"Tolong ya Mbak izinkan saya lewat. Saya hanya ingin mencari suami saya!" Pelayan itu kembali tertawa terbahak bahak. "Lucu ya kamu!" ketusnya dengan tatapan sinisnya dan menginjakan hilsnya dibagian kaki Kiara yang hanya mengunakan pancus yang dibalut oleh kaus kaki. Kiara hanya dapat mengigit bibir bawahnya. Ia ingin sekali mendorong wanita ini dan menjedutkan kepalanya dengan tembok agar bagian terkerasnya hancur dan tidak punya otak sekalian pikirnya. Viora yang baru saja selesai melayani pengunjung yang berada tak jauh dari mereka merasa iba pada Kiara karena ia pernah berada diposisi gadis itu saat pertama kali melamar kerja ia juga di perlakukan sama dengan Kiara dan pelaku yang sama. Viora dapat bekerja ditempat ini juga termasuk karena adanya orang dalam yang membantunya. Dengan mengumpulkan segala keberanianya Viora kembali menghampiri Kiara dan menarik pergelangan tangan Kiara menjauh dari atasan culasnya. Dengan mudah atasan culasnya menarik rambut Viora yang tidak meng
Veora yang sebelumnya tidak pernah bertatap muka dengan Ziko kini harus seruangan dengan bosnya. Veora duduk berhadapan dengan Ziko dan Kiara yang duduk disebelah lelaki itu. Veora melihat jelas Ziko menatap tulus kearah Kiara. Kiara pun terlihat salting walau tampa bicara. Ada rasa gugup dan masih tidak percaya dalam diri Veora. Selama ini ia hanya dapat melihat Ziko melalui fotonya disosial media dan beberapa figuran yang memperlihatkan wajah lelaki itu dibeberapa ruangan tertentu.Wajah aslinya lebih tampan dari pada yang biasa dilihatnya. Penampilanya cool yang memperlihatkan lelaki ini memiliki sifat keras dan tak acuh. Kulitnya yang sawo matang semakin menunjukan sisi unggulnya yang terlihat lebih manis. Andai ia tidak mendengar kalimat pengakuan Ziko yang sudah memiliki istri mungkin saja ia sudah jatuh hati pada pria tampan ini sejak pertama kali bertemu."Mas!" panggil Kiara memecahkan keheningan diantara mereka. Veora segera tersadar dari lamunanya dan mengalihkan pandangany
Ketiganya memasuki sebuah mall besar yang berada di kota ini. Ziko berjalan lebih dulu sedangkan Kiara dan Veora jalan bersampingan dengan sesekali tawa yang terciptanya. Keduanya sudah terlihat kompak walau baru saling mengenal. Veora mengajak Kiara ke beberapa tempat yang di sukainya karena Ziko sudah mengizinkanya untuk memesan barang apa pun yang di perlukanya sedangkan Kiara hanya menurut saja. Veora memilih beberapa pakaian yang menurutnya bagusnya. Kiara hanya melihat barang barang yang di pajang tampa niat sedikit pun untuk mengambilnya. Menurutnya harga di tempat ini tidak realistis terlalu mahal dan mengambil banyak keuntungan. Ia hanya melihat harga harga yang tertera di atasnya. Matanya mengarah pada sebuah pakaianya yang tertulis diskon 75%. Bukanya tertarik pada promo itu justru wanita itu masih membatin. "Diskon 75% tapi harganya masih tiga juta lima ratus terus kalau harga normal gimana?" rutuknya. "Arisha ini bagus tidak?" tanya Veora menghampiri Kiara yang masih be
