...Gadis itu dibawa kembali ke ruang perawatannya. Sesampainya disana, dia langsung ditangani oleh dokter dan beberapa perawat disana. Shen Yiyi tidak bisa menolak. Punggung tangannya kembali dipakaikan selang infus dan dirinya dipaksa untuk berbaring di atas ranjang yang seharian ini telah ditinggalkannya itu.“Nona, bagaimana? Apakah anda merasakan ada sesuatu yang kurang nyaman?” tanya seorang dokter setelah melihat laporan tekanan darah dari pasien itu yang belum kembali normal.Shen Yiyi lantas menganggukkan kepalanya. Jujur saja, saat ini dia merasa lemas sekali karena seharian dia belum makan. Rasanya, seluruh tenaganya telah habis dan dia merasa sedikit menyesal karena melupakan seluruh jam makannya hari ini. Tapi, mau bagaimana lagi, siang ini dia memang harus pergi ke panti asuhan itu untuk memastikan sesuatu. Dan seperti dugaannya, ada sesuatu yang salah dengan panti asuhan itu dan beruntungnya dia telah mengetahuinya. Meskipun sedikit merasa kesakitan karena perut koson
...Di ruang perawatan paling atas di rumah sakit itu, Mu Shenan telah menyelesaikan pemeriksaan rutin dengan dokter Ma. Saat ini, kondisi luka pasca operasi yang dilakukannya telah sedikit membaik. Meskipun begitu, dokter Ma masih tetap harus memberikan beberapa suntikan obat selama beberapa hari ke depan sampai luka jahitan itu benar-benar sembuh sepenuhnya.“Tuan Mu, sekarang beristirahatlah. Saya telah memasukkan obat pereda nyeri sehingga anda tidak akan merasa sakit,” ucap dokter Ma yang segera diangguki oleh Mu Shenan.“Kalau begitu, saya pergi dulu,” ucap dokter Ma sambil membungkuk untuk berpamitan.“Hm,” sahut Mu Shenan.Dari ranjangnya, Mu Shenan melihat kepergian dokter Ma. Dan setelah dokter itu sepenuhnya pergi dari sana, Mu Shenan langsung memanggil James yang sedari tadi telah menunggu di depan pintu ruang perawatannya itu.“James, masuklah,” perintahnya.Mendengar itu, James bergegas masuk ke dalam ruang dingin itu dengan map berwarna hitam di tangannya. Tidak tahu
...Perasaan tidak menyenangkan saat ini tengah dirasakan oleh Wei Dong. Pria paruh baya itu saat ini terlihat duduk tidak tenang di kediamannya dengan kedua kaki yang diketuk-ketukkan ke atas lantai. Beberapa kali, pria itu mengambil ponselnya hanya sekedar melihat layar ponsel itu. Hanya saja, sepertinya dia tidak mendapatkan sesuatu yang dia inginkan sehingga dia menjadi semakin cemas.“Ayah, ada apa denganmu?” sebuah suara tiba-tiba terdengar dari luar pintu rumah itu.Sambil menenteng sebuah dokumen, Wei Yuna berjalan mendekat untuk melihat apa yang sedang terjadi dengan ayahnya.“Yuna, ayah tidak apa-apa,” kata pria paruh baya itu sambil memikirkan sesuatu.“Ah, tidak mungkin. Wajah ayah terlihat pucat sekali. Pasti ada sesuatu yang sedang ayah pikirkan,” tutur gadis muda itu sembari duduk di seberang ayahnya.Wei Yuna nampak kebingungan. Ayahnya biasanya tidak pernah setegang itu. Tetapi kali ini, Wei Yuna dapat melihat jelas bahwa pria itu begitu cemas. "Ayah, katakanlah. K
...Malam telah semakin larut. Wei Dong semakin gundah karena isterinya itu belum juga kembali. Entah apa yang dilakukan wanita itu di luar, Wei Dong tidak begitu mengetahuinya. Mungkin saja, karena kejadian semalam, Shen Ara telah pergi ke Chang ‘An untuk memeriksa kegaduhan disana.Beberapa waktu lamanya Wei Dong telah menunggu. Sampai akhirnya tepat pukul 22.00 malam, sebuah bunyi kendaraan terdengar memasuki halaman rumah mereka. Wei Dong sangat yakin bahwa itu adalah isterinya. Untuk itu, dia bergegas membuka pintu dan mendapati sesuatu yang mengejutkannya.Polisi? Batin Wei Dong mengernyitkan alisnya. Sedikit curiga, Wei Dong kembali menutup pintu rumahnya dan mengawasi mobil petugas itu dari kejauhan. Benar, disana ada beberapa petugas yang sepertinya akan segera turun dari mobilnya. Tetapi, mengapa mereka datang ke kediaman Wei?! batin Wei Dong mulai merasa cemas.“Lin, cepat periksa. Tanyakan ada keperluan apa mereka kemari?” perintah Wei Dong kepada pelayannya.Suruhan itu
. . . Mu Shenan nampak memandang lurus ke layar dihadapannya. Sesekali dia tersenyum melihat gadis itu menghubungi orang-orang guna membantunya. Hanya saja, ditengah-tengah itu semua, sebuah rasa sedih terbesit di dalam hatinya. Shen Yiyi, gadisnya itu, telah hampir 1 jam mencari bala-bantuan, tetapi anehnya dari sekian banyak orang, mengapa gadis itu tidak mengingatnya? Batin Mu Shenan memalingkankan wajahnya dari layar itu. “Asisten Bai, apakah ponselku kehabisan baterai?” tanyanya dengan tiba-tiba. “Sebentar, Tuan,” sahut asisten itu. Asisten Bai kemudian berjalan menuju nakas yang ada disana untuk memeriksanya. Ponsel milik CEO Mu ternyata masih hidup dengan baterai yang terisi penuh. Mungkin saja, James sudah mengisinya seperti yang biasa asisten Bai juga lakukan ketika dia ada disekitar sang tuan. “Tuan Mu, ponsel anda sudah terisi penuh. Apakah ada yang ingin anda hubungi?” tanya asisten Bai sembari menyodorkan ponsel itu kepada Mu Shenan. Mu Shenan tidak mengambilnya.
