Diruang tulis vionna....
Pemandangan interior ruang tulis Vionna.Ruangan itu tenang, cahaya lembut yang masuk dari jendela memberikan suasana yang nyaman.Vionna duduk dengan tegang di depan layar komputernya, matanya terpaku pada inbox email yang terbuka.Dia terlihat gelisah, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja secara tak sadar, mengecek layar komputernya dengan harap-harap cemas.Setiap kali tidak ada notifikasi baru, ekspresi kecewa tergambar di wajahnya.Vionna: (berbisik dalam kegelisahan) Tolong, berikan kabar baik, respon apa pun. Ini menegangkan.Vionna menarik nafas panjang, menutup matanya sejenak, mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum melanjutkan mengetik.Dia memulai menulis kembali, tangannya terus bergerak di keyboard, tetapi matanya terus bergerak ke layar seolah menantikan pesan baru.Vionna: (berbisik dalam hati) Aku tahu ini proses yang panjang, tapi rasanya tak tertahankan. Apa kabar, apakah mereka menyukainya?Montase menunjukkan Vionna dalam rutinitas sehari-hari. Dia memasak sambil mengamati ponselnya yang diletakkan di meja dapur, terlihat was-was setiap kali ada notifikasi masuk. Saat merawat Jennie, dia mengamati layar ponselnya saat menghibur anaknya dengan buku cerita.Tapi kecemasan Vionna terus memuncak setiap kali ponselnya tetap sunyi.Vionna: (menatap ponsel sambil mencoba tetap tenang) Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Mereka pasti akan memberi kabar.Vionna mencoba menyembunyikan kecemasan yang membayangi kehadirannya dalam menjalani rutinitas sehari-hari.Vionna bertemu dengan sahabatnya Vanesa di taman.Mereka berbicara tentang kegelisahan Vionna terkait bukunya.Vanesa: Apakah sudah ada kabar dari penerbit?Vionna: Belum, dan rasanya semakin sulit untuk menunggu. Saya begitu ingin tahu bagaimana mereka meresponsnya.Vanesa: Percayalah, Vionna. Karyamu luar biasa. Mereka pasti akan mengapresiasinya.Vionna tersenyum tipis, tetapi ekspresi gelisahnya masih terlihat jelas.Akhirnya Vionna memutuskan untuk kembali kerumahnya...Setelah sampai dirumah Vionna duduk sendirian di kursi ruang tamu dengan secangkir teh di tangannya. Dia menatap kejauhan, matanya penuh dengan keragu-raguan.Dia membuka pesan di ponselnya, matanya berbinar sejenak sebelum kembali terdiam dalam ketegangan.Vionna: (dalam keheningan) Aku tidak bisa terus begini. Tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Bagaimana jika mereka menolaknya?Vionna menyesap tehnya, mencoba menenangkan pikirannya yang gelisah.Selang beberapa lama David menyusul Vionna yang sedang duduk sendirian di ruang tamu.Vionna duduk di ruang keluarga dengan suaminya.Mereka terlihat berbicara, tetapi atmosfernya dingin dan ketegangan terasa.David: Kamu selalu terlihat gelisah belakangan ini. Ada masalah?Vionna: Hanya menunggu kabar dari penerbit, itu saja.Suasana hening sejenak terjadi, menegaskan kesenjangan antara mereka.Hati mereka yang makin lama makin mati membuat keheningan itu tercipta di kehidupan keluarganya.Karena kegelisahan hati Vionna ketika duduk bersama suaminya Vionna memutuskan untuk pergi ke kamarnya.Vionna: Aku hari ini sangat lelah aku ingin istirahatdalih Vionna untuk menjauhi David.David: Apakah hatimu masih membenciku Vionna?Vionna hanya terdiam sambil menahan airmatanya dan berjalan menuju kamar tidurnya.Saat menutup pintu kamarnya Vionna berkata pada dirinya sendiri