"Apa ini Mas?" tanya Arisha menatap sebuah map berwarna coklat yang di lempar Ziko kearah tempat tidurnya saat ia sedang merapikan kasurnya. Ia menatap lembar demi lembar dalam berkas itu, adanya kejangkalan yang dilihatnya. "Kamu tanda tangani saja!" pinta Ziko yang kini melemparkan pena kearah wanita itu. Arisha semakin dibuat binggung oleh maksud pria ini. "Kawin kontrak? Pernikahaan kita hanya sampai enam bulan saja? Tidak, aku tidak mau Mas," ujar Arisha yang langsung melempar map itu kearah lain dan menjauhkan darinya. "Apa yang mau kamu pertahankan dari pernikahan kita?, ingat pernikahan ini terjadi bukan karena keinginan kita, ini hanyalah sebuah kesalah pahaman yang membuat kita harus perkawinan ini tampa rencana, aku juga tidak melakukan hal yang aneh pada mu, kita hanya di fitnah!" balas Ziko dengan santai. "Apa pun alasannya perceraian, bukanlah jalan dari awal cerita kita, aku tidak ingin memulai hal dengan niat yang buruk, aku juga yakin Mas di balik semua ini p
Selepas dari gudang gelap itu, Burhan membawa Arisha dan Ziko beserta santriwati yang ikut menyaksikan hal ini kerumah Henry. Malam itu Zinida yang tidur lebih awal harus terbangun dari tidurnya yang sudah hampir sampai kedalam alam mimpinya, ia memang tidur lebih awal karena badanya yang kurang sehat dan saat itu pula Henry sedang berada di luar kota untuk membeli peralatan pesantren yang sudah rusak dan melengkapi fasilitas yang belum tersedia. "Ada apa ini ramai sekali?" tanya Zinida setelah membukakan pintu dan menjawab salam mereka. Setelah menceritakan kejadian yang dilihat Burhan pada kakak iparnya. Zinida langsung menatap anaknya dan Arisha langsung mengeleng secara spontan. Ia ingin membantah kesalah pahaman yang dilihat oleh Burhan namun, omnya ini tidak menginzinkanya berbicara dan ucapan Ziko yang selalu di sanggal oleh Burhan walau sudah berulang kali pria itu menjelaskan. Burhan hanya mempertahankan apa yang dilihatnya. Apalagi pria itu di bantu oleh adanya bukti so
"Bi makananya sudah selesai, yok Pak kita makan dahulu, Nak Ziko mari makanan!" ajak Zinida yang kini menghampiri ketiganya. "Yok Rus kita makan dulu, mari Nak Ziko!" ajak Henry yang langsung bangkit dari duduknya dan berjalan di belakang istrinya. Dimeja makan, Ziko melihat Liora yang sedang menata piring dan ia juga melihat kearah seluruh makanan yang tersedia diatas meja. Tidak ada satu makanan pun yang dapat memikat selera makanya. Hanya ada tumis kangkung, tempe goreng dan juga tahu goreng dan yang sedikit spesial hanya ayam goreng tampa rempah yang tidak memikatnya sedikit pun. "Ziko makanya nanti saja Ma!" ujar Ziko yang hendak meninggalkan meja makan namun, tanganya langsung di cengkal oleh Liora dan mengelengkan kepalanya pada putranya itu agar bersikap baik di rumah orang, walau ia tidak menyukai lauk yang sudah di hidangkan oleh tuan rumah setidaknya ia menghargai dengan memakannya sedikit saja. Dengan malas Ziko duduk disebelah Liora yang sedang menyendok nasi ke p
"Jadi, kamu sebagai pengajar dipesantren ini?" tanya Ziko setelah Naila meninggalkan mereka berdua. Arisha terdiam, bibirnya tiba tiba saja merekah dari kejauhan ia sudah dapat minat Daffa yang sedang berbaur bersama beberapa santri laki laki. Arisha dengan sigap segera melangkahkan kakinya menghampiri lelaki itu. "Ibu Arisha ada apa?" tanya Daffa yang merasa heran di datangi secara tiba tiba apalagi Ziko yang mengikutinya dari belakang. Jika seorang wanita menemui lelaki yang bukan muhramnya bersama suaminya berarti ada sesuatu penting yang di sampaikannya. "Pak Daffa ada jam mengajar?" tanya Arisha tersimpu malu. Ziko hanya dapat memandang kelakuan istrinya ini, mungkin saja ada yang diberitahu Arisha pada ustad yang sudah berada dihadapan mereka, ia tidak boleh menaruh curiga pada istrinya. "Jam mengajar saya sudah selesai Bu, Saya hanya sedang memperhati santri santri saja," jawab Daffa tertunduk. Daffa adalah ustad paling muda dan memiliki ketampanan yang lebih dari peng
