...Siang telah berganti malam di kota S. Perjumpaan keluarge Wei di kediaman Shen telah berakhir dan saat ini mereka telah pulang dengan kendaraan mereka masing-masing. Wei Yuna bersama dengan Wei Dong, sementara Shen Ara diantar oleh sopir sekaligus asisten pribadinya.Wei Dong dan putrinya telah tiba di rumah mereka terlebih dahulu. Sesampainya mereka di ruang tamu rumah itu, Wei Dong langsung menyalakan api rokoknya sementara bibi pelayan di rumah itu langsung membuka jendela disekitarnya dengan lebar."Hari ini, sepertinya kakekmu sangat senang," ucap Wei Dong sembari menyesap cerutunya.Wei Yuna menyambut perkataan itu dengan senyumannya. "Benar, Ayah. Untung saja ibu sangat pintar," sahut Wei Yuna ikut mengambil sebatang rokok dari kotak berwarna hitam dan ikut menyalakannya.Jujur saja, hari ini Wei Yuna merasa begitu lelah karena terlalu banyak berbicara manis. Tentu saja itu bukan dirinya. Sehingga, setelah kepura-puraannya yang membosankan itu, sudah saatnya dia menenangk
...Malam telah berlalu digantikan dengan pagi yang cukup dingin di rumah sakit terbesar di kota itu. Waktu telah menunjukkan pukul 08.00 pagi dan semua pasien sudah terbangun untuk melakukan aktifitas sarapan dan pemeriksaan mereka. Sayangnya, sepertinya hal itu tidak berlaku bagi sepasang suami isteri yang saat ini sedang dirawat di kamar VVIP di lantai paling atas. "Eh, bagaimana? Apa kau sudah kesana?" tanya seorang perawat kepada rekannya yang langsung kembali hanya dalam waktu beberapa menit."Belum. Para pengawal tidak mengijinkanku masuk karena CEO Mu belum bangun," terang perawat itu sambil meletakkan kembali nampannya di atas meja."Masih belum bangun ya? Sudahlah, kalau begitu kita tunggu dokter Ma saja." terang perawat pertama itu yang disahut oleh rekannya yang lainnya."Iya. Lebih baik kita menunggu. Mungkin CEO Mu sangat lelah sehingga beliau sampai tertidur pulas.""Iya, kau benar. Kalau begitu, mari kita menunggu sebentar lagi," terang yang lainnya.Para perawat it
...Ceklek!Pintu ruang perawatan itupun terbuka menampilkan dua sosok sekretaris dengan pakaian rapi mereka. "CEO Mu, Selamat pagi," sapa sekretaris Ji yang langsung disusul oleh sekretaris Gu dibelakangnya."Selamat pagi CEO," sapa sekretaris Gu."Hm," sahut sang bos besar yang baru saja bangun itu.Mu Shenan masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Sambil menyugar rambutnya dengan tangan kirinya, dia terlihat mencari-cari sesuatu disekitarnya. Tetapi sepertinya dia tidak menemukan apa yang dia cari."Em, Tuan Mu. Apa ada yang bisa kami bantu?" tanya sekretaris Ji menyela perhatian Mu Shenan.Di ranjang besar itu tidak ada apapun kecuali pria bertubuh besar yang mengenakan baju tidur rumah sakit itu. Para sekretaris berpikir, mungkin CEO Mu telah lupa menaruh suatu benda sehingga mereka hendak menolongnya."Tuan, kalau boleh tahu, anda sedang mencari apa?" tanya sekretaris Gu mencoba untuk mendekat.Mu Shenan menggelengkan kepalanya. "Sudahlah, tidak perlu," katanya pada akhirny
...Sementara itu, di depan kamar VVIP dimana pasangan itu berada, asisten Bai nampak berdiri dengan sangat santai sambil membawa setoples kacang mete yang dibawanya dari rumah.Entah mengapa, tebakan asisten Bai selalu benar. Asalkan tuan dan nyonyanya itu bersama, pasti akan selalu ada keributan kecil yang timbul! Tidak di kantor, tidak di rumah, di mobil, ataupun rumah sakit, semuanya sama saja!Asisten Bai yang sudah sangat sering menyaksikan drama percintaan itupun sudah tahu harus berbuat apa. Jadi, selama menunggu drama sejoli itu berakhir, dia memilih untuk membuka toples kacang itu dan memakannya sebagai camilan pagi hari."Eh, apa kalian mau?" tanya asisten itu kepada pengawal yang berjaga disana."Hm," jawab mereka.Sama seperti asisten Bai, nampaknya tim khusus itupun sudah terbiasa dengan adegan yang sangat sering mereka lihat itu. Bagi mereka, sebuah tim yang sudah diperlengkapi dengan keahlian membunuh, adegan percintaan itu sungguh terdengar sangat menggelikan!Sejuj