...Hari telah berganti. Pagi-pagi benar Wei Dong telah menyisihkan waktunya untuk pergi ke kantor polisi yang ada di pusat kota. Beberapa skenario telah ia siapkan untuk menjawab pertanyaan dari para penyidik yang mengundangnya. Jika hanya masalah perjudian, Wei Dong sangat yakin bahwa dia pasti dapat menyelesaikannya dengan sangat mudah.Mengendarai mobil sedan miliknya, Wei Dong telah sampai disana tepat pukul 08.00 pagi. Belum ada banyak orang yang datang. Disana, hanyalah ada beberapa mobil polisi yang terparkir dan juga beberapa preman yang baru saja ditangkap dan dibawa untuk masuk ke ruang pemeriksaan.“Selamat pagi, Tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?” tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Wei Dong yang masih berada pada mobil itu.“Oh! Aku mau menuju bagian pemeriksaan. Dimana tempatnya?” tanya wei Dong kemudian.“Bagian pemeriksaan ada di gedung di depan anda. Silahkan anda menuju kesana,” ucap juru parkir itu.Wei Dong menganggukkan kepalanya. Setelah mesin mobil ia mati
...Akhir pekan adalah adalah saat yang paling sibuk di rumah sakit terbesar di kota itu. Tidak hanya jadwal pemeriksaan umum yang menumpuk, kehadiran para pengunjung yang membeludak juga membuat para petugas di lantai dasar gedung rumah sakit itu sedikit kewalahan. Dan di antara mereka, ada satu wanita yang juga datang untuk mengunjungi sahabatnya.Dia adalah Ning Ri. Sejak mendengar peristiwa yang menimpa Shen Yiyi, wanita itu nampak begitu khawatir. Sudah dari kemarin dia ingin menjenguk temannya itu, namun dia terkendala karena tidak adanya akses untuk bisa masuk kesana.Ya, sesuai informasi yang didengarnya dari asisten Bai, Shen Yiyi dan Mu Shenan sedang berada di dua lantai VVIP yang secara khusus dijaga ketat. Informasi tentang mereka dirahasiakan oleh pihak rumah sakit dan hanya petugas khusus yang boleh naik ke dua lantai teratas gedung itu.Penjagaannya sangat sulit ditembus dan Ning Ri menyadarinya. Untuk itu, demi berjumpa dengan teman baiknya, semalam Ning Ri telah mem
. . . Pada waktu yang sama di sisi lain rumah sakit itu, seorang pria muda yang sangat tampan terlihat mengerutkan dahinya. Dengan jantung yang tiba-tiba berpacu cepat, dia nampak berdiri setelah salah satu sudut matanya menangkap sesuatu pada layar kaca disana. “Dokter Ma, aku rasa pemeriksaannya sudah cukup,” ucap pria itu langsung melepas alat yang terpasang di tangannya. “Tapi, Tuan,” kata dokter itu. “Anda belum,” tambahnya terpotong oleh tindakan spontan yang dilihatnya. Seketika, pria muda itu juga melepas selang infus yang menempel dilengannya. Dengan langkah cepat, dia lalu berjalan sambil memanggil asisten Bai yang ada di belakangnya. “Asisten Bai, bagaimana caramu menjaganya?!” seru pria muda itu lagi dengan wajah geramnya. Tanpa aba-aba, pria itu langsung keluar diikuti oleh asisten Bai dan juga para bodyguard di belakangnya. Jujur saja, saat semua orang pergi dari sana, dokter Ma yang saat ini tengah memegang beberapa obat ditangannya merasa sangat keheranan. Sebet