Zinida mengurungkan niatnya untuk bergabung dan ia memutuskan untuk menemui Arisha di kamarnya dan menanyakan kondisi putri kesayangan. "Umi!" isak Arisha yang langsung merentangkan kedua tanganya dan siap memeluk wanita yang masih berada di daun pintu. "Kamu kenapa Sayang?" tanya Zinida yang langsung memeluk gadis itu dengan penuh kasih sayang setidaknya dapat meredakan tangisan putri kecilnya yang di paksa dewasa seperti ini. "Arisha belum siap menikah Umi, mental Arisha masih sangat lemah!" aduh Arisha. Zinida semakin yakin kalau menantunya itu sudah berbuat yang tidak baik pada anaknya hingga Arisha terisak seperti ini. Entah apa pun yang sudah di lalukannya tidak akan mendapat dukungan darinya jika melukai hati seorang anak yang terlahir dari rahimnya. "Kamu kenapa Risha? Wajar dalam pernikahan iya terjadi permasalahan apalagi pernikahana kalian baru hitungan jam. Kalian belum saling mengenal makanya, jika saat ini masih sering terjadi kesalah pahaman itu hal wajar. Ka
Ketiganya memasuki sebuah mall besar yang berada di kota ini. Ziko berjalan lebih dulu sedangkan Kiara dan Veora jalan bersampingan dengan sesekali tawa yang terciptanya. Keduanya sudah terlihat kompak walau baru saling mengenal. Veora mengajak Kiara ke beberapa tempat yang di sukainya karena Ziko sudah mengizinkanya untuk memesan barang apa pun yang di perlukanya sedangkan Kiara hanya menurut saja. Veora memilih beberapa pakaian yang menurutnya bagusnya. Kiara hanya melihat barang barang yang di pajang tampa niat sedikit pun untuk mengambilnya. Menurutnya harga di tempat ini tidak realistis terlalu mahal dan mengambil banyak keuntungan. Ia hanya melihat harga harga yang tertera di atasnya. Matanya mengarah pada sebuah pakaianya yang tertulis diskon 75%. Bukanya tertarik pada promo itu justru wanita itu masih membatin. "Diskon 75% tapi harganya masih tiga juta lima ratus terus kalau harga normal gimana?" rutuknya. "Arisha ini bagus tidak?" tanya Veora menghampiri Kiara yang masih be
Veora yang sebelumnya tidak pernah bertatap muka dengan Ziko kini harus seruangan dengan bosnya. Veora duduk berhadapan dengan Ziko dan Kiara yang duduk disebelah lelaki itu. Veora melihat jelas Ziko menatap tulus kearah Kiara. Kiara pun terlihat salting walau tampa bicara. Ada rasa gugup dan masih tidak percaya dalam diri Veora. Selama ini ia hanya dapat melihat Ziko melalui fotonya disosial media dan beberapa figuran yang memperlihatkan wajah lelaki itu dibeberapa ruangan tertentu.Wajah aslinya lebih tampan dari pada yang biasa dilihatnya. Penampilanya cool yang memperlihatkan lelaki ini memiliki sifat keras dan tak acuh. Kulitnya yang sawo matang semakin menunjukan sisi unggulnya yang terlihat lebih manis. Andai ia tidak mendengar kalimat pengakuan Ziko yang sudah memiliki istri mungkin saja ia sudah jatuh hati pada pria tampan ini sejak pertama kali bertemu."Mas!" panggil Kiara memecahkan keheningan diantara mereka. Veora segera tersadar dari lamunanya dan mengalihkan pandangany
