Share

Penghancur Mental

Penulis: Dwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-24 20:10:35

"Mbak Uci!"

Dia adalah Nisa, salah satu santriwati yang cukup dekat denganku.

"Ya, Nis?" Kami menghentikkan langkah tepat di akses jalan masuk menuju pelataran Masjid, tempat acara Tablig Akbar diadakan.

"Bisa minta waktunya bentar? Ada Akhi yang shodaqoh konsumsi dari Jakarta, tapi Ukhti Sarah koorditornya lagi berhalangan. Mbak Uci diminta kiyai Aziz buat wakilin? Soalnya beliau lagi ada tamu." Aku menoleh pada Mas Fariz. Meminta persetujuan.

"Lah, kenapa mesti tanya. Ya, bolehlah. Udah, sana! Gue bisa tunggu di sini," tukasnya sembari menepuk pundakku pelan.

Kualihkan pandangan pada Nisa, lalu mengangguk pelan.

"Ya, udah, Mas tunggu di sini, ya. Nanti aku balik. Kalau ada apa-apa telepon aja."

"Siap." Dia mengacungkan dua jempol, lalu mulai bergabung dengan yang lain. Mendengarkan ceramah Kiyai Natsir yang terkenal tersohor di antara para pemuka agama.

Setelah memastikan Mas Fariz mengambil tempat di samping seorang bocah berumur tujuh tahunan yang menatapnya penuh rasa penasaran.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Perasaan yang Tertinggal

    "Apa? Penjelasan apa lagi? Saya nggak butuh penjelasan apa pun. Pergi sekarang, Mas! Saya mohon, sebelum Mas Fariz kembali dan salah paham."Bukannya berangsur pergi, Mas Ali justru mengambil langkah mendekati."Ini tentang perjodohanmu dan Fariz!"Seketika aku terbungkam."Mungkin kamu nggak tahu kalau sebenarnya sayalah yang menyarankan Papa untuk mengajukan lamaran Mas Fariz untukmu beberapa bulan lalu."Deg!"Kamu juga nggak akan tahu gimana tersiksanya saya hidup dengan wanita yang nggak pernah saya cintai bahkan sampai detik ini. Tolong mengerti, Suci. Berhenti membenci saya seperti ini, karena nyatanya bukan hanya kamu yang korban di sini, tapi juga saya. Kita sama-sama tak berdaya dalam belenggu dunia, kita sama-sama anak yang tak ingin mengecewakan orangtuanya. Apakah saya salah saat mengambil jalan tengah dengan mengajukan poligami, daripada menghabiskan sisa hidup terus hanyut dengan dosa zina hati? Saat semua raga saya beri pada istri, tapi jiwa saya masih terus tertuju pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Memulai dari Awal

    Kupikir, perasaan bisa dengan mudah datang dan pergi, secepat angin membawa terbang daun kering dari tangkainya hingga tak terlihat di sekitarnya lagi. Kupikir, waktu bisa membiaskan rindu ketika temu yang berujung jemu berakhir pilu. Nyatanya perasaan memang tak mudah berubah, dan waktu tak selalu berhasil mengatur kapan dia bisa membolak-balikan hati setiap manusia dari kecewa menjadi bahagia, maupun benci yang berubah menjadi cinta.Aku hanya satu dari sekian wanita yang mencoba keluar dari belenggu masa lalu. Aku hanya seorang istri yang berusaha menjalankan kewajiban sesuai kemampuan diri meski belum sepenuhnya jiwa dan raga kuberikan pada sosok yang disebut suami.Dua setengah bulan ini aku bukannya tak pernah mencoba. Selalu, setiap waktu, sepanjang tujuh puluh lima hari ini aku tak pernah berhenti mencoba membuka hati, memberi sepenuhnya apa yang bisa dilakukan sebagai seorang istri, walau nyatanya di hati ini masih terpahat nama lelaki tak tahu diri bernama Ali.Tak bisa dip

