Share

Nyaris Tak Ada Cela

Author: Dwrite
last update Last Updated: 2023-02-22 09:53:06

"Jadi, sekarang di mana mesinnya? Biar gue liat." Mas Fariz bertanya selepas kami menunaikan sholat Ashar di rumah.

Setelah tahu tujuan baik menantunya untuk membantu, Ibu langsung meminta kami pulang lebih dulu agar bisa istirahat, sebelum besoknya disibukkan dengan segala kegiatan panen.

"Ada di gudang belakang. Mesinnya udah dua tahun nggak dipake, nggak tahu rusak apanya. Mau dibawa ke bengkel juga bingung. Soalnya nggak ada yang ngerti mesin kayak gitu di daerah sini. Padahal kalau pake Combine harvester (mesin panen multifungsi) mungkin bisa lebih cepet," tuturku sembari melipat mukena, lalu mengenakan jilbab instan yang tersedia.

"Bisa minta tolong tunjukkin?" pinta Mas Fariz.

Aku mengangguk, lalu bangkit lebih dulu. Setelah mengganti sarung dengan celana panjang dia berjalan mengekori, hingga kami sampai di gudang belakang rumah. Tempat peralatan pertanian dan barang-barang Bapak biasa disimpan.

"Ini!" Kusibak terpal besar yang semula menutupi mesin seukuran mobil pikap terse
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
rissia
bikin suci hamil thor... pengen liat fariz tmbh bahagia sm kehamilan suci...ya thor...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Jebakan

    Menjelang Maghrib aku kembali, tak ada lagi suara besi yang ditalu, ataupun segala macam bunyi yang sebelumnya terdengar di gudang ini. Kulihat di atas sofa yang bahkan tak cukup untuk menambung tubuhnya, Mas Fariz terbaring. Lelap dia tidur meski di dalam tempat seperti ini. Setelah memindai seisi ruangan aku tak bisa menemukan Doni, sepertinya bocah itu sudah kembali. Yang tersisa dari keduanya hanya piring yang berisi kulit ubi, dengan dua cangkir yang sudah tergeletak, serta air teh hangat yang semula kusajikan hanya menyisakan ampasnya.Aku berjalan menghampiri. Lalu berjongkok menyejajar tubuh tepat menghadap kepalanya. Sudah hampir waktu Maghrib, tapi aku benar-benar tak tega membangunkannya. Mas Fariz terlihat begitu lelah saat ini.Entah dorongan dari mana tanganku tiba-tiba bergerak impulsif menuju wajahnya. Menelusuri mulai dari dahi, hidung, sampai rahang tegasnya yang dipenuhi jambang.Sejauh apa pun ditelusuri, sedalam apa pun diselami, aku benar-benar nyaris tak bisa me

    Last Updated : 2023-02-22
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Preman Masuk Kampung

    Setelah melewati berbagai macam perdebatan dan Bobby puas melampiaskan kekesalan sepanjang perjalanan. Akhirnya dia dan yang lainnya pasrah saat kami sampai di hamparan sawah milik keluarga yang terbentang seluas satu hektare. Jaket yang semula dikenakan kini sudah mereka tanggalkan hingga hanya menyisakan kaus dalam.Tubuh mereka yang rata-rata sekekar Mas Fariz dan juga bertato, jelas menjadi pusat perhatian seisi kampung. Banyak yang dengan sengaja mengikuti hanya karena penasaran apa yang akan dilakukan para lelaki berwajah sangar ini. Mereka mungkin tak percaya kalau setelahnya kelima orang yang diketuai suamiku itu langsung terjun ke sawah."Seumur-umur gue idup di dunia, baru kali ini ngerasain nginjek sawah," cetus Bobby."Daripada nginjek taik!" celetuk Mas Fariz yang membuat Bobby refleks menoyor kepalanya.Dia yang seolah tak peduli, melanjutkan lagi. "Dahlah, terima aja, itung-itung rekreasi," tambahnya sembari merangkul bahu Bobby."Rekreasi gundul, lo!" sentak Bobby emos