"Tolong ya Mbak izinkan saya lewat. Saya hanya ingin mencari suami saya!" Pelayan itu kembali tertawa terbahak bahak. "Lucu ya kamu!" ketusnya dengan tatapan sinisnya dan menginjakan hilsnya dibagian kaki Kiara yang hanya mengunakan pancus yang dibalut oleh kaus kaki. Kiara hanya dapat mengigit bibir bawahnya. Ia ingin sekali mendorong wanita ini dan menjedutkan kepalanya dengan tembok agar bagian terkerasnya hancur dan tidak punya otak sekalian pikirnya. Viora yang baru saja selesai melayani pengunjung yang berada tak jauh dari mereka merasa iba pada Kiara karena ia pernah berada diposisi gadis itu saat pertama kali melamar kerja ia juga di perlakukan sama dengan Kiara dan pelaku yang sama. Viora dapat bekerja ditempat ini juga termasuk karena adanya orang dalam yang membantunya. Dengan mengumpulkan segala keberanianya Viora kembali menghampiri Kiara dan menarik pergelangan tangan Kiara menjauh dari atasan culasnya. Dengan mudah atasan culasnya menarik rambut Viora yang tidak meng
Di dalam mobil hanya ada keheningan diantara mereka. Ziko tidak membuka pembicaraan begitu pun Kiara yang tidak memiliki inisiatif untuk mencari topik. Ziko fokus pada setir mobilnya sedangkan Kiara menatap arah luar dari jendela mobil. Begitu banyak bayangan yang melintas di pikiranya. Ziko membawa mobilnya dengan kecepatan sedang hingga banyak mobil yang lalu lallang melewari mereka."Bagaimana keadaan adik adik ku sekarang. Apakah mereka nurut dengan Arisha?" lamunannya kini mengarah pada asalnya. Tetapi hal itu terjadi hanya dalam hitungan menit tiba tiba saja bayangan serta senyuman ustad Daffa terlintas di benaknya. Sesekali ia juga masih memikirkan ucapan Ziko yang menampakan pria itu masih memandam perasaan yang mendalam pada mantanya. "Sal tolong ambilin minum!" Kiara tidak menoleh sedikit pun. Ziko sedikit melirik kearah Kiara yang sejak tadi hanya terdiam. Ia tidak ingin menganggu wanita itu dan segera mengambil minumnya sendiri dengan mengunakan sebelah tanganya. Meneman
Raut wajah Sera menampakan kebinggungan harus menjawab apa dan hal itu sudah dapat dibaca oleh Ziko. Ziko kembali menatap layar komputernya sembari menunggu jawaban dari sekretarisnya. Selang beberapa menit, ia melihat jam dipergelangan tanganya. "Sera, saya akan menyetujui proposal kamu jika kamu sudah dapat menjawab pertanyaan saya!" ujar Ziko memasang jasnya kembali. "Tapi clien kita meminta proposal harus dikirim nanti paling lambat jam 04.00 sore!" "Jam 04.00 masih lama. Jika kamu karyawan yang jujur kamu dapat menjawab pertanyaan saya dengan mudah dan saya lebih baik kehilangan proyek ini tapi tau kinerja karyawan saya dan saya ingatkan kembali Sera, kamu sudah lama bekerja di perusahaan saya dan kamu taukan konsekuensi apa yang akan saya berikan pada seseorang yang sudah melakukan korupsi!" Sera hanya mengangguk. Ziko menemukan banyaknya kejanggalan di perusahaanya setelah beberapa hari ditinggalkanya. Mulai dari tata letak benda hingga proposal dan laporan yang tidak dapa
Pukul 05.03 Ziko sudah selesai dengan ritual mandinya dan kini ia sudah memakai pakaian kerjanya lengkap dengan jasnya. Di tatapnya Arisha yang masih tertidur pulas. Ia mengerti bahwa gadis itu tengah kelelahan, ia meninggalkan Kiara tampa menganggunya. Ia sengaja untuk tidak mengunci kamar agar Arisha bebas melakukan kegiatan di dalam rumah.Pukul 07.35 Kiara baru terbangun. Ia membuka matanya perlahan, di lihatnya udara yang masih sangat gelap dengan mata samar samarnya, ia kembali menidurkan tubuhnya. Pukul 09.48 Kiara kembali terbangun, ia masih melihat ruangan ini sangat gelap tapi, ia merasa malam terlalu lama, ia terpaksa membuka matanya. Penglihatanya tidak salah. Hari masih begitu gelap. Mengapa dikota waktu malam terasa begitu panjang?" lirihnya. Kiara mulai menormalkan dirinya, menangkap cahaya seadanya yang masuk kedalam matanya. Kakinya mulai digerakanya diarahkanya kejendela kamar. Mata Kiara terbuka sempurna ketika melihat kearah luar yang sudah begitu terang. Ada apa