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Memperbaiki Keadaan

    "Yakin kita perlu ketemu beliau dulu?" Mas Fariz tampak ragu saat aku membawanya ke depan ruangan Kiyai Pondok.Aku mengangguk kecil."Mending nggak usahlah." Dia memutar tubuh hendak berlalu.Lekas kutarik lengannya, dan bersamaan dengan itu langsung mengetuk pintu. "Suci!" Setengah terpekik Mas Fariz memelotiku.Aku yang tak peduli langsung menyeretnya masuk."Assalamua'alaikum, Ki--"Kini aku yang tertegun saat menyadari sosok berpenampilan rapi mengenakan thawb atau gamis yang biasa dikenakan lelaki dari Negara Timur Tengah, sudah berdiri di samping Kiyai Aziz."Maaf, Kiyai. Saya nggak tahu kalau di sini ternyata ada Gus Hanan," lanjutku sembari menunduk sungkan."Nggak apa-apa, Ci. Kebetulan Hanan udah mau pergi," sahut Kiyai Aziz seolah mengusir ketidaknyamananku. "Mari, silakan, duduk!" Beliau langsung mempersilakan kami."Saya belum sempat menyampaikan, selamat untuk pernikahan kalian." Gus Hanan tiba-tiba memulai percakapan yang membuatku kembali merasa tak enak. "Udah lama,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Saling Memaafkan

    "Sakit." Mas Fariz menunjukkan telapak tangannya yang memerah, sesaat setelah kami keluar dari ruangan Kiyai Aziz. Kuhela napas panjang, lalu meraih tangannya. "Bayangin kalau Pak Yai yang kena pukul tadi? Ujung meja aja sampe patah, apalagi bahu beliau," tegurku sembari meniupi telapak tangannya."Ya maaf, kelepasan. Lagian Pak Yai pake muji-muji kita serasi, pan gue jadi seneng."Aku tersenyum kecil, lalu mengapit lengannya menuju parkiran."Bagus, dong. Bukannya kita emang serasi?" godaku sembari meremas otot bisep-nya yang menyembul dari balik kemeja ketat.Dia mengerjap. "Nggak usah ikut-ikutan kalau tujuannya cuma buat ngehibur doang." Dia melepas genggaman tanganku, lalu menjaga jarak saat kami berjalan beriringan. "Gue kalau lagi galau emang suka baperan. Jadi, nggak nerima pujian yang isinya cuma basa-basi doang."Aku menahan senyum, seraya mengikuti langkah Mas Fariz yang mulai terlihat serampangan. Sesekali kakinya menendang batu krikil atau apa pun yang ada di hadapan."

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Hikmah di Balik Musibah

    Esok paginya. Aku terbangun dengan perasaan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Nasehat Bapak benar-benar ampuh untuk membuat kami sama-sama saling introspeksi. Khususnya aku yang sempat dilanda dilema, dan ditempatkan di antara dua lelaki.Selesai menunaikan sholat subuh dan mencuci. Masih dengan daster dan kerudung yang hanya disampirkan, kuhampiri Ibu di dapur untuk menanyakan keberadaan Mas Fariz yang tak terlihat setelah subuh tadi. "Bu, liat Mas Fariz?" tanyaku sembari menumpukkan dagu di bahunya yang tengah asik mengulek sambal."Oh, suamimu lagi benerin genteng di gudang. Kemarin Ibu periksa ternyata ada yang pecah ketiban Sukun. Pohonnya, kan pas banget di atas!""Dari tadi?" Aku bertanya lagi. "Udah hampir jam setengah sepuluh ini." Aku memastikan karena heran bagaimana bisa membetulkan genting membutuhkan waktu selama ini."Iya. Tadi, sih Ibu liatnya dia sambil meriksa motor tua Bapak yang udah lama nggak dipake.""Oh."Tak heran sekarang kenapa dia membutuhkan banya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Ngeyel

