Share

Bab 9

Author: Safiiaa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Akhirnya Kumenemukanmu 9

"Eh tumben kayak bapak-bapak bener omonganmu?" tanyaku heran. Tak biasanya dia bisa sebijak ini.

"Kan aku lagi bijak, jangan menghancurkan martabatku sebagai lelaki yang bijak," ujarnya sambil membenarkan kerah baju, bergaya sok.

"Hilih, biasanya juga kamu yang doyan!" balasku sambil melempar rokok ke arahnya. Dengan sigap tangan Adam menerima lemparanku itu.

"Haisss jangan main lempar-lemparan, hancur rokokku!" sungutnya pura-pura marah.

"Berapa sih harga rokok? Ngajakin kencan cewek keluar modal banyak juga biasa aja," selaku sambil mencebik.

Adam malah tertawa renyah. "Jangan keras-keras, ini kafe ada cctvnya, hancur sudah rumah tanggaku kalau dia dengar," bisiknya.

"SSTI."

"Apaan itu?"

"Suami-suami takut istri," jawabku sambil tertawa.

"Bukan takut istri, tapi sayang istri. Ngawur aja kalau sampai dia tahu, bisa tidur di luar aku," sengitnya.

Setelah ngobrol dengan Adam, aku kembali pulang dengan hati berkecamuk. Pernikahan sudah didepan mata tapi hatik
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 10

    Akhirnya Kumenemukanmu "Sa, siapin baju-baju kamu sama barang-barang Kiaa ya? Kalian ikut pindah ke rumah Risky yang di perumahan Grand Kencana," ujar Bu Maria saat aku sedang membuatkan susu untuk Kiaa. "Pindah, Nyonya?" tanyaku kaget. Aku refleks menghentikan gerakan tanganku memindahkan susu bubuk ke dalam botol susu milik Kiaa."Iya. Setelah pulang dari hotel Risky dan Adinda langsung pindah ke rumahnya," jawab Bu Maria cepat. Ia tengah duduk di bibir ranjang dan menepuk paha Kiaa yang mengantuk. Bayi mungil itu menggeliat karena lapar.Astaga, aku pun ikut pindah? Bagaimana hidupku di sana nanti? Bagaimana kikuknya sikapku saat hanya tinggal berempat di sana dengan keluarga kecilnya? Astagfirullah. "Kenapa, Sa? Kok bengong?" tanya Bu Maria saat aku terdiam sambil menggenggam susu Kiaa yang belum kuaduk.Mataku terperanjat saat mendengar pertanyaan Bu Maria. Perempuan paruh baya itu rupanya mengamatiku."Hei, Bayi kecil," sapa Dimas tiba-tiba. Ia baru saja masuk ke kamar Kiaa t

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 11

    Akhirnya Kumenemukanmu"Sudah, Papa. Kita berangkat?" tanya Adinda yang suaranya juga dibuat seperi anak-anak."Ya sudah buruan pamit sama Mama dan yang lainnya."Tanpa permisi lelaki berkaus polo warna cokelat itu berlalu begitu saja. Adinda pun turut kekuar bersama Kiaa dalam gendongannya. Sedang aku mengekor di belakangnya sambil menarik koper Kiaa juga menenteng tas bawaanku.Bu Maria dan Dimas sudah menunggu di teras. Keduanya menunjukkan raut wajah sedih melepas kepergian Kiaa dari rumah mereka."Hati-hati ya, Sayang, cucu Nenek," ujar Bu Maria sambil menciumi pipi Kiaa. "Kapan-kapan Om juga mau main ke rumah Kiaa, biar ketemu sama embak berhijab yang cantik jelita," goda Dimas sambil melirik ke arahku.Ah lelaki muda ini terlalu genit. Sungguh berbeda dengan sang kakak yang berwibawa. Aku menunduk sambil menahan senyum. Bukan karena ada yang lucu, hanya saja aku bersyukur pernah menaruh rasa pada kakaknya yang lebih baik dari adiknya, kelihatannya.Kepalaku kemudian mendongak,