    Last Updated : 2023-02-23
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Panen dan Rekreasi

    Saat kembali untuk mengantar makan, aku sudah mendapati Bobby dan Mas Fariz akhirnya akur kembali setelah keduanya sepakat menggunakan mesin secara bergantian. Aku cukup takjub melihat kinerja mereka, karena sampai dua jam ini setengah bagian dari keseluruhan luas lahan, sudah selesai digarap.Dibantu beberapa santriwati yang kukenal, kami menata makanan beralaskan tikar, di dalam rumah gubuk beratapkan jerami."Heh, kok lo nggak bilang kalau di sini banyak ukhty, mana bening-bening lagi," gumam Bobby pada Mas Fariz, saat aku dan dua santriwati lain menyajikan bakul nasi dan lauk-lauknya di hadapan mereka."Emang lu nggak liat gapura gede di depan yang tulisannya Pesantren Al-Huda?!" Mas Fariz balik bertanya dengan sedikit nada yang ditekan. Mungkin geram."Ya, maaf. Kita sampe tengah malem. Boro-boro merhatiin plang, muka Si Tebe aja keliatan burem.""Maaf?" Bang Tebe menginterupsi."Nggak usah tersinggung. Semalem gue emang rada puyeng."Bang Tebe hanya memutar bola mata, dan memili

    Last Updated : 2023-02-23
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Jalan

    "Dah, masuk, yuk!" Mas Fariz merangkul bahuku saat mobil yang dikendarai ke empat temannya itu benar-benar pergi."Bobby nggak bakal kenapa-napa, kan?" tanyaku yang khawatir dengan apa yang sudah Mas Fariz lakukan tadi."Nggak bakal, udah biasa kita becanda main tampol-tampolan, yang belum itu emang cuma bunuh-bunuhan.""Mas!" Aku mencubit perutnya yang keras. Dia malah tertawa, lalu mengigit bahuku dengan gemas."Hari ini nggak usah ke mana-mana, ya! Kita di rumah aja. Bapak sama Ibu juga baru pulang lusa, kan? Mumpung masih ada waktu dua hari buat berduaan," katanya dengan senyum misterius yang membuatku merinding tanpa alasan."Hari ini oke, tapi besok kita keluar." Wajah Mas Fariz langsung ditekuk."Ngapainlah? Mending juga di rumah.""Kita jalan, cari udara segar. Kunjungin sekitaran Surabaya sama Lumajang. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."Mas Fariz terdiam sejenak. Lekat dia menatap, sebelum akhirnya menjawab singkat."Oke."***"Ci, anduk!" Aku menghela napas panjang saat m

    Last Updated : 2023-02-24
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Ungkapan Perasaan

    Setelah seharian berputar-putar dan singgah di beberapa tempat makan di Surabaya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk membawa Mas Fariz ke sini. Ke pusat pemakaman umum yang ada di daerah Surabaya.Dia yang sepertinya sudah tahu akan dibawa ke mana, tak mengeluarkan sepatah pun kata dan hanya bisa menggenggam tanganku sampai tiba di dua pusara dengan ukuran berbeda.Ferry Septian dan satu pusara mungil tanpa nama di mana bakal calon anak kami yang gugur sebelum lahir, dimakamkan."Hai, Fer. Gimana kabar di sana? Anak kita baik-baik aja, kan?" Kuletakkan sebuket bunga Lily di atas tanah merah yang dilapisi marmer hitam. "Kamu nggak perlu khawatir lagi, aku udah baik-baik aja. Ada Mas Fariz sekarang." Aku menoleh menatap lelaki yang sejak tadi membisu. Biasanya kalau datang ke sini air mataku pasti tak terbendung, tapi sekarang rasanya beda. Aku sudah lebih kuat dengan kehadiran Mas Fariz."Hai, Bro." Aku tertegun saat Mas Fariz tiba-tiba meletakkan tangan di atas nisan Ferry, lalu mul