    "Ngapain nyusulin ke mari?!" pekik Mas Fariz saat melihatku menghampiri ke Kali sembari memeluk handuk kering yang dibawa dari rumah.Tergesa-gesa dia naik ke permukaan, setelah meraih kausnya yang nyaris hanyut tadi. Aku menghela napas saat melihat Doni yang semula sempat menggantikan mengangkat telepon sudah ikut terjun, berenang di dalam air Kali yang kebetulan arusnya memang tenang dan lumayan dangkal itu. Dua temannya yang lain juga melakukan hal yang sama. Hanya dengan celana boxer yang melekat mereka melompat dari batu ke batu, menyusuri sekitaran Kali yang biasa digunakan untuk tempat mancing ini."Doni bilang kamu nyebur, aku kira kelelep, makanya buru-buru aja ke sini," cetusku sembari menutupi kepalanya yang basah dengan handuk.Selesai menggosok rambut dan wajahnya, Mas Fariz langsung menatapku sembari menggigit bibir menahan tawa."Badan segede gini? Kelelep?" Dia membalikkan pertanyaan."Emang Gajah nggak akan kelelep kalau nyebur ke Kali?" Tak mah kalah, aku membalasnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Kecelakaan

    "Seumur-umur Bapak mancing di Kali, nggak pernah, tuh dapet Iwak atau Gurame sebesar ini. Hebat kamu, Riz." Pujian Bapak menjadi pembuka acara makan bersama kami sore ini.Aku yang tahu kebenarannya hanya bisa menoleh pada Mas Fariz yang tertunduk sembari mengusap tengkuk.Bapak tak tahu saja kalau Gurame yang beliau makan sebenarnya dapat beli dari Bu'de Wiwik, sementara hasil tangkapan Mas Fariz dan anak-anak tadi, sudah mereka lepas lagi."Ng, nganu, Pak. Sebenernya itu Gurame dapet beli dari Bu'denya Si Dodon, hasil mancing udah kita lepasin lagi."Aku tersenyum. Sudah kuduga Mas Fariz tak mungkin berbohong hanya untuk menyenangkan Bapak."Loh, kenapa dilepas lagi, to, Riz?" Kini, Ibu yang menimpali."Fariz kesenengan pas Suci nelepon kalau dia udah isi," akunya dengan telinga yang sudah memerah.Bapak dan Ibu berpandangan, setelahnya mereka menatapku."Oalah, ternyata ini penyebabnya." Aku menunduk dengan wajah yang sudah terasa menghangat."Kapan kalian mau chek up buat mastiin?

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-28
  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Takut Kehilangan

    "Jangan nangis, gue cuma keseleo doang, kok. Nggak sampe patah tul--aw, aw, aw!" Kupukul lengannya yang diperban berkali-kali."Makanya jangan pecicilan jadi orang! Sehari aja anteng bisa nggak, sih, Mas? Hobi bener bikin orang jantungan!"Kuseka air mata dengan kasar, lalu kembali memukul kaki dan lengannya.Demi Tuhan saat Doni mengatakan bahwa Mas Fariz kecelakaan tadi, jantungku serasa pindah ke dengkul. Kaget bukan main. Namun, saat bocah itu menjelaskan kalau kecelakaannya melibatkan gedebong pisang ... seketika kekhawatiranku telah berubah menjadi dongkol."Kamu tahu nggak gimana takut dan kagetnya aku saat Doni bilang kamu kecelakaan? Hampir aja anak kita brojol sebelum waktunya! Mananabrak gedebong pisang doang pake pingsan lagi, malu-maluin!" pekikku sembari menumpahkan tangis yang tak bisa kucegah antara kesal dan prihatin."Iya, sorry, Suci Sayang. Gue ngaku salah, gue emang pecicilan. Tapi beneran nggak apa-apa, sumpah. Tadi pingsan juga cuma pura-pura doang, udah kadung

