"Hai Bro!" sapa Ziko pada Daffa dengan menyenggol bahu lelaki yang sedang berada di peternakan pesantren. Daffa melemparkan seuntai senyum pada orang yang baru saja menghampirinya, diletakan makanan ayam yang di pegangnya dan siap menjabat tangan Ziko namun, niat baik Daffa hanya di tatap sekilas oleh Ziko dan membuang arah pandanganya dari lelaki yang berdiri tepat di hadapanya. Daffa menyadari hal itu, ia juga segera menepis tanganya. "Cari siapa Pak?" tanya Daffa dengan sangat sopan dan membungkukan sedikit tubuhnya. Ziko semakin di buat angkuh dengan sikap Daffa seperti itu. "Sudah berapa lama lho kerja disini?" tanya Ziko angkuh. Pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah di dapat Daffa bahdan selama ini, ia menjadi ustad favorite cowok mau pun cewek, ia juga orang kepercayaan ustad Henry dan kini pertanyaan seperti ini muncul padanya. Daffa yang memiliki sifat sabar masih tenag dengan perlakuan Ziko yang kurang sopan. "Saya Sma sudah di pondok pesantren ini Pak!" "Berapa gaj
Di ruang makan hanya terdengar detingan sendok dan kunyahan orang orang yang sedang melahap makananya masing masing. Seperti malam malam sebelumnya keluarga Henry selalu melakukan makan bersama. Momen momen seperti ini yang menjadi ciri khas keluarga mereka. Kiara menatap semua orang gang berada di sekitar meja makan secara bergantian. Ia dapat melihat dengan jelas Ziko, suamimya yang tidak menikmati makanan yang sudah di hidangkan padahal menurutnya makanan yang di sediakan umi juga menaikan gairahnya untuk makanan tapi, tetap saja ia kepikiran dengan ucapan Ziko sore tadi yang mengajaknya untuk segera kembali kekota. Bagaimana nanti dengan adik adiknya?. Liora menyenggol lengan tangan anaknya pelan untuk memberikan isyarat pada putranya itu untuk menghargai makanan yang sudah di sediakan karena sejak tadi Ziko hanya mengaduk aduknya saja. Hal itu membuat Liora merasa tidak enak hati pada keluarga besanya. "Masakannya enak enak banget, jarang banget lho saya makan makanan seenak ini
Bersama Liora, Rusdi dan satpam yang mengaksikan Arisha keluar malam mereka di kumpulkan di ruangan tempat biasa siswa bermasalah. Kiara dengan mulut terbuka ingin sekali menjelaskan semuanya, ia harus mengatakan pada Henry bahwa yang di lihatnya hanyalah sebuah kesalah pahaman dan ia bersama Daffa tidak berbuat apa apa sedangkan ustad Daffa hanya terdiam. Percuma berkata banyak mereka juga sudah terciduk dan bukti sudah menunjukan mereka tengah berduaan akan sulit untuk membuktikan bahwa mereka tidak bersalah hanya pasrah yang dapat di lakukan pria muda itu. "Ab ...!" "Jangan berkata apa pun, Abi sudah terlanjur kecewa pada mu!" ujar Henry menghentikan ucapan Kiara yang belum selesai. "Pria beragama, seorang ustad, panutan bagi santri tapi ternyata kelakuanya seperti ini mengoda wanita yang sudah memiliki istri tengah malam seperti ini?, Apakah kurang kamu menyaksikan pernikahaan kami?, Apa perlu aku mengadakan resepsi pernikahaan besar besar di pesantren ini agar kamu tau Arisha