    Last Updated : 2023-02-24
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Penghancur Mental

    "Mbak Uci!"Dia adalah Nisa, salah satu santriwati yang cukup dekat denganku."Ya, Nis?" Kami menghentikkan langkah tepat di akses jalan masuk menuju pelataran Masjid, tempat acara Tablig Akbar diadakan."Bisa minta waktunya bentar? Ada Akhi yang shodaqoh konsumsi dari Jakarta, tapi Ukhti Sarah koorditornya lagi berhalangan. Mbak Uci diminta kiyai Aziz buat wakilin? Soalnya beliau lagi ada tamu." Aku menoleh pada Mas Fariz. Meminta persetujuan."Lah, kenapa mesti tanya. Ya, bolehlah. Udah, sana! Gue bisa tunggu di sini," tukasnya sembari menepuk pundakku pelan.Kualihkan pandangan pada Nisa, lalu mengangguk pelan."Ya, udah, Mas tunggu di sini, ya. Nanti aku balik. Kalau ada apa-apa telepon aja.""Siap." Dia mengacungkan dua jempol, lalu mulai bergabung dengan yang lain. Mendengarkan ceramah Kiyai Natsir yang terkenal tersohor di antara para pemuka agama.Setelah memastikan Mas Fariz mengambil tempat di samping seorang bocah berumur tujuh tahunan yang menatapnya penuh rasa penasaran.

    Last Updated : 2023-02-24
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Perasaan yang Tertinggal

    "Apa? Penjelasan apa lagi? Saya nggak butuh penjelasan apa pun. Pergi sekarang, Mas! Saya mohon, sebelum Mas Fariz kembali dan salah paham."Bukannya berangsur pergi, Mas Ali justru mengambil langkah mendekati."Ini tentang perjodohanmu dan Fariz!"Seketika aku terbungkam."Mungkin kamu nggak tahu kalau sebenarnya sayalah yang menyarankan Papa untuk mengajukan lamaran Mas Fariz untukmu beberapa bulan lalu."Deg!"Kamu juga nggak akan tahu gimana tersiksanya saya hidup dengan wanita yang nggak pernah saya cintai bahkan sampai detik ini. Tolong mengerti, Suci. Berhenti membenci saya seperti ini, karena nyatanya bukan hanya kamu yang korban di sini, tapi juga saya. Kita sama-sama tak berdaya dalam belenggu dunia, kita sama-sama anak yang tak ingin mengecewakan orangtuanya. Apakah saya salah saat mengambil jalan tengah dengan mengajukan poligami, daripada menghabiskan sisa hidup terus hanyut dengan dosa zina hati? Saat semua raga saya beri pada istri, tapi jiwa saya masih terus tertuju pa

    Last Updated : 2023-02-25
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Memulai dari Awal

    Kupikir, perasaan bisa dengan mudah datang dan pergi, secepat angin membawa terbang daun kering dari tangkainya hingga tak terlihat di sekitarnya lagi. Kupikir, waktu bisa membiaskan rindu ketika temu yang berujung jemu berakhir pilu. Nyatanya perasaan memang tak mudah berubah, dan waktu tak selalu berhasil mengatur kapan dia bisa membolak-balikan hati setiap manusia dari kecewa menjadi bahagia, maupun benci yang berubah menjadi cinta.Aku hanya satu dari sekian wanita yang mencoba keluar dari belenggu masa lalu. Aku hanya seorang istri yang berusaha menjalankan kewajiban sesuai kemampuan diri meski belum sepenuhnya jiwa dan raga kuberikan pada sosok yang disebut suami.Dua setengah bulan ini aku bukannya tak pernah mencoba. Selalu, setiap waktu, sepanjang tujuh puluh lima hari ini aku tak pernah berhenti mencoba membuka hati, memberi sepenuhnya apa yang bisa dilakukan sebagai seorang istri, walau nyatanya di hati ini masih terpahat nama lelaki tak tahu diri bernama Ali.Tak bisa dip