bahwa Aku harus fokus pada karier ku bukan pada yang lainya.Vionna berjalan menuju cermin di kamar tidur, menatap refleksinya. Dia mengatur posisi dan mengambil napas panjang.Vionna: (dengan mantap) Kita telah bekerja keras, Vionna. Dan aku yakin, hasilnya akan memuaskan. Bersabarlah.Dia memberi senyum tipis pada cermin sebelum kembali ke ruang tulisnya.Waktu menunjukkan perubahan musim, tumbuhnya Jennie, dan kerapuhan yang semakin mendalam dalam ketidakpastian Vionna.Vionna, duduk di ruang tulisnya, mengamati inbox emailnya. Tiba-tiba, pesan masuk dari penerbit masuk.Dia menahan napasnya sejenak, mencoba menyiapkan diri sebelum membuka pesan itu.Layar komputernya menjadi gelap sejenak sebelum menunjukkan isi dari email tersebut. ini menciptakan lapisan emosional yang mendalam dalam proses penantian Vionna.Ekspresi gelisah, kecemasan, keraguan, dan ketegangan yang merajalela saat dia menunggu respon dari penerbit, semuanya menghadirkan nuansa yang kuat dalam pengungkapan psikologis Vionna.Layar komputernya menjadi gelap sejenak sebelum menunjukkan isi dari email tersebut.Vionna membaca dengan intens, matanya bergerak dengan cepat sambil tangannya menutupi mulutnya dalam kebingungan.Vionna: (dalam kegembiraan) Mereka mau menerbitkannya!Dengan wajah berseri-seri, Vionna membiarkan kebahagiaannya terpancar.Ekspresi lega menyelimuti wajahnya, dan tangannya gemetar saat mengeklik tombol "Balas".Vionna: (dalam kelegaan) Terima kasih banyak! Saya sangat berterima kasih atas kesempatan ini.Vionna berlari ke ruang keluarga, mengumumkan kabar baik kepada suaminya dan Jennie. Mereka merayakan kesuksesannya bersama-sama.Sejenak Vionna melupakan masalah perselingkuhan David karena dia berhasil selangkah menuju kariernya.Vionna: Mereka tertarik untuk menerbitkan novelku!Suaminya tersenyum, sementara Jennie, dengan penuh semangat, berlari untuk memberikan pelukan kepada ibunya.Jennie: Mama, kamu hebat sekali!Vionna memeluk Jennie erat, matanya berkaca-kaca.Vionna: Kita semua sudah melalui proses yang panjang. Terima kasih, karena selalu ada di sini di samping mama.Vionna kembali ke ruang tulisnya, tetapi kali ini dengan semangat baru.Dia mulai merencanakan langkah selanjutnya, tetapi kekhawatirannya tentang tanggung jawab baru yang akan dia hadapi terlihat di wajahnya.Vionna: (dalam batin) Berita yang luar biasa. Tapi ini juga awal dari tanggung jawab yang besar.Dengan ekspresi resolusi, Vionna kembali mengetik, kali ini mempersiapkan diri untuk tahap berikutnya dalam perjalanannya sebagai seorang penulis.Dalam pemandangan terakhir, Vionna kembali duduk di meja tulisnya.Dia menatap layar komputernya dengan semangat yang baru, mengetik dengan kepastian dan tekad.Wajahnya penuh harapan dan semangat untuk mengejar impian yang selama ini ia idamkan.Vionna: (berbisik pada dirinya sendiri) Inilah awal dari perjalanan yang luar biasa. Saya tidak akan melepaskan kesempatan ini.Dengan kepastian yang tak tergoyahkan, Vionna terus mengetik, menyusun bagian-bagian berikut dari kisah hidupnya dalam novelnya. ini menunjukkan kesuksesan Vionna dalam menaklukkan rasa takut, kegundahan, dan kekhawatirannya saat dia mendapatkan keberhasilan pertama dalam perjalanannya sebagai seorang penulis.Ini merupakan titik awal bagi Vionna dalam mewujudkan impian.Vionna dan David semakin merasakan ketidakhangatan dalam komunikasi mereka, baik di media