Kiara hanya memandangi wajah suaminya yang sudah terlelap. Ia membuka jendela kamar dan menyaksikan udara malam. Angin berhembus kencang sepertinya rintikan hujan akan jatuh. Air mata Kiara menetes begitu saja ketika bayangan adik adik asuh melintas di pikiranya. Sangat tidak mungkin jika ia mencoba kabur kembali yang ada akan memperpanjang masalah dan sudah dapat di duganya setelah kejadian ini pasti penjagaan pesantren akan lebih di tingkatkan. "Arisha bisa tidak ya mengurus mereka?" gumam Kiara. Hingga jam menunjukan pukul 3 subuh, Kiara belum dapat memejamkan matanya, hari sudah hampir menuju subuh. Apakah ia benar benar akan meninggalkan adik adiknya tampa berpamitan dahulu?. Pikiranya makin berkecamuk. Arisha juga pasti tidak akan mengetahui hal ini jika ia tidak kesana tapi, apalah dayanya yang sudah tidak dapat berbuat apa apa. Sama seperti Kiara, Daffa juga belum dapat memejamkan matanya. Ustad muda itu juga tidak melaksanakan solat tahajud seperti malam malam sebelumnya k
Ziko mendekatkan bibirnya dengan bibir ranum milik Kiara. Kiara merasakan sentuhan itu dengan jelas. Ia terpaksa harus membuka matanya dan melihat tingkah Ziko. bibirnya sudah tidak dapat berkutik karena sudah di bungkam oleh bibir pria yang ada di hadapanya. Kiara berusaha untuk terus mendorong tubuh kekar Ziko, jangankan tergeser, bergerak saja tidak sepertinya pria ini sudah di kuasai hawa nafsunya dan ia menjadi pelampiasan gairah lelaki muda ini. Merasa mendapat pemberontakan dan tidak mendapat balasan apa pun dari lumatan yang di berikan Ziko pada bibir Kiara. Kini ia mengigit bibir Kiara tampa belas kasihan. Kiara sudah menjerit kesakitan namun, Ziko terus melanjutkan aksinya. Apa yang akan terjadi setelah ini?, ketakutan semakin merangsang Kiara yang sebelumnya tidak pernah melakukan hal seperti ini. Sebisa mungkin Kiara melangkahkan kakinya kebelakang tetapi, langkahnya sudah berada di akhir, ia sudah terbentrok dinding, sudah tidak ada celah baginya untuk menghindar dari
"Ayok Umi kita harus bawa Arisha kerumah sakit!" panik Ziko setelah selesai solat. "Tidak ada rumah sakit di sekitar sini Nak!" jawab Zinida menyingkirkan tangan Ziko yang hendak membopong tubuh Arisha. "Kalau begitu kita bawa ke keklinik terdekat saja tidak mungkin tidak ada klinik!" kekeh Ziko. "Ziko, Arisha tidak papa, ia hanya kelelahan saja sebaiknya kamu angkat istri kamu lagi kedalam kamar dan istrirahatkan dia nanti biar Umi yang buatkan sarapan untuknya sekalian nanti Umi bawakan vitamin untuk istri kamu, kamu tidak perlu panik berlebihan!" sikap tenang Zinida membuat Henry merasa binggung. Menyangkut kesehatan putrinya, Zinida biasanya orang yang paling khawatir, kini ia terlihat sangat tenang seperti tidak terjadi apa apa pada anak mereka. "Ngk Umi, Ziko harus mastiin keadaaan Arisha baik baik saja!" "Ziko, Umi lebih tau yang terbaik untuk anak Umi, Arisha hanya butuh istirahat, dia hanya kelelahan karena olahraga tadi malam!" Zinida mulai memberikan isarat. Liora, R
Hari masih sangat pagi. Daffa tidak memiliki kegiatan apa pun kecuali berkeliling di sekitar pesantren sesekali telinganya harus mendengar cemohan para santri yang menceritainya. Ia ingin sekali menegur anak anak itu karena mengumpat orang lain bukanlah suatu perilaku terpuji namun, ia khawatir jika ia menghampiri para santri itu mereka menganggap ia sedang membela dirinya dan menutupi kesalahanya. Cukup lama Daffa berkeliling namun, tak juga di temukanya ustad Henry. Kemana pria itu?. Di perjalanan Daffa sempat saling berpapasan dengan mertua Arisha namun, dua orang itu membuang arah pandangan wajah mereka kearah lain saat Daffa melemparkan senyuman. Ustad muda itu tidak terlalu mengambil hati. Ia mengerti perasaan mereka sekarang. Orang tua mana yang tidak akan marah ketika mengetahui menantunya tengah berduaan bersama pria lain. Daffa benar benar tidak memiliki teman saat ini. Biasanya saat berkeliling seperti ini akan banyak santri yang menyapa kini yang menegurnya dapat di hitu