    Last Updated : 2023-02-26

Latest chapter

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Doa yang Menyertai

    "Assalamualaikum.""Waalaikumsallam."Faqih menyambut kedua sepupunya yang baru saja datang berkunjung. Dengan kaki yang tak lagi pincang, dia menuntun Akmal dan Hafiz masuk, lalu menjamu mereka seadanya karena kebetulan Suci memang ada jadwal mengisi materi akhir pekan ini."Om Fariz ke mana, Qih?" tanya Hafiz. Pandangannya menyapu sekeliling rumah sederhana milik orang tua Suci yang hampir sebulan keluarga Omnya tempati."Ada, tuh di kamar. Nggak tahu dah si Bapak ngapain? Begitu Ibuk pergi dia nggak keluar-keluar, padahal toko udah seharusnya buka dari tadi.""Bapak bisa denger, Faqih ...!" Terdengar suara teriakan Fariz dari dalam kamar. "Bapaknya lagi sibuk bukannya dibantuin, malah lu omelin."Faqih nyengir, lalu mengusap tengkuk. "Faqih tahu Bapak lagi ngapain juga enggak," elaknya."Bapak lagi packing. Dahlah, lu kasih orson atau teh manis aja dulu tuh anak berdua. Bentar lagi bapak kelar," titahnya kemudian."Iya, ini juga lagi." Faqih berlalu ke dapur dan kembali dengan nam

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Pensiun Dini

    DiaperDynamo : Bangke! Ngetik begitu doang ampe setengah jam.SleepyRingleader : Sebenernya gue nggak sanggup melakukan ini (emot nangis)Winni Tiny Bunny : Dah, bubar-bubar! Susah kalau berhubungan sama Bavak-bavak bucin dan laperanSleepyRingleader : Diem lu, Terong! Makanya kawin, biar tahu enaknya. Bukan nyevongin mesin tato mulu. Madesu, lu!Fariz melempar ponselnya ke samping kursi yang diduduki dengan perasaan dongkol. Bukannya mendapat solusi dari permasalahan yang terjadi, mereka justru saling adu argumen dan saling menyalahkan siapa yang salah di sini.Tak lama ponselnya berbunyi. Panggilan video dari Bobby tampak di layar."Halu.""Gud morning, Brother!" Wajah Bobby memenuhi layar ponsel Fariz saat sambungan video call tersambung. Terlihat, lelaki di seberang sana tengah asik menyeruput kopi dengan baground Sherly yang sibuk momong adik Salsa yang tahun ini baru masuk TK."Gue mau ngobrol tentang hal penting, bisa pindah dari sono? Backgroundnya kurang sedep di pandang mat

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Sebuah Rencana

    Suci dan Fariz saling melempar pandang. Sesekali mereka memerhatikan Ainun yang tampak canggung. Perempuan 22 tahun itu memilin-milin ujung kerudungnya yang lebar setelah menyaksikan kejadian melorotnya sarung yang Faqih kenakan, hingga berakhir dengan mengurung dirinya dia kamar."Ekhem, uhuk, hatchi!""Mas!" Suci menyikut perut buncit suaminya saat Fariz mencoba mencairkan suasana dengan cara yang cukup berlebihan."Jadi, Ainu--""Ini ada titipan--"Suci dan Ainun membuka percakapan secara bersamaan. Mereka terkekeh setelahnya. Begitulah perempuan."Maaf kalau saya datang nggak kasih kabar dulu, ya, Bu, Pak. Jadi, nggak enak." Ainun tersenyum kikuk, entah kenapa dia merasa tak enak dengan apa yang baru saja terjadi. Faqih pasti malu sekali."Nggak apa-apa, Nun. Kalau tentang si Faqih-- dia mah udah biasa mempermalukan diri kali!" Enteng sekali Fariz mengatakan."Mas!" Sekali lagi Suci menegur sang suami. Matanya menyipit mengingatkan.Ainun tertunduk, kulit wajahnya yang kuning lang