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01

Bab terbaru

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Doa yang Menyertai

    "Assalamualaikum.""Waalaikumsallam."Faqih menyambut kedua sepupunya yang baru saja datang berkunjung. Dengan kaki yang tak lagi pincang, dia menuntun Akmal dan Hafiz masuk, lalu menjamu mereka seadanya karena kebetulan Suci memang ada jadwal mengisi materi akhir pekan ini."Om Fariz ke mana, Qih?" tanya Hafiz. Pandangannya menyapu sekeliling rumah sederhana milik orang tua Suci yang hampir sebulan keluarga Omnya tempati."Ada, tuh di kamar. Nggak tahu dah si Bapak ngapain? Begitu Ibuk pergi dia nggak keluar-keluar, padahal toko udah seharusnya buka dari tadi.""Bapak bisa denger, Faqih ...!" Terdengar suara teriakan Fariz dari dalam kamar. "Bapaknya lagi sibuk bukannya dibantuin, malah lu omelin."Faqih nyengir, lalu mengusap tengkuk. "Faqih tahu Bapak lagi ngapain juga enggak," elaknya."Bapak lagi packing. Dahlah, lu kasih orson atau teh manis aja dulu tuh anak berdua. Bentar lagi bapak kelar," titahnya kemudian."Iya, ini juga lagi." Faqih berlalu ke dapur dan kembali dengan nam

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Pensiun Dini

    DiaperDynamo : Bangke! Ngetik begitu doang ampe setengah jam.SleepyRingleader : Sebenernya gue nggak sanggup melakukan ini (emot nangis)Winni Tiny Bunny : Dah, bubar-bubar! Susah kalau berhubungan sama Bavak-bavak bucin dan laperanSleepyRingleader : Diem lu, Terong! Makanya kawin, biar tahu enaknya. Bukan nyevongin mesin tato mulu. Madesu, lu!Fariz melempar ponselnya ke samping kursi yang diduduki dengan perasaan dongkol. Bukannya mendapat solusi dari permasalahan yang terjadi, mereka justru saling adu argumen dan saling menyalahkan siapa yang salah di sini.Tak lama ponselnya berbunyi. Panggilan video dari Bobby tampak di layar."Halu.""Gud morning, Brother!" Wajah Bobby memenuhi layar ponsel Fariz saat sambungan video call tersambung. Terlihat, lelaki di seberang sana tengah asik menyeruput kopi dengan baground Sherly yang sibuk momong adik Salsa yang tahun ini baru masuk TK."Gue mau ngobrol tentang hal penting, bisa pindah dari sono? Backgroundnya kurang sedep di pandang mat

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Sebuah Rencana

    Suci dan Fariz saling melempar pandang. Sesekali mereka memerhatikan Ainun yang tampak canggung. Perempuan 22 tahun itu memilin-milin ujung kerudungnya yang lebar setelah menyaksikan kejadian melorotnya sarung yang Faqih kenakan, hingga berakhir dengan mengurung dirinya dia kamar."Ekhem, uhuk, hatchi!""Mas!" Suci menyikut perut buncit suaminya saat Fariz mencoba mencairkan suasana dengan cara yang cukup berlebihan."Jadi, Ainu--""Ini ada titipan--"Suci dan Ainun membuka percakapan secara bersamaan. Mereka terkekeh setelahnya. Begitulah perempuan."Maaf kalau saya datang nggak kasih kabar dulu, ya, Bu, Pak. Jadi, nggak enak." Ainun tersenyum kikuk, entah kenapa dia merasa tak enak dengan apa yang baru saja terjadi. Faqih pasti malu sekali."Nggak apa-apa, Nun. Kalau tentang si Faqih-- dia mah udah biasa mempermalukan diri kali!" Enteng sekali Fariz mengatakan."Mas!" Sekali lagi Suci menegur sang suami. Matanya menyipit mengingatkan.Ainun tertunduk, kulit wajahnya yang kuning lang