Selepas isya Daffa baru kembali ke pesantren dengan tubuh dan wajahnya yang di lumuri keringat. Henry yang sedang berada di depan gerbang pesantren menatap heran pada pria itu. Ia segera mengahampiri Satpam yang membukan gerbang untuk Daffa. "Dari mana kamu Daffa?" tanya Henry memperhatikan penampilan ustad muda kesayangannya dari atas hingga bawah dengan seksama. Hal yang sama juga di lakukan oleh satpam penjaga pesantren. "Saya baru saja pulang dari pasa Ustad!" jawab Daffa tertunduk malu. "Ada keperluan apa kamu ke pasar?" tanya Henry mulai mengintogasi. "Untuk mengisi kegiatan saya selama di non aktifkan dari pesantren saya bekerja di pasar Pak Ustad sebagai kuli panggul untuk tambahan uang bulanan si Mbok!" jujur Daffa. "Sebenarnya saya salut sama kamu. Kamu anak yang pekerja keras dan berbakti sama orang tua kamu tapi, saya juga sudah kecewa sama kamu. Bagaimana bisa kamu terciduk bersama putri saya tengah berduaan!" ujar Henry memegang pundak kanan pria itu. Kiara dan Zik
Ketiganya memasuki sebuah mall besar yang berada di kota ini. Ziko berjalan lebih dulu sedangkan Kiara dan Veora jalan bersampingan dengan sesekali tawa yang terciptanya. Keduanya sudah terlihat kompak walau baru saling mengenal. Veora mengajak Kiara ke beberapa tempat yang di sukainya karena Ziko sudah mengizinkanya untuk memesan barang apa pun yang di perlukanya sedangkan Kiara hanya menurut saja. Veora memilih beberapa pakaian yang menurutnya bagusnya. Kiara hanya melihat barang barang yang di pajang tampa niat sedikit pun untuk mengambilnya. Menurutnya harga di tempat ini tidak realistis terlalu mahal dan mengambil banyak keuntungan. Ia hanya melihat harga harga yang tertera di atasnya. Matanya mengarah pada sebuah pakaianya yang tertulis diskon 75%. Bukanya tertarik pada promo itu justru wanita itu masih membatin. "Diskon 75% tapi harganya masih tiga juta lima ratus terus kalau harga normal gimana?" rutuknya. "Arisha ini bagus tidak?" tanya Veora menghampiri Kiara yang masih be
Veora yang sebelumnya tidak pernah bertatap muka dengan Ziko kini harus seruangan dengan bosnya. Veora duduk berhadapan dengan Ziko dan Kiara yang duduk disebelah lelaki itu. Veora melihat jelas Ziko menatap tulus kearah Kiara. Kiara pun terlihat salting walau tampa bicara. Ada rasa gugup dan masih tidak percaya dalam diri Veora. Selama ini ia hanya dapat melihat Ziko melalui fotonya disosial media dan beberapa figuran yang memperlihatkan wajah lelaki itu dibeberapa ruangan tertentu.Wajah aslinya lebih tampan dari pada yang biasa dilihatnya. Penampilanya cool yang memperlihatkan lelaki ini memiliki sifat keras dan tak acuh. Kulitnya yang sawo matang semakin menunjukan sisi unggulnya yang terlihat lebih manis. Andai ia tidak mendengar kalimat pengakuan Ziko yang sudah memiliki istri mungkin saja ia sudah jatuh hati pada pria tampan ini sejak pertama kali bertemu."Mas!" panggil Kiara memecahkan keheningan diantara mereka. Veora segera tersadar dari lamunanya dan mengalihkan pandangany