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Melorot

    Sepulangnya check up. Suci langsung mempersiapkan makan siang untuk keluarga kecilnya. Sementara kedua orang tuanya langsung pamit pulang setelah berbincang-bincang sebentar tentang kondisi kesehatan Pak Ahmad. Di sela menyiapkan makan, Suci langsung menceritakan tentang keresahannya setelah mendapati kondisi kedua orang tuanya yang tak lagi bugar. Perempuan itu juga mengatakan tentang undangan H. Sulton yang jatuh pada lusa. Setelah membaca situasi, Suci merasa tak yakin bisa kembali ke Jakarta untuk waktu yang cukup lama.Mendengar penjelasan istrinya, Fariz mulai memutar otak. Di satu sisi dia tak sanggup Ldr dengan anak dan istrinya, tapi di sisi lain ada pekerjaan yang tak sepenuhnya bisa dia tinggalkan. Setelah cukup lama memikirkan di sela makan siang. Dia memutuskan untuk mendiskusikannya dengan Bobby."Bapak beneran nggak makan lagi Ikan setelah tragedi Denok dipepes Ibuk?" Pertanyaan Faqih memecah lamunan Fariz dan Suci yang masih bergelut dengan pikiran masing-masing. "Me

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Nasehat Keluarga

    "Loh, ada Ibu!" Suci keheranan heran saat melihat ibunya tengah duduk di samping Faqih. Tanpa basa-basi perempuan dengan kerudung instan dan gamis biru itu langsung menyambar tangan Bu Sulis. "Kapan ibu dateng?" tanyanya kemudian."Belum lama, Nduk!" Senyum dari wajah teduh itu masih sama hangatnya. Dia mengelus punggung tangan Suci yang masih erat digenggamnya. "Kenapa nggak kasih tahu ibu kalau nenek dateng?" Suci yang merasa tak enak, langsung beralih pada Faqih yang masih santai menyeruput es teh manis."Faqih udah nawarin, Buk. Tapi nenek nggak mau, katanya biarin aja, takutnya ganggu." Lembut dan terarah Faqih menjelaskan."Padahal ibu nggak lagi ngapa-ngapain juga di belakang." Ibu kandung Faqih itu duduk di kursi kosong samping Bu Sulis. Ketiga memilih untuk berbincang-bincang sejenak di depan teras, sebelum beranjak masuk. "Bukannya kamu lagi mandiin burung kata Faqih?" Kali ini giliran ibunya yang bertanya pada Suci."Oh, iya. Bentar aja tadi. Terus lanjut jemur baju. Ini

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Salah Paham

    Pagi hari di Pesantren Al-Huda. Terlihat Salsa dan Aisha celingukan di depan ruangan pengurus asrama putri."Kok, nggak ada, ya, Sha?" tanya Salsa sembari mengintip dari balik kaca. "Belum dateng kali," terka Aisha yang mengikuti Salsa di belakangnya. "Tapi, ini udah jam setengah sembilan." Salsa melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Karena ustadzah yang mengajar sedang berhalangan, dia dan Aisha izin sebentar untuk menemui seseorang. "Salsa, Aisha!"Refleks, dua remaja putri itu menoleh bersamaan. Terlihat di sana, Ainun tengah menggendong seorang bayi berusia enam belas bulan. "Eh, Mbak Ai!" seru Salsa dan Aisha hampir bersamaan. "Cari siapa?" Bergantian Ainun menatap gadis-gadis remaja di hadapannya. "Ini, loh, Mbak. Kita lagi cari Tante Suci," tutur Salsa. "Huum, mau nitip sesuatu," tambah Aisha yang langsung disikut Salsa. Anak sulung Bobby-Sherly itu memberiku kode agar Salsa tak membocorkan rencananya untuk memberi sesuatu pada untuk Faqih. "Loh, bukannya Bu

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Gara-Gara Burung

    Suci melipat tangan di atas dada menatap bapak dan anak yang sedang sibuk menangkap burung berjenis Murai Batu yang terbang di sekeliling kamar Faqih. Di ambang pintu, perempuan empat puluhan tahun itu memerhatikan Fariz yang tak berhenti mengoceh mempertanyakan, kenapa bisa burung yang baru saja dia beli seharga tiga setengah juta itu tiba-tiba keluar dari sangkarnya? Beruntung kamar yang Faqih tempati mempunyai sirkulasi udara yang rapat dan terhalang teralis kawat. Jadi, burung mungil itu tak sampai kabur keluar. Di tengah kepanikan yang ada, Fariz masih harus dihadapkan dengan sang istri, serta hutang penjelasannya pada Suci terkait keberadaan burung yang ia beri nama Inem itu. Kalau bukan karena mulut polos Faqih yang asal nyeplos. Mungkin keadaannya tak akan serunyam ini. "Kamu nggak ada niat bantu, Buk?" cicit Fariz yang mulai menyerah dalam kukungan tatapan tajam Suci. "Emang kehadiran Inem udah berdasarkan persetujuanku?" Pertanyaan yang dijawab dengan pertanyaan lagi, me

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Simpanan Bapak

    Baru sehari sejak kepindahannya ke rumah ini. Niat hati ingin bermanja-manja dengan sang istri tanpa halang dan rintangan setelah sebelumnya menanggung malu karena salah mengenali. Fariz masih harus dihadapkan dengan Faqih yang kecelakaan sebab kecerobohannya sendiri. Mendapati Suci melimpahkan semua perhatiannya pada sang putra sejak mereka kembali kemarin. Pagi ini Fariz memutuskan untuk menenangkan diri dengan nongkrong di teras depan ditemani secangkir kopi. "Eh, baru ya, Mas?" Seorang tetangga yang tak sengaja melintas, menyapa Fariz yang masih sarungan hanya dengan kaus kutang. "Iya, baru keluar." Santai saja dia menjawab dengan cengiran khasnya. "Bukan, maksud saya baru di sini." Ralat bapak-bapak yang hanya sedikit lebih tua dari Fariz. "Oh, iya. Saya sekeluarga baru pindah kemarin," terangnya. "Oalah, mantune Pak Ahmad, ya? Yang dari Jakarta?""Iya, Pak.""Ngomong-ngomong kesibukannya apa?" Tanpa diminta lelaki bertubuh tambun itu sudah mengambil tempat di samping Fariz

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Dirawat di Rumah

    Mendengar celetukan Salsa yang ditujukan untuk membela dirinya, Faqih tersenyum lebar, lalu menyodorkan jari membentuk hati, lalu bergumam tanpa suara seolah merangkai satu kata. "Alapyu."Salsa yang menyadari itu langsung membuang muka padahal hatinya amat berbunga-bunga."Astagfirullah si Salsa. Mau marah, tapi, kok bener, ya." Sementara Fariz yang masih tak percaya hanya bisa menggaruk rambutnya. "Mau heran, tapi ini anaknya si Bobby.""Mas!" Suci menyikut lengan Fariz, menegurnya.Sesaat keheningan menyelimuti, sampai saat ponsel Fariz yang berbunyi di dalam saku, menginterupsi."Siapa?" tanya suci begitu melihat Fariz menatap layar ponselnya."Papa.""Ya udah buruan angkat!" pinta Suci. Fariz menurut dan bergegas menyambungkan panggilan dengan orangtuanya yang kini menetap di Palembang."Halo, assalamualaikum." Panggilan dari seberang Fariz loundspeaker agar bisa didengar semuanya."Waalaikumsallam. Gimana kabar Faqih?""Bok, ya sebelum cucu yang ditanya anaknya dulu, to, Pa!"

DMCA.com Protection Status