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Melorot

    Sepulangnya check up. Suci langsung mempersiapkan makan siang untuk keluarga kecilnya. Sementara kedua orang tuanya langsung pamit pulang setelah berbincang-bincang sebentar tentang kondisi kesehatan Pak Ahmad. Di sela menyiapkan makan, Suci langsung menceritakan tentang keresahannya setelah mendapati kondisi kedua orang tuanya yang tak lagi bugar. Perempuan itu juga mengatakan tentang undangan H. Sulton yang jatuh pada lusa. Setelah membaca situasi, Suci merasa tak yakin bisa kembali ke Jakarta untuk waktu yang cukup lama.Mendengar penjelasan istrinya, Fariz mulai memutar otak. Di satu sisi dia tak sanggup Ldr dengan anak dan istrinya, tapi di sisi lain ada pekerjaan yang tak sepenuhnya bisa dia tinggalkan. Setelah cukup lama memikirkan di sela makan siang. Dia memutuskan untuk mendiskusikannya dengan Bobby."Bapak beneran nggak makan lagi Ikan setelah tragedi Denok dipepes Ibuk?" Pertanyaan Faqih memecah lamunan Fariz dan Suci yang masih bergelut dengan pikiran masing-masing. "Me

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Nasehat Keluarga

    "Loh, ada Ibu!" Suci keheranan heran saat melihat ibunya tengah duduk di samping Faqih. Tanpa basa-basi perempuan dengan kerudung instan dan gamis biru itu langsung menyambar tangan Bu Sulis. "Kapan ibu dateng?" tanyanya kemudian."Belum lama, Nduk!" Senyum dari wajah teduh itu masih sama hangatnya. Dia mengelus punggung tangan Suci yang masih erat digenggamnya. "Kenapa nggak kasih tahu ibu kalau nenek dateng?" Suci yang merasa tak enak, langsung beralih pada Faqih yang masih santai menyeruput es teh manis."Faqih udah nawarin, Buk. Tapi nenek nggak mau, katanya biarin aja, takutnya ganggu." Lembut dan terarah Faqih menjelaskan."Padahal ibu nggak lagi ngapa-ngapain juga di belakang." Ibu kandung Faqih itu duduk di kursi kosong samping Bu Sulis. Ketiga memilih untuk berbincang-bincang sejenak di depan teras, sebelum beranjak masuk. "Bukannya kamu lagi mandiin burung kata Faqih?" Kali ini giliran ibunya yang bertanya pada Suci."Oh, iya. Bentar aja tadi. Terus lanjut jemur baju. Ini

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Salah Paham

    Pagi hari di Pesantren Al-Huda. Terlihat Salsa dan Aisha celingukan di depan ruangan pengurus asrama putri."Kok, nggak ada, ya, Sha?" tanya Salsa sembari mengintip dari balik kaca. "Belum dateng kali," terka Aisha yang mengikuti Salsa di belakangnya. "Tapi, ini udah jam setengah sembilan." Salsa melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Karena ustadzah yang mengajar sedang berhalangan, dia dan Aisha izin sebentar untuk menemui seseorang. "Salsa, Aisha!"Refleks, dua remaja putri itu menoleh bersamaan. Terlihat di sana, Ainun tengah menggendong seorang bayi berusia enam belas bulan. "Eh, Mbak Ai!" seru Salsa dan Aisha hampir bersamaan. "Cari siapa?" Bergantian Ainun menatap gadis-gadis remaja di hadapannya. "Ini, loh, Mbak. Kita lagi cari Tante Suci," tutur Salsa. "Huum, mau nitip sesuatu," tambah Aisha yang langsung disikut Salsa. Anak sulung Bobby-Sherly itu memberiku kode agar Salsa tak membocorkan rencananya untuk memberi sesuatu pada untuk Faqih. "Loh, bukannya Bu