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 12

    Akhirnya Kumenemukanmu"Maaf," ucapnya setelah aku menarik tanganku dari bawah tangannya.Aku mengangguk cepat. Ada sebuah rasa yang menjalar dari tanganku ke seluruh sendi-sendi dalam tubuhku setelah merasakan sentuhannya. Hanya sentuhan biasa, bukan sentuhan dengan rasa tapi sudah membuat kepalaku terasa ada yang berjalan lambat. Kami terdiam beberapa saat. Bergulat dengan isi pikiran masing-masing. "Kamu masuk saja, biar aku yang ambil," ucapnya tanpa melihatku. Tangan kokoh itu dengan cepat membuka pintu mobil bagian belakang.Aku lantas masuk ke rumah baru Mas Risky dengan hati tak menentu. Seharusnya tadi aku tersenyum atau membalas menyentuh tangannya karena respon dia hanya diam tanpa berucap apapun sebelum aku menarik tanganku. Setidaknya itu satu kemajuan dari perubahan sikapnya.Adakah yang harus disyukuri dari semua ini?Suara tangis Kiaa membuatku tersadar bahwa lelaki yang tadi mneyentuh tanganku adalah suami orang. Astagfirullah hal adzim. Aku memukul kepalaku menggu

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 13

    Akhirnya KumenemukanmuTidak ada maksud dalam hati untuk menguping pembicaraan seseorang dalam ruangan yang ada di depanku berdiri. Aku hanya ingin memastikan bahwa tidak ada pembicaraan yang merugikan orang lain. Sebab rasa cintaku pada lelaki yang bergelar suami itu lebih untuk menjaga, bukan merusak. Aku masih memiliki kewarasan pikiran untuk membedakan hal baik dan buruk. Terlebih setelah melihat seberapa besar cinta Mas Risky terhadap almarhumah istrinya yang sekarang ia curahkan kepada putri semata wayangnya. Diri ini hanya ingin menjaga apa yang dulu dijaga mati-matian olehnya."Kalau masih pengantin baru aja aku diabaikan, gimana kalau pernikahannya sudah berumur panjang?"Suara Adinda terjeda beberapa saat. Mungkin ia sedang menelpon seseorang dan sedang memberi kesempatan bagi si penelepon untuk membalas ucapannya. "Besok kalau dia masih sibuk sama kerjaannya, aku mau jalan aja sama kamu," jawabnya lagi setelah beberapa saat terdiam."Oke, jemput di rumah aja. Tapi jangan

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 14

    Akhirnya Kumenemukanmu"Makasih ya, Mbak? Saya kesel sama Mas Risky, lebih mentingin kerjaannya daripada saya," keluhnya. Gurat kesedihan tersirat dari sorot matanya yang sendu. Tangan yang saling bertaut menunjukkan bahwa ia tengah cemas menunggu sang suami. Helaan napasnya terdengar jelas dan kentara.Seharusnya ini adalah malam-malam yang panjang dan menyenangkan bagi setiap pengantin baru. Tetapi sebaiknya sebagai perempuan kita belajar memahami kondisi pasangan kita masing-masing. Belajar memahami lebih dulu untuk mereka bisa memahami keadaan kita karena sejatinya pernikahan itu adalah saling berbagi."Sama-sama, Mbak. Jangan sedih," ujarku pelan.Perempuan yang tengah memakai dress selutut motif bunga-bunga itu kemudian bangkit dari duduknya. Ia berjalan dengan malas menuju kamar tidur miliknya. Pakaian yang tipis dan tampak feminim itu sepertinya sengaja dipakai untuk menyambut kepulangan sang suami, sayangnya persiapannya tidak menghasilkan apapun. Aku mematikan lampu ruang t