sosial maupun di dunia nyata. Walaupun mereka hidup di lingkungan yang sama, tapi hubungan mereka seperti semakin jauh dan dingin.Pada awalnya, mereka masih terhubung lewat media sosial, berbagi sesekali tentang kegiatan sehari-hari atau hal-hal yang mungkin menarik. Namun, setiap kali mereka mencoba berbicara secara langsung, keheningan dan ketidaknyamanan terjadi.Di dunia nyata, setiap interaksi mereka dipenuhi dengan keheningan yang membebani. Obrolan yang kosong, terasa kaku, dan canggung. Mereka merasa semakin terasing satu sama lain.Ketidaknyamanan itu terasa bahkan ketika Vionna dan David bersama Jennie. Kedua orang tua ini berusaha menciptakan suasana hangat, tetapi ketegangan di antara mereka terasa begitu kuat sehingga bahkan Jennie bisa merasakannya.Setiap kali mereka mencoba untuk berbicara tentang hubungan mereka, keheningan yang tegang menghantui percakapan mereka. Dalam si
Di suatu senja yang tenang, keluarga David berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Vionna sibuk mempersiapkan hidangan yang lezat sementara David membantu Jennie menata meja makan.Aroma daging panggang yang gurih dan sayuran segar yang baru matang pun mulai menyelimuti seluruh rumah. Sebagai semangat tambahan, lampu-lampu remang-remang memancarkan cahaya yang hangat, menciptakan suasana yang nyaman.Jennie dengan antusias menceritakan kisahnya di sekolah kepada kedua orangtuanya, sambil menunjukkan lukisannya yang baru selesai. Vionna dan David dengan senang hati mendengarkan cerita-cerita kecil Jennie sambil tertawa dan memberikan pujian atas karyanya.Saat makan malam dimulai, suasananya penuh kebahagiaan. Mereka saling berbagi cerita, tertawa, dan menikmati hidangan dengan penuh selera. Ketika waktu berlalu, mereka menikmati momen kebersamaan yang sederhana namun sangat berarti.Saat makan malam selesai, Vionna dan David membersihkan meja, sementara Jennie pergi ke kamar
Di pagi yang cerah, keluarga kecil itu bersiap-siap untuk liburan menyenangkan. Mereka berkumpul di ruang keluarga, membahas rencana dan membawa koper serta barang-barang penting.Vionna: "Ayo, kita akan memiliki waktu yang luar biasa bersama. Ini akan menjadi liburan yang menyenangkan."David: "Benar, ini kesempatan untuk bersama-sama tanpa gangguan."Jennie, dengan senyum cerahnya, meraih koper kecilnya: "Saya sudah siap, Mama dan Papa!"Mereka berangkat menuju destinasi liburan mereka yang indah. Perjalanan penuh tawa, canda, dan momen kebersamaan membuat hubungan di antara mereka semakin erat.Namun, ketika malam tiba, Vionna merasa ada sesuatu yang mengganggu ketenangan hatinya. Di sudut ruangan hotel, dia duduk sendirian, mencermati jendela yang memperlihatkan pemandangan malam yang cantik.Vionna: "Ada sesuatu yang membuatku merasa cemas, David. Bisakah kita bicara?"David: "Tentu, sayang. Ada apa?"Vionna mengungkapkan kekhawatirannya tentang hubungan mereka dan bagaimana pe
Suatu hari, di antara dinding-dinding rumah baru mereka yang membawa beban rahasia, terdengar suara musik yang lembut dari ruang tamu. Vionna, yang sekarang lebih dikenal sebagai Angela, duduk di kursi sofa dengan senyuman tipis di wajahnya. Di hadapannya, lembaran kertas kosong dan pena tergeletak, menunggu sentuhan kreatifnya.Vionna memulai menulis kembali, mencurahkan perasaannya ke dalam kata-kata. Setiap gugup dan kebingungan, setiap kehampaan dan kekecewaan, semua tersaji dalam alur ceritanya. Itu bukan hanya sekadar kisah fiksi itu adalah bentuk terapi, jalan keluar bagi Vionna untuk melepaskan beban perasaannya.David, yang kini berganti nama menjadi Vincenzo, memutuskan untuk mencoba mendekati Vionna. Meski terbatas oleh tekanan dari dunia mafioso, keinginannya untuk menyatukan kembali keluarga tidak pernah pudar. Di malam yang hening, ia duduk di samping Vionna dengan mata penuh penyesalan.David: (dengan nada lembut) Angela, bisakah kita bicara?Vionna, tanpa menatapny
Setelah berbagai perjalanan emosional dan transformasi pribadi, Vionna, David, dan Jennie memutuskan untuk kembali ke kota asal mereka. Keputusan ini diambil setelah mereka berhasil menyelesaikan masalah dan menemukan keseimbangan baru dalam kehidupan mereka.Kembali ke kota asal memberikan mereka kesempatan untuk memulai kembali dan membangun kembali akar-akar yang pernah terputus. Mereka memilih untuk tinggal di rumah yang pernah menjadi saksi berbagai peristiwa dalam perjalanan hidup mereka.setelah melewati waktu yang panjang dalam perjalanan pulang mereka, sampailah mereka di rumah mereka di kota asal mereka.Ketika mereka memasuki rumah itu, aroma kenangan datang menghampiri. Ruangan itu terisi dengan riuh rendah tawa dan suka cita.Meskipun masa lalu mereka penuh dengan tantangan, rumah itu seakan-akan menyambut mereka dengan tangan terbuka, memberikan kesempatan baru untuk membangun kenangan yang lebih baik.Vionna kembali menyalakan kembali hasrat menulisnya dan memulai pr
Suatu pagi yang cerah, Vionna duduk sendirian di meja makan. David tampak sibuk dengan panggilan bisnis yang mendesak. Jennie, yang kini sudah remaja, keluar rumah dengan wajah serius, menyembunyikan sesuatu di balik senyum palsunya.Vionna: (berbisik pada dirinya sendiri) Apa yang terjadi pada kita?Vionna merasa kehampaan merayap di hatinya. Hubungan dengan David menjadi rutin dan dingin, tak seperti masa lalu. Jennie juga semakin menjauh, menyimpan rahasia yang tak ingin dibagikan.Malam harinya, Vionna ditemukan sendirian di ruang kerjanya, memandangi layar laptop tanpa inspirasi. Ia mencoba menulis, tetapi kata-kata tidak lagi mengalir begitu saja. Masa lalu yang indah terasa semakin jauh, seperti bayang-bayang yang merayap dalam kegelapan.Keesokan paginya, David kembali terburu-buru pergi. Jennie menyampaikan bahwa dia akan menghabiskan waktu bersama teman-temannya, meninggalkan Vionna sendirian di rumah yang kian hampa.Vionna berjalan-jalan di taman belakang, mencoba menemuka
Setelah kembali ke kota asal, Vionna merasa gairah kembali dalam mengejar passion-nya sebagai penulis. Dia mulai menerbitkan karya-karyanya yang luar biasa dan mendapatkan apresiasi dari pembaca setianya. Setiap kata yang ia tulis seperti menyiratkan kisah hidupnya yang penuh warna.Tanpa memikirkan apa yang terjadi di masa lalu vionna berharap cerita hidupnya berjalan sesuai dengan apa yang dia mau.Sementara itu, David memutuskan untuk membuka kembali bisnis keluarga yang sempat ditinggalkan. Dengan semangat baru dan pengalaman yang kaya, Giovani & Co. menjadi perusahaan yang sukses dan dikenal di berbagai penjuru.Jennie, yang semakin dewasa, mengejar bakat seninya. Ia menghadiri sekolah seni bergengsi dan mendapatkan penghargaan atas lukisan-lukisannya yang indah. Kecemerlangannya di dunia seni menjadi kebanggaan bagi keluarga.Namun, di balik kebahagiaan itu, masih ada bekas luka masa lalu yang perlu diatasi. Vionna mulai membuka diri kepada David tentang perasaannya. Keduanya me
Vionna menatap layar laptopnya dengan mata lelah. Keheningan ruangan kerjanya hanya terganggu oleh suara ketikan keyboard yang lembut. Pikirannya melayang jauh, merenung tentang hidupnya yang berubah setelah kembali dari Italia.Hari-hari terasa monoton. David, yang kini kembali menjadi David, CEO sebuah perusahaan sukses, sibuk dengan pekerjaannya. Jennie, yang kini duduk di bangku SMA, juga terlibat dalam kegiatannya sendiri.Vionna merenung tentang kehidupan yang dulu penuh warna di Italia, saat mereka bersembunyi di balik nama palsu. Saat-saat bahagia, meskipun singkat, menjadi kenangan indah yang kontras dengan kehidupan sekarang.Suasana hening terasa seperti memahkotai kekosongan yang menyelinap ke dalam hatinya. Vionna mencoba memfokuskan diri pada pekerjaannya sebagai penulis, tetapi cerita-cerita yang tercipta kini tidak lagi sehidup dan semeriah kisah fiksi yang dia ciptakan di masa lalu.Di tengah keheningan, ponsel Vionna berdering, memecah kesunyian. Saat dia melihat laya
Vionna menatap layar laptopnya dengan mata lelah. Keheningan ruangan kerjanya hanya terganggu oleh suara ketikan keyboard yang lembut. Pikirannya melayang jauh, merenung tentang hidupnya yang berubah setelah kembali dari Italia.Hari-hari terasa monoton. David, yang kini kembali menjadi David, CEO sebuah perusahaan sukses, sibuk dengan pekerjaannya. Jennie, yang kini duduk di bangku SMA, juga terlibat dalam kegiatannya sendiri.Vionna merenung tentang kehidupan yang dulu penuh warna di Italia, saat mereka bersembunyi di balik nama palsu. Saat-saat bahagia, meskipun singkat, menjadi kenangan indah yang kontras dengan kehidupan sekarang.Suasana hening terasa seperti memahkotai kekosongan yang menyelinap ke dalam hatinya. Vionna mencoba memfokuskan diri pada pekerjaannya sebagai penulis, tetapi cerita-cerita yang tercipta kini tidak lagi sehidup dan semeriah kisah fiksi yang dia ciptakan di masa lalu.Di tengah keheningan, ponsel Vionna berdering, memecah kesunyian. Saat dia melihat laya
Setelah kembali ke kota asal, Vionna merasa gairah kembali dalam mengejar passion-nya sebagai penulis. Dia mulai menerbitkan karya-karyanya yang luar biasa dan mendapatkan apresiasi dari pembaca setianya. Setiap kata yang ia tulis seperti menyiratkan kisah hidupnya yang penuh warna.Tanpa memikirkan apa yang terjadi di masa lalu vionna berharap cerita hidupnya berjalan sesuai dengan apa yang dia mau.Sementara itu, David memutuskan untuk membuka kembali bisnis keluarga yang sempat ditinggalkan. Dengan semangat baru dan pengalaman yang kaya, Giovani & Co. menjadi perusahaan yang sukses dan dikenal di berbagai penjuru.Jennie, yang semakin dewasa, mengejar bakat seninya. Ia menghadiri sekolah seni bergengsi dan mendapatkan penghargaan atas lukisan-lukisannya yang indah. Kecemerlangannya di dunia seni menjadi kebanggaan bagi keluarga.Namun, di balik kebahagiaan itu, masih ada bekas luka masa lalu yang perlu diatasi. Vionna mulai membuka diri kepada David tentang perasaannya. Keduanya me
Suatu pagi yang cerah, Vionna duduk sendirian di meja makan. David tampak sibuk dengan panggilan bisnis yang mendesak. Jennie, yang kini sudah remaja, keluar rumah dengan wajah serius, menyembunyikan sesuatu di balik senyum palsunya.Vionna: (berbisik pada dirinya sendiri) Apa yang terjadi pada kita?Vionna merasa kehampaan merayap di hatinya. Hubungan dengan David menjadi rutin dan dingin, tak seperti masa lalu. Jennie juga semakin menjauh, menyimpan rahasia yang tak ingin dibagikan.Malam harinya, Vionna ditemukan sendirian di ruang kerjanya, memandangi layar laptop tanpa inspirasi. Ia mencoba menulis, tetapi kata-kata tidak lagi mengalir begitu saja. Masa lalu yang indah terasa semakin jauh, seperti bayang-bayang yang merayap dalam kegelapan.Keesokan paginya, David kembali terburu-buru pergi. Jennie menyampaikan bahwa dia akan menghabiskan waktu bersama teman-temannya, meninggalkan Vionna sendirian di rumah yang kian hampa.Vionna berjalan-jalan di taman belakang, mencoba menemuka
Setelah berbagai perjalanan emosional dan transformasi pribadi, Vionna, David, dan Jennie memutuskan untuk kembali ke kota asal mereka. Keputusan ini diambil setelah mereka berhasil menyelesaikan masalah dan menemukan keseimbangan baru dalam kehidupan mereka.Kembali ke kota asal memberikan mereka kesempatan untuk memulai kembali dan membangun kembali akar-akar yang pernah terputus. Mereka memilih untuk tinggal di rumah yang pernah menjadi saksi berbagai peristiwa dalam perjalanan hidup mereka.setelah melewati waktu yang panjang dalam perjalanan pulang mereka, sampailah mereka di rumah mereka di kota asal mereka.Ketika mereka memasuki rumah itu, aroma kenangan datang menghampiri. Ruangan itu terisi dengan riuh rendah tawa dan suka cita.Meskipun masa lalu mereka penuh dengan tantangan, rumah itu seakan-akan menyambut mereka dengan tangan terbuka, memberikan kesempatan baru untuk membangun kenangan yang lebih baik.Vionna kembali menyalakan kembali hasrat menulisnya dan memulai pr
Suatu hari, di antara dinding-dinding rumah baru mereka yang membawa beban rahasia, terdengar suara musik yang lembut dari ruang tamu. Vionna, yang sekarang lebih dikenal sebagai Angela, duduk di kursi sofa dengan senyuman tipis di wajahnya. Di hadapannya, lembaran kertas kosong dan pena tergeletak, menunggu sentuhan kreatifnya.Vionna memulai menulis kembali, mencurahkan perasaannya ke dalam kata-kata. Setiap gugup dan kebingungan, setiap kehampaan dan kekecewaan, semua tersaji dalam alur ceritanya. Itu bukan hanya sekadar kisah fiksi itu adalah bentuk terapi, jalan keluar bagi Vionna untuk melepaskan beban perasaannya.David, yang kini berganti nama menjadi Vincenzo, memutuskan untuk mencoba mendekati Vionna. Meski terbatas oleh tekanan dari dunia mafioso, keinginannya untuk menyatukan kembali keluarga tidak pernah pudar. Di malam yang hening, ia duduk di samping Vionna dengan mata penuh penyesalan.David: (dengan nada lembut) Angela, bisakah kita bicara?Vionna, tanpa menatapny
Di pagi yang cerah, keluarga kecil itu bersiap-siap untuk liburan menyenangkan. Mereka berkumpul di ruang keluarga, membahas rencana dan membawa koper serta barang-barang penting.Vionna: "Ayo, kita akan memiliki waktu yang luar biasa bersama. Ini akan menjadi liburan yang menyenangkan."David: "Benar, ini kesempatan untuk bersama-sama tanpa gangguan."Jennie, dengan senyum cerahnya, meraih koper kecilnya: "Saya sudah siap, Mama dan Papa!"Mereka berangkat menuju destinasi liburan mereka yang indah. Perjalanan penuh tawa, canda, dan momen kebersamaan membuat hubungan di antara mereka semakin erat.Namun, ketika malam tiba, Vionna merasa ada sesuatu yang mengganggu ketenangan hatinya. Di sudut ruangan hotel, dia duduk sendirian, mencermati jendela yang memperlihatkan pemandangan malam yang cantik.Vionna: "Ada sesuatu yang membuatku merasa cemas, David. Bisakah kita bicara?"David: "Tentu, sayang. Ada apa?"Vionna mengungkapkan kekhawatirannya tentang hubungan mereka dan bagaimana pe
Di suatu senja yang tenang, keluarga David berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Vionna sibuk mempersiapkan hidangan yang lezat sementara David membantu Jennie menata meja makan.Aroma daging panggang yang gurih dan sayuran segar yang baru matang pun mulai menyelimuti seluruh rumah. Sebagai semangat tambahan, lampu-lampu remang-remang memancarkan cahaya yang hangat, menciptakan suasana yang nyaman.Jennie dengan antusias menceritakan kisahnya di sekolah kepada kedua orangtuanya, sambil menunjukkan lukisannya yang baru selesai. Vionna dan David dengan senang hati mendengarkan cerita-cerita kecil Jennie sambil tertawa dan memberikan pujian atas karyanya.Saat makan malam dimulai, suasananya penuh kebahagiaan. Mereka saling berbagi cerita, tertawa, dan menikmati hidangan dengan penuh selera. Ketika waktu berlalu, mereka menikmati momen kebersamaan yang sederhana namun sangat berarti.Saat makan malam selesai, Vionna dan David membersihkan meja, sementara Jennie pergi ke kamar
Vionna dan David semakin merasakan ketidakhangatan dalam komunikasi mereka, baik di media sosial maupun di dunia nyata. Walaupun mereka hidup di lingkungan yang sama, tapi hubungan mereka seperti semakin jauh dan dingin.Pada awalnya, mereka masih terhubung lewat media sosial, berbagi sesekali tentang kegiatan sehari-hari atau hal-hal yang mungkin menarik. Namun, setiap kali mereka mencoba berbicara secara langsung, keheningan dan ketidaknyamanan terjadi.Di dunia nyata, setiap interaksi mereka dipenuhi dengan keheningan yang membebani. Obrolan yang kosong, terasa kaku, dan canggung. Mereka merasa semakin terasing satu sama lain.Ketidaknyamanan itu terasa bahkan ketika Vionna dan David bersama Jennie. Kedua orang tua ini berusaha menciptakan suasana hangat, tetapi ketegangan di antara mereka terasa begitu kuat sehingga bahkan Jennie bisa merasakannya.Setiap kali mereka mencoba untuk berbicara tentang hubungan mereka, keheningan yang tegang menghantui percakapan mereka. Dalam si
Diruang tulis vionna....Pemandangan interior ruang tulis Vionna. Ruangan itu tenang, cahaya lembut yang masuk dari jendela memberikan suasana yang nyaman. Vionna duduk dengan tegang di depan layar komputernya, matanya terpaku pada inbox email yang terbuka. Dia terlihat gelisah, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja secara tak sadar, mengecek layar komputernya dengan harap-harap cemas. Setiap kali tidak ada notifikasi baru, ekspresi kecewa tergambar di wajahnya.Vionna: (berbisik dalam kegelisahan) Tolong, berikan kabar baik, respon apa pun. Ini menegangkan.Vionna menarik nafas panjang, menutup matanya sejenak, mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum melanjutkan mengetik. Dia memulai menulis kembali, tangannya terus bergerak di keyboard, tetapi matanya terus bergerak ke layar seolah menantikan pesan baru.Vionna: (berbisik dalam hati) Aku tahu ini proses yang panjang, tapi rasanya tak tertahankan. Apa kabar, apakah mereka menyukainya?Montase menunjukkan Vionna dalam rutinitas seh