Dengan penuh amarah dan dendam yang mengingat dalam tubuhnya. Ziko kembali kerumahnya dengan emosi yang membelundak. Ia melempar kunci mobilnya kesembarang arah setelah sampai di kediamanya. Hal pertama yang di hampirinya adalah gudang tempat ia mengurung Kiara. Didapatinya ruangan itu kosong. Ia mulai mencari keberadaan istrinya disetiap sudut ruangan tatapi, nihil ia tidak menemukan keberadaan orang yang dianggapnya bernama Arisha itu.Emosi Ziko semakin membelundak saat ia menemukan sebuah kertas yang memberitaukan jalan keluar dari ruangan gelap ini. Tampa bertanya pun Ziko sudah tau siapa pengirim surat ini. "Bibi!" panggil Ziko dengan nada kerasnya dari tempatnya."Iya Den!" ujar Narsi ketakutan, ia hanya dapat menundukan kepalanya melihat puncak kemarahan majikanya. "Ini apa?" tanya Ziko menatap tajam Narsi dan melemparkan kertas yang ditemukanya kelantai. Narsi diam seribu bahasa ia tidak dapat mengeluarkan kalimat apa pun dari bibirnya. "Jawab Bi!" bentak Ziko lebih keras.
Sungguh pemandangan yang merusak penglihatan Ziko. Tanpa aba aba ia berlari tampa suara dan membalikan tubuh Avandra serta memberikan serangan mendadak pada pria itu tepat di bagian wajahnya. Avandra yang masih kaget hanya terdiam dan menerima perlakuan kasar itu sedangkan Salsa segera menarik tubuh Avandra menjauh dari Ziko. Plakkkkk Penglihatanya yang kurang matang, Ziko malah menghantam bagian punggung Salsa hingga wanita itu terjatuh kelantai dan tidak sadarkan diri. Avandra segera langsung membopong tubuh kekasihnya. Ziko juga tidak tinggal diam, ia mendorong tubuh Avandra menjauh dan langsung melarikan Salsa kemobil. Avandra mengikuti jejak mobil Ziko dari belakang. Ziko tidak sejahat dugaanya, lelaki itu membawa kekasihnya kerumah sakit. Dengan sabar dan rasa panik, Ziko menunggu di kursi yang berada di depan ruangan Salsa di rawat bersama Avandra yang duduk di kursi sedangkan Ziko gelisah tak menentu memikirkan kondisi mantan kekasihnya. "Jika ada sesuatu buruk terjadi pad
Mata Narsi mengarah pada sebuah meja yang tak jauh dari tempatnya. Ia melihat ada buku disana tampa pikir panjang, segera di hampirinya. "Saya tidak bisa menolong mu lebih, berjalanlah terus hingga ke akhir ruangan, disana kamu akan menemukan sebuah lubang dan keluarlah dari sana. Saya mohon jangan memberitau hal ini kepada siapa pun dan robek kertas ini hingga bagian terkecil agar tuan Ziko tidak mengetahui hal yang telah saya lakukan ini!" Selesai menuliskan pesan itu, Narsi kembali ke pintu gudang dan ia menyelipkan kertas itu dari bawah pintu setelah berteriak kecil dan memberikan Kiara isarat setelahnya ia bergegas meninggalkan gudang dan kembali melanjutkan pekerjaanya seolah olah tidak mengetahui apa pun. Kiara membaca secarik kertas yang di berikan Narsi padanya dan mengikuti perintah artnya itu. Benar saja ia menemukan jalan untuk melarikan diri dari ruangan tampa celah ini. Tak lupa ia juga melaksanakan amanah Narsi agar tidak memberitau hal ini kepada siapa pun dengan