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 15

    Akhirnya Kumenemukanmu "Sini Kiaa biar sama aku, Mbak," pinta Adinda dengan suara parau saat aku baru saja kembali ke halaman rumah. Ia menghampiriku dengan wajah sedihnya yang dipaksa untuk tersenyum. Bekas air mata itu masih membekas di seluruh area wajahnya. Aku terdiam menyaksikan wajah penuh kesedihan itu meraih Kiaa dari dalam stroller. Kuberikan ia kesempatan untuk menghibur dirinya dengan kehadiran Kiaa. Mungkin dengan mendengarkan suara celoteh dan tingkah menggemaskan bayi Kiaa membuatnya terhibur dan bisa melupakan kesedihan yang menderanya. Perempuan yang masih mengenakan dress yang sama seperti semalam meninggalkanku tanpa permisi. Ia pergi begitu saja setelah Kiaa dalam gendongannya. Ah malang sekali nasibnya. Tapi tunggu, aku masih harus menunggu satu hal yang kudengar semalam. Apakah sungguh terjadi di hari ini ataukah ia batalkan semuanya dan ia tetap berada di rumah bersama Kiaa. Ah mendadak hatiku cemas menanti saat-saat itu akan datang. Terbersit dalam benakku r

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 16

    Akhirnya Kumenemukanmu"Sudah diperiksa, Bu?" tanyaku mencoba tenang. Dalam situasi seperti ini, aku tak boleh ikut panik agar tidak gegabah dalam mengambil sikap."Sudah. Tapi masih tinggi demamnya. Ibu ngga tau lagi harus gimana. Kayaknya dia rindu kamu. Beberapa hari ini dia murung terus," jawab Ibu panik.Mendengar suara Ibu yang panik membuatku turut merasa cemas. Maklum saja, ini pertama kali kami hidup berjauhan dan diusia Caca yang masih terlalu kecil harus kehilangan ayah dan hidup berjauhan dengan Ibu secara bersamaan."Ibu jangan panik, ya? Obat penurun panasnya jangan lupa diminumkan. Sania usahain untuk pulang hari ini juga. Ibu tenang, ya?" "Iya. Tapi beneran ya, Nduk, jangan sampai ngga pulang. Ibu ngga tega melihat Caca sakit kayak gini," jawab Ibu memohon kepastian. "Sania janji, Bu. Sania usahain untuk pulang hari ini juga," jawabku meyakinkan sambil melirik jam yang bertengger di dinding.Setelah menutup panggilan dari Ibu aku terduduk lemas di bibir ranjang. Bibi

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 17

    Akhirnya KumenemukanmuHatiku nelangsa saat beberapa orang yang membantu mengejar ojek itu kembali dengan tangan hampa. Deru kenalpot bus yang keluar masuk pintu terminal tak membuat rasa nelangsaku memudar. Lidahku kelu untuk sekedar meminta pertolongan kepada sesama manusia di sekitar terminal ini. Semuanya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.Pikiranku buntu untuk sekedar berpikir langkah kedepannya yang harus aku ambil. Yang ada dapam pikiranku hanya kondisi Caca.Di dalam tas itu ada dompet juga ponsel yang merupakan barang yang penting. Jika dua barang itu hilang, bagaimana caraku untuk pulang? Bagaimana caraku untuk mengabari Ibu bahwa aku akan terlambat pulang atas musibah ini? Seandainya saja ada Mas Risky di rumah, mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi.Mungkin dia akan memastikanku masuk ke dalam bus sebelum benar-benar pergi meninggalkan terminal ini. Ah lagi-lagi aku berhayal terlalu tinggi. Jika di rumah saja dia abai, bagaimana mungkin mau mengantar apalagi menu