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Gara-Gara Burung

    Suci melipat tangan di atas dada menatap bapak dan anak yang sedang sibuk menangkap burung berjenis Murai Batu yang terbang di sekeliling kamar Faqih. Di ambang pintu, perempuan empat puluhan tahun itu memerhatikan Fariz yang tak berhenti mengoceh mempertanyakan, kenapa bisa burung yang baru saja dia beli seharga tiga setengah juta itu tiba-tiba keluar dari sangkarnya? Beruntung kamar yang Faqih tempati mempunyai sirkulasi udara yang rapat dan terhalang teralis kawat. Jadi, burung mungil itu tak sampai kabur keluar. Di tengah kepanikan yang ada, Fariz masih harus dihadapkan dengan sang istri, serta hutang penjelasannya pada Suci terkait keberadaan burung yang ia beri nama Inem itu. Kalau bukan karena mulut polos Faqih yang asal nyeplos. Mungkin keadaannya tak akan serunyam ini. "Kamu nggak ada niat bantu, Buk?" cicit Fariz yang mulai menyerah dalam kukungan tatapan tajam Suci. "Emang kehadiran Inem udah berdasarkan persetujuanku?" Pertanyaan yang dijawab dengan pertanyaan lagi, me

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Simpanan Bapak

    Baru sehari sejak kepindahannya ke rumah ini. Niat hati ingin bermanja-manja dengan sang istri tanpa halang dan rintangan setelah sebelumnya menanggung malu karena salah mengenali. Fariz masih harus dihadapkan dengan Faqih yang kecelakaan sebab kecerobohannya sendiri. Mendapati Suci melimpahkan semua perhatiannya pada sang putra sejak mereka kembali kemarin. Pagi ini Fariz memutuskan untuk menenangkan diri dengan nongkrong di teras depan ditemani secangkir kopi. "Eh, baru ya, Mas?" Seorang tetangga yang tak sengaja melintas, menyapa Fariz yang masih sarungan hanya dengan kaus kutang. "Iya, baru keluar." Santai saja dia menjawab dengan cengiran khasnya. "Bukan, maksud saya baru di sini." Ralat bapak-bapak yang hanya sedikit lebih tua dari Fariz. "Oh, iya. Saya sekeluarga baru pindah kemarin," terangnya. "Oalah, mantune Pak Ahmad, ya? Yang dari Jakarta?""Iya, Pak.""Ngomong-ngomong kesibukannya apa?" Tanpa diminta lelaki bertubuh tambun itu sudah mengambil tempat di samping Fariz

  • Akibat Sumpah Sebelum Menikah   Dirawat di Rumah

    Mendengar celetukan Salsa yang ditujukan untuk membela dirinya, Faqih tersenyum lebar, lalu menyodorkan jari membentuk hati, lalu bergumam tanpa suara seolah merangkai satu kata. "Alapyu."Salsa yang menyadari itu langsung membuang muka padahal hatinya amat berbunga-bunga."Astagfirullah si Salsa. Mau marah, tapi, kok bener, ya." Sementara Fariz yang masih tak percaya hanya bisa menggaruk rambutnya. "Mau heran, tapi ini anaknya si Bobby.""Mas!" Suci menyikut lengan Fariz, menegurnya.Sesaat keheningan menyelimuti, sampai saat ponsel Fariz yang berbunyi di dalam saku, menginterupsi."Siapa?" tanya suci begitu melihat Fariz menatap layar ponselnya."Papa.""Ya udah buruan angkat!" pinta Suci. Fariz menurut dan bergegas menyambungkan panggilan dengan orangtuanya yang kini menetap di Palembang."Halo, assalamualaikum." Panggilan dari seberang Fariz loundspeaker agar bisa didengar semuanya."Waalaikumsallam. Gimana kabar Faqih?""Bok, ya sebelum cucu yang ditanya anaknya dulu, to, Pa!"

DMCA.com Protection Status