtub yang sudah terisi dengan air hangat.Sagara memangku sang istri sambil terus menciumi pipi chubby Tiara, lalu kedua tangannya mengelus lembut perut sang istri yang mulai buncit. "Perutmu mulai besar, pay udaramu juga besar..." bisiknya menggoda."Ulahmu Mas, minta susu tiap malam." celetuk Tiara."Hmm, ak