Latest chapter

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Doa Orang Teraniaya

    Aku dan Mas Risky sama-sama kebingungan mencari Mama. Kemana perginya beliau yang sama sekali tak paham daerah sini. Rumah Bude Nikmah pun terlihat sepi. "Kemana lagi nyarinya, Mas? Semua ngga ada yang tahu." Aku berujar setelah bertanya pada beberapa tetangga yang kebetulan berada di luar.Mas Risky berusaha terlihat tenang. Ia tak mau gegabah. Terlebih Mama sudah dewasa dan masih normal atau belum pikun. Minimal Mama masih bisa kembali dengan selamat. Hanya saja kami panik karena beliau tak izin lebih dulu."Mama ngga akan hilang. Cuma pergi aja mungkin dan ngga pamit." Mas Risky mencoba menenangkanku."Iya. Tapi Mama kan ngga kenal siapa-siapa di sini. Gimana ngga panik coba?""Kita tunggu ya? Kamu tenang aja." Mas Risky menggandengku berjalan kembali menuju arah rumah. Ia tak mau terlihat kebingungan di jalanan. Sebaiknya kami menunggu saja di rumah.Aku duduk di kursi teras dengan cemas. Baru kali ini Mama keluar tanpa pamit. Bahkan Mas Dimas pun tak tahu kemana mamanya pergi.

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Mana Mana?

    Akhirnya Ku Menemukanmu"Kita balik?" tawar Mas Dimas malam ini. Bakda tarawih kami semua duduk bersantai di ruang tamu. Mengeratkan diri satu sama lainnya dengan obrolan yang ringan dan seru.Bu Maria terdiam. Ia memandangku dan Mas Risky bergantian."Kayaknya enak di sini. Sampai lebaran juga boleh. Gimana?" balas Bu Maria."Apa boleh kami menginap di sini sampai lebaran?" tanya Bu Maria. Kini wajah itu menghadap ke wajahku, seakan ia sedang meminta persetujuanku."Boleh dong, Ma. Silahkan saja. Sania malah senang bisa lebaran di kampung ini lagi.""Gimana, Mas?" tanyaku pada Mas Risky. Bagaimana pun aku harus meminta persetujuannya sebelum mengambil keputusan."Kalau Mama minta begitu ya sudah. Kita di sini dulu. Tapi aku minta Bi Siti buat antar Kiaa dulu ke sini. Biar rame.""Biar kujemput, Bang.""Apa Caca boleh ikutan?" sela Caca tak mau ketinggalan."Boleh. Ajak Mbak Mira juga boleh," sambut Mas Dimas malu-malu."Mbak Mira ikutan ya? Biar seru. Nanti bantu aku gendong adik Kia

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Ganti Rugi

    Akhirnya Ku Menemukanmu "Halo Sayang," ujar Bu Maria ramah.Akan tetapi yang diberi ucapan malah bersembunyi dibalik badan langsing milik Mira. Ia memegang ujung baju Mira dengan eratnya. Seperti sedang merasa terintimidasi.Dadaku mencelos melihat sikap Caca. Begitu takutnya ia melihat wanita yang pernah marah-marah di hadapannya waktu itu. Tapi aku pun tidak bisa menyalahkan. Itu adalah sebuah respon natural dari apa yang pernah ia lihat dan saksikan. Terlebih sebuah kejadian itu tidak pernah ia alami sebelumnya.Aku berinisiatif untuk mendekati tubuh putriku. Bukan tidak mau, hanya saja butuh waktu dan pengertian. Aku memaklumi itu."Sayang, Nenek sudah minta maaf sama Mama. Nenek sudah baik sama Mama dan Papa. Caca jangan takut lagi ya? Nenek sayang kok sama Caca," ujarku sambil menoleh ke arah Bu Maria.Caca masih saja bersembunyi di balik badan Mira. Ia masih dengan posisi yang sama. Menggenggam erat baju Mira dengan kedua tangannya.Badan tambun yang wajahnya sudah terlihat se

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Runtuhnya Ego

    Akhirnya Ku Menemukanmu "Maafkan aku, aku telah membuatmu menderita. Aku telah berbuat dosa padamu," lirih Bu Maria sambil terisak.Wanita yang kini mulai membuka hati untukku itu merengkuhku dalam dekapannya. Erat sekali. Dada yang naik turun tak beraturan itu membuatku turut merasakan sesak yang teramat sangat. Betapa dalam dirinya juga sebenarnya merasakan hal yang serupa denganku. Hanya saja terbalut gengsi dan malu untuk mengakui segala kesalahan yang telah diperbuat."Tidak, Ibu tidak berbuat dosa." Aku mengusap punggung lebar itu dengan lembut dan seirama. Sebisa mungkin aku tidak terlalu menyudutkan posisinya.Semakin tua seseorang, hati dan perasaannya makin sensitif. Sedikit saja ucapan atau perilaku yang tidak sesuai dengan keinginannya, pasti akan membuatnya mudah emosi atau marah-marah. Hal ini juga terjadi dengan Bu Maria, mertuaku. Sikap Bu Maria itu sudah fitrahnya sebagai orang tua yang sudah lanjut. Bahkan hal ini sudah dibahas dalam Al Qur'an. Ini yang membuatku b

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Pasrah

    "Ibu apanya Kiaa?" tanya Mbak Sari, yang sejak tadi diam menyaksikanku memeluk dan sesekali mencium gemas pipi Kiaa yang berada dalam dekapanku.Aku terdiam, lalu mendudukkan Kiaa di pangkuanku setelah memberinya sebuah mainan agar ia tak lagi merengek."Saya ibu sambungnya Kiaa." Aku menjawab sekenanya. Hendak menceritakan semua pun rasanya tak etis."Ibu sambung?" kagetnya. Kedua matanya melebar sambil menatapku tak percaya.Aku tersenyum melihat reaksinya. Wajar dia kaget melihat kedekatanku yang tidak biasanya. Terlebih saat ia bertemu denganku tadi, Bu Maria dalam keadaan marah-marah.Saat aku hendak mengalihkan pembicaraan, kulihat Bi Siti lewat di depan kamar Kiaa sambil membawa nampan berisi makanan."Mbak, nitip sebentar ya," ucapku sambil berdiri. Tanpa menunggu jawaban Mbak Sari, aku mengejar tubuh Bi Siti yang sedang berjalan menuju kamar Bu Maria. Ini adalah saat yang tepat untuk kembali merayu wanita paruh baya itu."Bi, makanannya buat Mama?" tanyaku setelah Bi Siti be

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Curahan Kasih

    Akhirnya Ku MenemukanmuAku berjingkat mendengarkan suara yang tiba-tiba memekakkan telinga. Tangan yang semula sudah terulur untuk menggendong bayi mungil di hadapanku kembali kutarik. Wajahku yang semula sudah bahagia karena bisa melepas rindu dengan Kiaa, sekarang terdiam, bahkan cenderung tegang.Mas Risky berjalan beberapa langkah mendekati badanku berdiri di dekat pengasuh Kiaa. Aku menyambutnya dengan meraih pergelangan tangannya untuk kugenggam erat karena rasa takut yang kembali mendera."Jangan lagi sentuh cucuku," hardik Bu Maria keras. Dua bola mata itu membulat sempurna. Bahkan wajah yang pucat tak membuat dia menurunkan nada bicaranya.Jari telunjuk yang dihiasi dengan cincin emas itu mengarah sempurna searah dengan dua mataku. Aku tertegun, sebegitu besar bencinya terhadapku. Sungguh, perbuatan Mas Risky kemarin menyisakan dendam dalam sinar mata Bu Maria yang penuh luka."Kami datang untuk menjenguk Mama." Mas Risky mulai bersuara. "Mbak Sari, bawa Kiaa masuk kamar.