...Hari telah berlalu. Pagi-pagi betul, dokter Ma telah datang untuk memeriksa kondisi kesehatan Shen Yiyi ketika gadis itu baru saja terbangun dari tidurnya."Selamat pagi, Nona," sapa dokter Ma kepada Shen Yiyi yang sudah terduduk di atas ranjangnya."Selamat pagi, dokter," sahut Shen Yiyi. "Apakah hari ini aku bisa pulang?!" tambah gadis itu tidak sabar.Mendengar pertanyaan itu, dokter Ma langsung mengambil laporan kesehatan terakhir milik Shen Yiyi yang telah disodorkan oleh para perawat disampingnya. Pada laporan terakhir yang dilihatnya. kondisi Shen Yiyi memang dikatakan sudah sangat baik sehingga gadis itu sudah tidak memerlukan perawatan lanjutan lagi."Anda sudah boleh pulang, Nona," ucap dokter Ma."Wah, bagus sekali. Kalau Mu Shenan bagaimana? Apa dia sudah boleh pulang juga atau bagaimana?" tanya Shen Yiyi dengan penuh penasaran.Dokter Ma menaikkan kaca-matanya. Setelah dia memberikan resep vitamin kepada perawat disebelahnya, dia langsung menatap Shen Yiyi untuk men
.. .Kegagalan adalah sesuatu yang saat ini dialami oleh seorang gadis muda dengan pakaian berwarna peach itu. Sedari tadi, gadis itu tampak merenung dan tidak ada apapun yang terpancar dari dua bola matanya selain sebuah tatapan kosong nan menyedihkan di dalamnya.Di dalam ruangan yang begitu sepi itu, Shen Yiyi terduduk di pinggiran ranjang sementara kedua tangannya memegang sebuah piring berwarna putih dengan salad buah di atasnya. Tanpa berbicara, dia terus menyuapkan potongan-potongan buah itu ke dalam mulut seorang pria yang hanya terdiam memandangnya.“Shen Yiyi, kau kenapa?” tanya pria tampan itu sembari mencoba mengambil alih piring yang dipegang oleh gadis itu.Shen Yiyi menolak. Dia bersikukuh memegang piring kecil itu dan terus menyuapi suaminya sementara pikirannya terus kemana-mana memikirkan sesuatu yang tidak dapat dimengerti oleh pria disampingnya.“Gadis bodoh, apa ada yang membulimu?” tanya Mu Shenan berh
. . . Siang itu suasana di lobi rumah sakit terlihat sedikit ramai. Para petugas administrasi terlihat begitu sibuk di depan meja administrasi panjang yang terbuat dari bahan marmer hitam, sementara para pengunjung menunggu di ruang tunggu dengan kursi-kursi besi panjang berwarna putih yang hampir penuh disana. Disepanjang perjalanan menuju ke depan pintu keluar lobi itu, Shen Yiyi melayangkan pandangannya untuk melihat mereka semua yang sedang berlalu-lalang. Ada yang sedang menangis, ada yang sedang menunggu dengan tatapan hampa, dan juga ada yang mengetuk-ngetukkan kakinya karena kekhawatiran yang mungkin dirasakannya. Mereka semua nampak putus asa, hampir sama dengan apa yang saat ini dialami oleh Shen Yiyi. Shen Yiyi mulai mendekati pintu keluar yang hanya berjarak beberapa meter darinya itu. Shen Yiyi sedikit menepi setelah ia melihat pintu itu penuh sesak dengan kehadiran sebuah keluarga besar yang baru saja datang kesana. Salah satu wanita tua yang berjalan di tengah kelu
. . . Dalam 30 menit, ciuman panas itu akhirnya berakhir. Mu Shenan menarik paksa bibirnya sendiri karena ia tahu bahwa pasti akan sangat sulit untuk mengendalikan dirinya sendiri apabila dia tidak menghentikannya saat itu juga. Dengan nafas yang masih memburu, pria itu lantas melihat ke beberapa tanda merah pada leher isterinya. Dia cukup puas! Setidaknya, beberapa tanda kebiruan itu akan tetap berada disana selama beberapa hari ke depan. “Em, Yiyi. Pakailah jaketmu,” ucap Mu Shenan seraya melirik kebagian dada milik wanita itu. Kancing itu sudah lepas dua dengan untaian benang yang masih menjulai diujungnya. Entah kemana dua kancing berwarna biru itu terlempar, Mu Shenan tidak tahu. Tetapi yang jelas, dia sudah cukup puas menikmati sebagian kecil apa yang ada didalamnya tanpa perlawanan yang berarti dari isteri yang mengharapkan bantuannya itu. Mu Shenan melihat kedua pipi Shen Yiyi yang masih memerah. Meskipun gadis itu kesal, tapi pipi merona diwajahnya cukup menunjukkan bah
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny