"Bermain?" tanya Chaterine.
"I.. iya, rencananya nanti sore kita akan berkumpul di sebuah tempat makan yang baru buka. Aku dengar dari yang lainnya meskipun baru saja buka tapi rasanya enak sekali lo!" kata Artizea dengan penuh semangat.
"Ah maaf, kalau nanti sore aku tidak bisa ikut" ucap Chaterine merasa tidak enak.
"Ah.. begitu ya, ma.. maaf aku tidak tau" kata Artizea merasa malu karna sudah di tolak.
"Tapi lain kali jika kalian ingin mengajakku pergi, katakan saja. Aku pasti akan ikut datang bersama kalian," kata Chaterine sambil tersenyum ramah.
"Be.. benarkah?" tanya Artizea dengan mata yang berbinar binar.
"Tentu saja," jawab Chaterine dengan hangat.
Ekspresi wajah Artizea yang semula muram langsung berubah ceria setelah mendengar perkataan Chaterine barusan. Rasanya harapan Artizea ingin menjadi dekat dengan Chaterine bisa segera terkabulkan.
"Ngomong ngomong kamu pulang dengan siapa?" tanya Chaterine basa basi.
"Ah aku? aku berjalan kaki sendiri. Kebetulan rumahku juga tidak jauh dari sini," jawab Artizea.
"Kapan kapan aku juga ingin bermain ke rumahmu, boleh tidak?" tanya Chaterine sambil tersenyum.
"Ten.. tentu saja, tapi rumahku sempit. Aku khawatir nanti kamu tidak nyaman" ujar Artizea malu.
"Tidak apa apa kok, semua rumah sama saja bagiku" kata Chaterine.
Artizea merasa kaget melihat sifat Chaterine yang begitu ramah dan hangat meskipun saat sedang berbicara dengan orang miskin seperti dirinya.
"Ah baiklah kalau begitu. Kamu sendiri pulang dengan siapa?" tanya balik Artizea.
Seorang pria berjas hitam yang merupakan salah satu dari pengawal Chaterine melambai lambaikan tangan nya dari ujung jalan tepat di depan mobil berwarna hitam, seperti nya mobil jemputannya sudah tiba.
"Ah itu dia, aku pulang duluan ya!" kata Chaterine dengan tiba tiba.
"Ah, iya hati hati" jawab Artizea dengan cepat.
Chaterine segera berlari ke arah mobil hitam yang di depan nya banyak sekali pria berjas hitam yang sudah berbaris seperti sedang menunggu seseorang.
"Jadi maksutnya Chaterine pulang dengan naik mobil mewah bersama dengan banyak pria itu? yah.. dia kan anak presdir, wajar saja jika keamanannya seketat itu" ujar Artizea pada dirinya sendiri.
****
Chaterine berlari ke arah mobil yang sudah terparkir di ujung jalan yang tak jauh dari sekolah nya. Chaterine sengaja tidak membiarkan para pengawalnya menjemput hingga ke dalam sekolah meskipun bisa, karna Chaterine tidak ingin dirinya menjadi pusat perhatian."A, apa ini? kenapa banyak sekali yang datang hanya untuk menjemputku?" tanya Chaterine tercengang setelah melihat mobil jemputan nya penuh dengan para pengawal nya.
Chaterine terbelalak kaget begitu mengetahui ada banyak sekali orang yang ikut menjemputnya tengah duduk di dalam mobil.
"Ah ini, mungkin nona akan sedikit merasa tidak nyaman. Tapi ini adalah perintah langsung dari tuan besar, saya tidak bisa membantahnya" jawab salah satu dari pengawal Chaterine yang ikut menjemput Chaterine.
"Apa maksudnya ini semua Felix?" kata Chaterine sambil menatap tajam ke arah Felix.
"Maafkan saya nona, tapi ini adalah perintah mutlak presdir. Saya juga tidak bisa membantahnya karna alasan keamanan" ujar Felix.
"Hahh... alasan keamanan ya? sebenarnya mau sampai kapan ayah memperlakukanku seperti anak kecil?" gumam Chaterine tak habis pikir.
Chaterine terdiam sejenak untuk memikirkan cara agar dirinya tak harus pulang dengan dikawal banyak orang.
"Kalian semua, ambilah beberapa barangku yang ada di loker. Aku sudah memisahkannya, jadi kalian tinggal membawa nya saja" perintah Chaterine.
"Barang?" saut salah satu pengawalnya.
"Lagi lagi ada yang mengirimiku hadiah sama seperti sebelumnya, jadi cepat ambil dan bawa pulang agar tidak memenuhi lokerku" kata Chaterine.
"Baik!" jawab semuanya dengan kompak.
"Tunggu dulu, perintahku barusan pengecualian untuk Felix. Felix harus tetap di sini bersama ku," kata Chaterine.
"Tapi nona, kenapa harus Felix?" tanya salah satu pengawalnya yang sudah merasakan hal yang tidak beres.
"Memangnya kenapa lagi? tentu saja harus ada setidaknya satu orang yang menjagaku disini saat kalian tidak ada, bagaimana jika nanti aku di culik saat kalian sedang mengambil barangku di dalam?" ujar Chaterine membuat alasan.
"Saya mengerti nona, tapi silahkan pilih pengawal lain yang lebih unggul dari Felix. Bukan maksud saya meremehkan kemampuannya, hanya saja Felix masih terlalu muda untuk menjaga nona seorang diri" saut salah satu pengawal yang merupakan ketua dari grub pengawal 01.
"Apa sekarang ini kamu sedang meragukan keputusanku?" ujar Chaterine dengan tatapan mengancam.
"Tentu saja tidak nona, mana mungkin saya berani" kata pengawal tersebut.
"Baguslah kalau begitu, sekarang lebih baik kalian segera masuk dan ambil barang barangku" kata Chaterine.
Sesuai perintah Chaterine barusan, para pengawalnya yang lain diminta untuk kembali masuk ke dalam sekolah untuk mengambil barang barang Chaterine yang masih tertinggal di loker, sementara Felix, dibiarkan ikut bersamanya untuk pulang.
"Nah, sekarang ayo cepat!" ujar Chaterine sambil menarik tangan Felix kemudian mengajaknya masuk ke dalam mobil dengan terburu buru.
Dengan refleks Felix langsung mengikuti Chaterine masuk ke dalam mobil tanpa menolak.
"Tung.. tunggu dulu nona, apa yang anda lakukan?" tanya Felix dengan panik melihat Chaterine yang duduk di tempat kemudi.
"Apa lagi? tentu saja aku mau pulang" jawab Chaterine dengan penuh keyakinan.
"Tapi pengawal lainnya masih belum kembali, ini terlalu berbahaya nona!" ucap Felix untuk menghentikan aksi Chaterine yang nekat.
"Felix, aku pikir kamu berbeda dengan mereka. Tapi ternyata pikiranku itu salah, kamu sama saja dengan yang lainnya" ujar Chaterine dengan ekspresi wajah muram.
"A.. apa maksud nona?" tanya Felix kebingungan.
"Kenapa semua orang memperlakukanku seperti anak kecil? padahal aku hanya ingin hidup seperti anak biasa lainnya, ku pikir kamu berbeda dengan mereka tetapi ternyata kamu sama saja!" bentak Chaterine.
Felix yang tidak tega melihat ekspresi wajah Chaterine itu pun mau tidak mau akhirnya menyerah dan membiarkan Chaterine melakukan apa yang ia ingin lakukan.
"Baiklah, terserah nona saja!" kata Felix yang sudah putus asa untuk menghentikan Chaterine.
"Kamu ini memang bisa ku andalkan!" ujar Chaterine dengan raut wajah puas.
"Tapi bagaimana cara mereka pulang nantinya?" tanya Felix.
"Mereka itu tidak bodoh, toh paling nantinya mereka juga akan segera dapat kendaraan untuk pulang" ujar Chaterine dengan santai.
"Jika tuan besar tau soal ini, mungkin nanti saya akan di hukum berlari semalaman!" kata Felix kesal.
"Kamu tenang saja, biar nanti aku yang akan menjelaskan ini pada ayah" kata Chaterine menenangkan Felix.
Akhirnya Felix mengalah dan menuruti tindakan Chaterine yang lebih memilih untuk pulang berdua saja dengannya. Di sepanjang jalan, Felix terus memperhatikan raut wajah Chateirne yang terlihat senang. "Ada apa? apa ada yang aneh dengan wajahku?" tanya Chaterine setelah tau bahwa dari tadi Felix terus mengamati dirinya. "Ah tidak, saya hanya kaget saja melihat nona seperti sedang senang begitu" jawab Felix sambil mengalihkan tatapannya. "Tentu saja aku senang, karna sekarang aku sedang berdua bersamamu" ujar Chaterine sambil tersenyum menghadap ke depan. Perkataan Chaterine barusan membuat Felix salah paham. Wajah Felix jadi memerah setelah mendengar bahwa Chaterine senang bisa berdua saja dengannya. "Jarang jarang aku bisa bebas tanpa pengawalan begini, ya kan?" lanjut Chaterine. Felix yang semula sudah terlalu percaya diri itu pun langsung merasa malu karna salah mengartikan maksud dari ucapan Chaterine. "Tentu saja," jawab Fel
"Hah.. baiklah, kalau itu memang keinginan nona" kata Felix setelah menghela nafas berat. "Terima kasih!" kata Chaterine dengan girang. "Sepertinya di depan sana ada orang yang bisa kita tanyai tentang bengkel di daerah sini," kata Felix sambil melirik arah datangnya sebuah mobil dari kejauhan. Perlahan mobil berwarna hitam itu semakin mendekat pada Felix dan Chaterine yang berhenti di pinggir jalan. Mobil hitam itu pun perlahan lahan berhenti. Seseorang yang duduk di bagian belakang mobil membuka kaca mobilnya dari dalam. Felix pun dengan sigap langsung berdiri di depan Chaterine untuk antisipasi. "Tidak apa apa Felix, aku tau siapa orang ini" kata Chaterine yang bersikap waspada. "Apakah teman anda, nona?" tanya Felix sambil menengok ke Chaterine. "Tidak, aku hanya mengenalnya saja" jawab Chaterine. "Erinn!" teriak seorang anak laki laki yang terlihat seumuran Chaterine dari dalam mobil sambil melambai lambaikan tanga
"Wajah nona yang sedang kesal itu sangat lucu," kata Felix sambil tersenyum lebar. "Bisa bisanya kamu tertawa seperti itu padahal aku sedang kesal seperti ini," kata Chaterine. "Ah, maaf nona. Habisnya saya juga tidak tau kenapa nona sampai marah seperti ini, padahal saya hanya pengawal nona" kata Felix. "Kamu itu bukan hanya sekedar pengawalku saja, menurutku kamu sudah seperti temanku sendiri. Orang orang yang menghinamu sama saja seperti mereka menghinaku," kata Chaterine. "Teman... teman.. ya," gumam Felix. "Apa yang barusan kamu katakan? aku tidak dengar," ujar Chaterine. "Ah, bukan apa apa. Lebih baik sekarang nona menyetir, saya yang akan mendorong mobilnya dari belakang. Kita harus segera cari bengkel dan pulang sebelum sore, pastinya para pengawal yang lain juga sudah mulai gelisah karna nona tak kunjung pulang" kata Felix. "Kita akan mencari bengkel. Tapi, aku juga ikut mendorong mobil denganmu" kata Chaterine sambil
Saat mulai memasuki gerbang pertama dari luar, terlihat ada dua bangunan yang berada di sisi kanan dan kiri pagar menjulang tinggi hingga hampir sama dengan tinggi gerbang.Di bagian luar gerbang, terdapat sebuah bel rahasia yang berbentuk seperti bata dengan warna merah yang sama seperti bagian bangunan lainnya.Karna ini merupakan rahasia, hal ini tentunya hanya diketahui para pekerja atau pegawai yang sudah lama bekerja untuk keluarga Cervan termasuk Felix ia juga mengetahui dan bisa membedakan yang mana yang merupakan bel rahasia diantara batu bata merah lainnya.Akhirnya setelah berjalan cukup lama, Felix sampai depan gerbang pertama. Felix pun membunyikan bel khusus agar para pengawal lainnya segera membukakan gerbang.Yang membedakan bel khusus untuk para pekerja dan untuk para tamu itu adalah suaranya. Bel untuk umum hanyalah bel biasa pada umumnya yang juga terpasang di luar gerbang pertama."Hei, apa yang sudah terjadi? kenapa nona pingsa
"Berjanjilah satu hal padaku dulu," kata Cervan."Duh, sayang. Memangnya ada apa sampai aku harus berjanji dulu?" tanya Riria yang heran."Berjanjilah kamu akan tetap tenang meskipun apa yang akan kukatakan sekarang ini bisa saja membuatmu panik," ujar Cervan."Yasudah, aku berjanji. Cepat katakan, aku masih sibuk ini" kata Riria."Chaterine menghilang," ucap Cervan dengan singkat."Cha... Chaterine menghilang?" kata Riria yang terlonjak kaget."I.. iya," jawab Cervan."Apa maksudmu? putriku satu satunya yang cantik meng... menghilang?" tanya Riria yang masih tidak percaya."Iya," jawab Cervan."Apa apaan ini? bagaimana bisa putriku menghilang? untuk apa kau sampai memperkerjakan puluhan pengawal kalau hanya untuk menjaga satu orang saja mereka tidak bisa?!" kata Riria yang mulai panik."Sayang, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan tenang" ujar Cervan."Mana aku tau kalau yang mau kamu katakan adalah
Cervan pun langsung menghampiri orang tersebut lalu mengguncang guncangkan tubuhnya dengan keras, "Cepat katakan, putriku kenapa?" tanya Cervan. "Nona di.. digendong Felix da... dari arah gerbang" jawab pengawal tersebut. "A... apa?" kata Cervan yang sedikit terkejut. "Bagaimana bisa? apa Felix yang menemukan Chaterine?" tanya Riria yang panik. "Apa kalian dengar? putriku sudah ditemukan. Sekarang batalkan rencana untuk mencarinya, kemudian bawakan air kemari. Cepat!" teriak Cervan. Para pengawal dan juga pegawai yang berada di situ pun dengan cepat mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut kepulangan Chaterine. Mulai dari kotak p3k, air hingga obat obatan herbal telah disiapkan untuk berjaga jaga. Semua orang terlihat tengah sibuk. Beberapa pengawal berlarian kesana kemari untuk membuka pintu utama. Sedangkan Renata yang merupakan dayang pribadi Chaterine tengah mempersiapkan air mandi Chaterine. "Sebenarnya ada apa ini?
"Ah, benarkah begitu?" tanya Cervan yang tidak percaya. "Benar, tuan" jawab Felix. "Lalu kamu pulang dengan berjalan kaki sambil menggendong putriku, begitu?" ujar Cervan yang mulai curiga. "Saya mencari taksi untuk pulang tuan, dan nona baru tertidur saat dalam perjalanan pulang" jawab Felix. "Tapi kenapa tidak memberi kabar pada orang rumah? kami bisa mengirimkanmu kendaraan untuk pulang kan, jadi kamu tidak perlu repot repot mencari taksi" bantah Cervan. "Maaf, tuan. Saya yang bodoh karna tidak terfikirkan hal itu," ujar Felix yang terus terusan mengakui kesalahannya. "Aku mendapat laporan dari beberapa pengawal yang ikut serta denganmu menjemput Chaterine. Katanya ponselmu tidak bisa dihubungi, apa kamu sengaja mematikan ponselmu agar waktumu dengan putriku tidak diganggu?" ujar Cervan. "Tidak, aku tidak bisa mengatakan jika nona yang memintaku melakukannya. Aku tidak ingin nona marah padaku nantinya," batin Felix.
"Maaf, saya malah membuat anda sampai kelelahan seperti ini" gumam Felix sambil mengusap beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik Chaterine. "Hei, cepat keluar. Jangan lama lama!" teriak Cervan dari luar kamar Chaterine. Padahal belum saja lima menit, Felix belum puas memandangi wajah Chaterine yang nanti nya hanya bisa ia lihat dari kejauhan selama seminggu karna hukumannya. Tapi Cervan sudah berteriak memintanya untuk cepat keluar. Dengan berat hati, Felix pun keluar dari kamar Chaterine sebelum Cervan benar benar memecatnya nanti. "Kenapa lama sekali sih?" tanya Riria dengan tatapan tajam begitu Felix keluar dari kamar Chaterine. "Maaf nyonya," jawab Felix seperlunya. "Sudahlah, kembalilah dan istirahat. Sebentar lagi jam untuk latihan malam, jangan sampai kamu tidak mengikutinya hanya karna alasan lelah" ujar Cervan memotong percakapan Felix dan Riria sebelum semakin panjang. "Baik, tuan" kata Felix sambil menundukkan
Kini Andreas merasa panik, ia berusaha memikirkan segala cara agar posisinya saat ini dapat ia pertahankan. Karna tentu saja dengan pembatalan kontrak ini, yang mendapatkan rugi hanya dirinya saja, karna bahkan JIAN GROUP bisa membayar model yang lebih terkenal darinya.Andreas pun langsung berlutut di bawah kaki Cervan. Ia terus memohon dengan melas, meminta kemurahan hati Cervan untuk memaafkannya. “Ti, tidak! Saya mohon, jangan lakukan itu.” ujarnya.Cervan pun menatap Andreas dengan jijik, karna ia baru menyesal setelah melakukannya. “Cih, harusnya kamu pakai dulu otakmu itu sebelum melakukan sesuatu yang sia-sia. Apa kamu terlalu menganggapku remeh hanya karna mendapatkan satu kali kontrak denganku?” ucap Cervan yang terus menyombongkan dirinya sendiri.Dengan mengesampingkan harga diri maupun rasa gengsinya, Andreas mengucapkan kata maaf dari mulutnya sendiri. “Saya bersalah! Saya minta maaf!” teriaknya terus memoh
Cervan tersenyum mendengar pertanyaan pertama yang di ucapkan reporter barusan, seolah sudah memprediksinya. “Untuk saat ini, hal itu masih rahasia. Namun seluruh dunia bisa mengetahuinya sendiri besok. Karna, kami akan langsung mengeluarkan produk terbaru kami dan meluncurkannya ke pasaran mulai dari besok. ” jawab Cervan dengan percaya diri.Setelah itu, berbagai pertanyaan seputar produk baru yang akan di keluarkan JIAN GROUP terus di keluarkan. Chaterine dan Cervan, terus menjawabnya dengan bergantian. Dari tadi, Andreas seolah tidak di beri kesempatan untuk menjawab.Namun setelah sekian lama, akhirnya ada wartawan yang bertanya mengenai hubungan di antara Andreas dan Chaterine. Apalagi dengan pernyataan Andreas tadi pagi yang bisa membuat orang salah paham, publik langsung mengambil kesimpulan tersendiri bahwa ia dan Chaterine memang benar sepasang kekasih.“Bagaimana dengan hubungan di antara tuan muda Andreas dan juga nona Chateri
Chaterine seolah memberi sinyal lewat tatapannya. Ia secara tidak langsung meminta Rogger untuk segera meraih ponsel yang di berikan padanya. Melihat arti dari tatapan Chaterine padanya, membuat Rogger mau tidak mau harus meraih ponsel yang di berikan padanya dengan terpaksa. Akhirnya, Rogger memfotokan mereka hingga beberapa kali dengan raut wajah yang terkesan terpaksa. Setelah selesai, Rogger mengembalikan ponsel milik pria tadi dengan wajahnya yang cemberut. Ia merasa muak dengan para pria yang sengaja mendekati Chaterine, meskipun Chaterine sebenarnya sudah memberikan ijin. Setelah selesai, banyak sekali yang mengucapkan rasa terimakasih pada Chaterine. Chaterine pun membalasnya dengan senyum andalannya. Kemudian ia segera pergi untuk mencari ayahnya. **** Dari saat memfotokannya tadi hingga kini, raut wajah Rogger sama sekali tidak be
Saat hendak menjawab bisikan Chaterine padanya barusan, Felix merasakan adanya tanda-tanda kedatangan orang dengan suara ketukan langkah kaki. Felix dengan cepat menutupi wajahnya kembali dengan mantel yang ia bawa. “Nona, sepertinya ada yang datang.” bisiknya sambil menengok ke arah datangnya suara. Mendengar hal itu, Chaterine pun panik. Ia langsung memikirkan segala cara untuk menyembunyikan keberadaan Felix. Berbeda pada saat di kamarnya, di studio ini tidak ada celah untuk bersembunyi. “Ba, bagaimana ini? Kamu harus bersembunyi!” ujar Chaterine dengan panik. Meskipun Chaterine terlihat resah memikirkan bagaimana cara agar Felix bisa tidak ketahuan, justru Felix malah terlihat santai saja. Felix tersenyum melihat nona nya yang manis itu terlihat gelisah. “Saya tidak perlu bersembunyi,” katanya dengan santai. Ekspresi wajah Chaterine langsung berubah jadi tercengang melihat Felix yang masih bisa tersenyum di situasi seperti in
Sebagai seorang model yang baru saja merangkak naik, tentu saja menjaga citra dan harga diri merupakan hal yang paling penting untuk Andreas. Bagaimana jadinya jika ia di kabarkan telah melakukan pelecehan, bertindak semena mena, serta membuat berita bohong soal hubungan diantara mereka? Tentu saja hal ini akan berdampak pada karir yang baru saja ia rintis itu.Setelah mengingat kembali hal itu, setidaknya membuat rasa bersalah Chaterine berkurang meskipun hanya sedikit. Chaterine merasa ia juga sudah bertindak sewajarnya dan cukup berbaik hati pada Andreas yang telah sering kali membuatnya merasa tidak nyaman.Di tengah keheningan saat itu, tiba-tiba Chaterine di kejutkan dengan lengan besar seorang pria yang seketika menariknya dari balik tembok. Tangan pria itu langsung menarik tubuh Chaterine, kemudian menutup mulutnya agar tidak berteriak sehingga menarik perhatian banyak orang.Namun anehnya, pria ini tidak menutup mulut Chaterine dengan kain yang telah di