"Tolong ya Mbak izinkan saya lewat. Saya hanya ingin mencari suami saya!" Pelayan itu kembali tertawa terbahak bahak. "Lucu ya kamu!" ketusnya dengan tatapan sinisnya dan menginjakan hilsnya dibagian kaki Kiara yang hanya mengunakan pancus yang dibalut oleh kaus kaki. Kiara hanya dapat mengigit bibir bawahnya. Ia ingin sekali mendorong wanita ini dan menjedutkan kepalanya dengan tembok agar bagian terkerasnya hancur dan tidak punya otak sekalian pikirnya. Viora yang baru saja selesai melayani pengunjung yang berada tak jauh dari mereka merasa iba pada Kiara karena ia pernah berada diposisi gadis itu saat pertama kali melamar kerja ia juga di perlakukan sama dengan Kiara dan pelaku yang sama. Viora dapat bekerja ditempat ini juga termasuk karena adanya orang dalam yang membantunya. Dengan mengumpulkan segala keberanianya Viora kembali menghampiri Kiara dan menarik pergelangan tangan Kiara menjauh dari atasan culasnya. Dengan mudah atasan culasnya menarik rambut Viora yang tidak meng
Di dalam mobil hanya ada keheningan diantara mereka. Ziko tidak membuka pembicaraan begitu pun Kiara yang tidak memiliki inisiatif untuk mencari topik. Ziko fokus pada setir mobilnya sedangkan Kiara menatap arah luar dari jendela mobil. Begitu banyak bayangan yang melintas di pikiranya. Ziko membawa mobilnya dengan kecepatan sedang hingga banyak mobil yang lalu lallang melewari mereka."Bagaimana keadaan adik adik ku sekarang. Apakah mereka nurut dengan Arisha?" lamunannya kini mengarah pada asalnya. Tetapi hal itu terjadi hanya dalam hitungan menit tiba tiba saja bayangan serta senyuman ustad Daffa terlintas di benaknya. Sesekali ia juga masih memikirkan ucapan Ziko yang menampakan pria itu masih memandam perasaan yang mendalam pada mantanya. "Sal tolong ambilin minum!" Kiara tidak menoleh sedikit pun. Ziko sedikit melirik kearah Kiara yang sejak tadi hanya terdiam. Ia tidak ingin menganggu wanita itu dan segera mengambil minumnya sendiri dengan mengunakan sebelah tanganya. Meneman
Raut wajah Sera menampakan kebinggungan harus menjawab apa dan hal itu sudah dapat dibaca oleh Ziko. Ziko kembali menatap layar komputernya sembari menunggu jawaban dari sekretarisnya. Selang beberapa menit, ia melihat jam dipergelangan tanganya. "Sera, saya akan menyetujui proposal kamu jika kamu sudah dapat menjawab pertanyaan saya!" ujar Ziko memasang jasnya kembali. "Tapi clien kita meminta proposal harus dikirim nanti paling lambat jam 04.00 sore!" "Jam 04.00 masih lama. Jika kamu karyawan yang jujur kamu dapat menjawab pertanyaan saya dengan mudah dan saya lebih baik kehilangan proyek ini tapi tau kinerja karyawan saya dan saya ingatkan kembali Sera, kamu sudah lama bekerja di perusahaan saya dan kamu taukan konsekuensi apa yang akan saya berikan pada seseorang yang sudah melakukan korupsi!" Sera hanya mengangguk. Ziko menemukan banyaknya kejanggalan di perusahaanya setelah beberapa hari ditinggalkanya. Mulai dari tata letak benda hingga proposal dan laporan yang tidak dapa
Pukul 05.03 Ziko sudah selesai dengan ritual mandinya dan kini ia sudah memakai pakaian kerjanya lengkap dengan jasnya. Di tatapnya Arisha yang masih tertidur pulas. Ia mengerti bahwa gadis itu tengah kelelahan, ia meninggalkan Kiara tampa menganggunya. Ia sengaja untuk tidak mengunci kamar agar Arisha bebas melakukan kegiatan di dalam rumah.Pukul 07.35 Kiara baru terbangun. Ia membuka matanya perlahan, di lihatnya udara yang masih sangat gelap dengan mata samar samarnya, ia kembali menidurkan tubuhnya. Pukul 09.48 Kiara kembali terbangun, ia masih melihat ruangan ini sangat gelap tapi, ia merasa malam terlalu lama, ia terpaksa membuka matanya. Penglihatanya tidak salah. Hari masih begitu gelap. Mengapa dikota waktu malam terasa begitu panjang?" lirihnya. Kiara mulai menormalkan dirinya, menangkap cahaya seadanya yang masuk kedalam matanya. Kakinya mulai digerakanya diarahkanya kejendela kamar. Mata Kiara terbuka sempurna ketika melihat kearah luar yang sudah begitu terang. Ada apa