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Muara Rindu

    Melihat wajah Mas Risky yang cemberut, aku malah tertawa. Lucu saja melihat wajah tampannya dibuat jelek dengan bibir yang maju beberapa senti. Namun saat aku tergelak, tanpa aba-aba Mas Risky berdiri dan mengangkat tubuhku hingga aku memekik kaget."Mas," pekikku. Dengan cepat tanganku mengalung ke lehernya. Mataku membulat sempurna menatap wajahnya yang tepat berada di depanku. Tapi tak urung, aku menyandarkan kepalaku ke bahunya."Salah sendiri. Dibilang Mas lagi rindu malah cekikikan," kesalnya. Tapi tak urung wajah itu akhirnya tersenyum juga.Mas Risky meletakkan bobot tubuhku ke atas ranjang sederhana yang menjadi tempat bersatunya kami setelah akad beberapa waktu lalu. Ranjang yang menjadi saksi bahwa lelaki yang kerap kusebut dalam doaku benar-benar menyentuhku dengan segenap cinta dan kasih yang dia miliki."Habis Mas lucu sih." Aku masih saja tak bisa menahan bibirku untuk tidak tertawa."Kok lucu?" sela Mas Risky. Ia mengunci tubuhku di bawah tubuh gagahnya. Kedua tangann

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Geli, Mas!

    Akhirnya Ku Menemukanmu 57"Mama sakit, Sayang." Mas Risky berujar setelah meletakkan ponselnya. Ia menatapku dalam tak berkedip."Kita ke sana?" tawarku pelan."Tidak."Aku terkejut. Mataku membulat menatap wajah suamiku yang duduk di sebelahku. Begitu tegasnya ia menolak."Mas, Ibumu sedang sakit, bagaimana mungkin Mas tidak mau datang ke sana?" tanyaku tak percaya."Tidak akan datang sebelum Mama mau menerimamu sebagai menantunya." Mas Risky berujar tanpa menatapku.Aku tertegun mendengar ucapan Mas Risky. Sebegitu kerasnya ia berusaha untuk memaksa Bu Maria untuk menerima kehadiranku."Mas sudah lelah menuruti apa kemauan Mama. Sudahlah, biarkan ini jadi pelajaran buat dia. Biar Mama juga sadar kalau anaknya juga punya kemauan, ngga harus selalu menuruti kemauan Mama saja."Mas Risky kembali meraih sendok yang sebelum menerima telepon ia letakkan. Ia mulai melahap masakanku yang menurutku setelah mendengar kabar ini semua makanan di depanku ini jadi hambar. Padahal sebelumnya aku

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Kenapa Mama?

    "Kamu ngga apa-apa, Dek?" tanya Mas Risky setelah ia terbangun. Gurat kekhawatiran terlihat jelas dari pandangan matanya yang tak lepas menatapku. Telapak tangannya berulang kali memegang dahiku.Hatiku berbunga mendapati perhatian dari lelaki yang telah lama berpisah denganku."Aku ngga apa-apa, Mas. Jangan khawatir." Aku menenangkan. Kuubah posisi tidurku menjadi duduk bersandar di sandaran ranjang."Jangan puasa ya?" pintanya sedikit memaksa."Enggak, Mas. Aku puasa aja. Sayang lebaran kurang beberapa hari lagi. Aku juga sudah bolong banyak." Aku mengelak. "Kamu lagi sakit, Dek.""Enggak. Langsung sembuh pas ketemu Mas di sini," elakku. "Nih lihat sudah sembuh," sambungku sambil kupegang dahiku sendiri.Mas Risky terdiam menatapku sambil mengerjap. Perlahan seulas senyuman terkembang dari bibirnya yang kemerahan. Dimataku ketampanannya meningkat drastis karena lama tak berjumpa. Lebay ya? Biar saja. Aku cinta.Tangan Mas Risky yang kokoh itu meraih jemariku dengan lembut, lalu ia

DMCA.com Protection Status