Chaterine mencoba untuk melepaskan tangan Andreas yang sedang melingkar di pinggangnya. Chaterine tak ingin membuat keributan ataupun membuat dirinya terlihat aneh. Jadi Chaterine mencoba untuk melepaskannya senatural mungkin. Namun tetap saja tangan Andreas tidak bisa lepas dari pinggangnya, Andreas sengaja melingkarkan kedua tangannya dengan erat di pinggang Chaterine sambil tersenyum seolah tak tau apa-apa. Chaterine terpaksa melanjutkan pemotretan yang sedang berlangsung itu dengan senyuman palsu yang ia tunjukkan. Ia harus menahan amarahnya, apalagi kini ayahnya sedang tidak ada disini. “Pemotretannya sudah selesai. Terimakasih untuk kerja keras kalian hari ini.” tak lama kemudian, akhirnya pemotretan itu selesai dengan hasil yang memuaskan. Pada akhirnya, Chaterine bisa bertahan dengan baik hingga akhir. Begitu pemotretan selesai, Chaterine langsung menarik tangan Andreas dan mengajaknya untuk pergi ke sebuah ruangan yang sama sekali tidak ada o
**** Chaterine dan Rogger masuk ke dalam studio, menghampiri ayahnya yang tengah sibuk berbicara dengan rekan-rekannya. "Ayah!" teriak Chaterine memanggilnya. Cervan langsung menengok ke arah suara yang familiar tengah memanggil namanya,"Sayang, kenapa kamu baru menyusul? Dari tadi ayah sudah menunggumu." kata Cervan senang melihat putrinya kembali. "Tadi ada sedikit masalah. Mau tidak mau aku harus menyelesaikannya," Chaterine tidak mengatakannya dengan jelas, karna takut Cervan akan turun tangan nantinya. "Masalah? Apa para cecunguk itu mengganggumu?" ekspresi Cervan seketika langsung berubah marah, ia mengeryitkan dahinya begitu mengetahui putrinya sempat berada dalam masalah. Tentu saja Chaterine tidak bisa bilang jika Andreas lah yang menyulitkannya tadi. Mengingat sikap Cervan yang sedikit emosian jika menyangkut tentangnya, membuat Chaterine tentu
Chaterine dan para pengawalnya pun jadi tak sengaja terkejut oleh perkataan asal Andreas.Padahal, Chaterine sudah cukup lama tak bertemu dengannya, mereka juga tidak pernah butuh waktu bersama.Bagaimana bisa Andreas membuat berita bohong seperti itu?.Kini Chaterine tidak bisa lagi menahan dirinya, ia mengungkapkan semua perasaan kesal yang menumpuk di hati."Apa apa yang kamu maksud barusan? Apa kamu sudah gila? Jangan bohong!"Chaterine membocorkan Andreas dengan penuh emosi.Namun lagi, Andreas mengatakan hal yang bisa membuat orang lain salah paham."Duh sayang, kenapa kamu malah marah begini? Media sudah terlanjur mengetahui hubungan kita, harusnya kita tidak perlu menutup nutupinya lagi sekarang."ujar Andreas bual."Rupanya kamu sudah benar-benar gila. Cepat tarik ucapanmu itu atau akan ku potong lidahmu," kata Chaterine dengan membunuh membunuh.Saat Chaterine ingin sege
Andreas pun langsung tersenyum, ia sampai lupa jika masih ada Cervan di sampingnya karna terpana dengan kecantikan Chateirne yang sudah lama tidak ia lihat."Sebuah kehormatan untuk saya bisa menjalin kerja sama dengan anda hari ini, tuan." Andreas dengan cepat langsung menyesuaikan situasi, ia melupakan Chaterine sejenak agar Cervan merasa tenang terlebih dahulu."Ya, memang sudah seharusnya begitu." kata Cervan memutar mata malas.Para wartawan pun langsung mengambil gambar saat Cervan, Chaterine dan Andreas sedang berbincang dengan santai. Setelah mendapatkan gambar itu, tentu saja pihak surat kabar akan langsung membuat artikel bohong di media.Tiba tiba direktur Candra pun datang dari dalam, ia langsung menghampiri mereka bertiga yang pada saat itu tengah berkumpul."Tuan, ada hal yang perlu anda periksa di dalam." kata Candra menyela pembicaraan.Cervan langsung menatap Candra seolah berkata, apa kamu tidak tau jika aku sedang berbicara? Beran