Dengan penuh amarah dan dendam yang mengingat dalam tubuhnya. Ziko kembali kerumahnya dengan emosi yang membelundak. Ia melempar kunci mobilnya kesembarang arah setelah sampai di kediamanya. Hal pertama yang di hampirinya adalah gudang tempat ia mengurung Kiara. Didapatinya ruangan itu kosong. Ia mulai mencari keberadaan istrinya disetiap sudut ruangan tatapi, nihil ia tidak menemukan keberadaan orang yang dianggapnya bernama Arisha itu.Emosi Ziko semakin membelundak saat ia menemukan sebuah kertas yang memberitaukan jalan keluar dari ruangan gelap ini. Tampa bertanya pun Ziko sudah tau siapa pengirim surat ini. "Bibi!" panggil Ziko dengan nada kerasnya dari tempatnya."Iya Den!" ujar Narsi ketakutan, ia hanya dapat menundukan kepalanya melihat puncak kemarahan majikanya. "Ini apa?" tanya Ziko menatap tajam Narsi dan melemparkan kertas yang ditemukanya kelantai. Narsi diam seribu bahasa ia tidak dapat mengeluarkan kalimat apa pun dari bibirnya. "Jawab Bi!" bentak Ziko lebih keras.
Sungguh pemandangan yang merusak penglihatan Ziko. Tanpa aba aba ia berlari tampa suara dan membalikan tubuh Avandra serta memberikan serangan mendadak pada pria itu tepat di bagian wajahnya. Avandra yang masih kaget hanya terdiam dan menerima perlakuan kasar itu sedangkan Salsa segera menarik tubuh Avandra menjauh dari Ziko. Plakkkkk Penglihatanya yang kurang matang, Ziko malah menghantam bagian punggung Salsa hingga wanita itu terjatuh kelantai dan tidak sadarkan diri. Avandra segera langsung membopong tubuh kekasihnya. Ziko juga tidak tinggal diam, ia mendorong tubuh Avandra menjauh dan langsung melarikan Salsa kemobil. Avandra mengikuti jejak mobil Ziko dari belakang. Ziko tidak sejahat dugaanya, lelaki itu membawa kekasihnya kerumah sakit. Dengan sabar dan rasa panik, Ziko menunggu di kursi yang berada di depan ruangan Salsa di rawat bersama Avandra yang duduk di kursi sedangkan Ziko gelisah tak menentu memikirkan kondisi mantan kekasihnya. "Jika ada sesuatu buruk terjadi pad
Mata Narsi mengarah pada sebuah meja yang tak jauh dari tempatnya. Ia melihat ada buku disana tampa pikir panjang, segera di hampirinya. "Saya tidak bisa menolong mu lebih, berjalanlah terus hingga ke akhir ruangan, disana kamu akan menemukan sebuah lubang dan keluarlah dari sana. Saya mohon jangan memberitau hal ini kepada siapa pun dan robek kertas ini hingga bagian terkecil agar tuan Ziko tidak mengetahui hal yang telah saya lakukan ini!" Selesai menuliskan pesan itu, Narsi kembali ke pintu gudang dan ia menyelipkan kertas itu dari bawah pintu setelah berteriak kecil dan memberikan Kiara isarat setelahnya ia bergegas meninggalkan gudang dan kembali melanjutkan pekerjaanya seolah olah tidak mengetahui apa pun. Kiara membaca secarik kertas yang di berikan Narsi padanya dan mengikuti perintah artnya itu. Benar saja ia menemukan jalan untuk melarikan diri dari ruangan tampa celah ini. Tak lupa ia juga melaksanakan amanah Narsi agar tidak memberitau hal ini kepada siapa pun dengan