..Di dalam ruangan VVIP itu hanya ada mereka berdua. Shen Yiyi masih berdiri di depan pintu sementara Mu Shenan duduk di tepian ranjang sambil menatap gadisnya yang tidak kunjung datang juga.“Berapa lama kau mau berdiri di situ?” tanya Mu Shenan memecah keheningan di antara mereka berdua.“Oh, em… Aku…,” jawab Shen Yiyi sambil meremas sendiri jemarinya.Sejujurnya, ada begitu banyak hal yang ingin ditanyakannya kepada Mu Shenan. Hanya saja, ketika dia berada di dekat pria itu, entah mengapa tiba-tiba saja mulutnya mengunci rapat seakan ia masih merasakan sebuah kegugupan di dalam dadanya.“Kemarilah,” sahut Mu Shenan kemudian, “Bantu aku memakai baju,” pintanya.“Oh… Baiklah,” jawab gadis itu.Shen Yiyi lantas mengayunkan tangannya untuk menyambar sebuah baju tidur yang tertata rapi di atas nakas tempat tidur itu. Namun, sebelum jemarinya bisa meraih baju milik Mu Shenan, pinggangnya telah terlebih dahulu disambar oleh sebuah lengan kekar hingga punggungnya membentur dada“Mu Shena
...Panti asuhan Chang ‘An saat ini terlihat sangat sepi. Jauh berbeda dengan kondisi sehari yang lalu dimana ada begitu banyak anak yang bermain di halaman depan. Saat ini, yang nampak disana hanyalah para petugas panti yang terlihat berkemas dan juga dua orang pekerja yang terlihat sedang berusaha untuk mencopot papan nama dari panti asuhan itu.Melihat itu semua, Shen YIyi yang satu jam lalu menyelinap keluar dari rumah sakit terlihat mengerutkan dahinya dalam-dalam. Dari dalam taxi itu, Shen Yiyi hanya bisa bertanya-tanya di dalam hatinya sebelum akhirnya dia membuka pintu mobil disampingnya.“Paman, tunggulah sebentar saja. Aku hanya akan turun untuk mengambil barangku saja,” ucap Shen Yiyi kepada sopir taxi itu.Shen Yiyi membuka pintu mobil itu dan keluar. Dengan pakaian rumah sakit yang masih melekat di tubuhnya, dia terlihat mulai berjalan menghampiri kedua orang yang sedang mencopot papan nama itu. Sekilas, Shen Yiyi ingin bertanya kepada mereka, tetapi sepertinya kedua or
...Shen Yiyi kembali ke rumah sakit itu dengan badan cukup lemas. Sambil melangkahkan kakinya menuju ke area taman di rumah sakit, diapun kembali mengingat apa yang dikatakan oleh para petugas itu kepadanya.“Memangnya siapa pemilik panti asuhan ini, paman,” tanya Shen Yiyi ketika masih disana tadi.“Perusahaan Shen, Nona,” jawab petugas panti itu yang seketika membuatnya tercengang.Jawaban tersebut terus saja terngiang di dalam benaknya. Panti asuhan Kelopak Teratai rupanya adalah sebuah agenda sosial yang ditelantarkan oleh Perusahaan milik keluarganya. Tidak hanya ingin menggusur, setelah Shen Yiyi mencari tahu, rupanya perusahaan Shen sudah jarang menyuntikkan dana pemeliharaan kepada mereka selama belasan tahun. Beruntungnya, Shen Yiyi bisa menahan mereka sementara dirinya berjanji untuk mencari jalan keluar.Dalam kegundahannya tersebut, Shen Yiyi lantas berhenti di sebuah kursi taman dan mulai menyalahkan dirinya. Benar, sebagai penerus marga Shen, dia belum pernah melakuka
...Gadis itu dibawa kembali ke ruang perawatannya. Sesampainya disana, dia langsung ditangani oleh dokter dan beberapa perawat disana. Shen Yiyi tidak bisa menolak. Punggung tangannya kembali dipakaikan selang infus dan dirinya dipaksa untuk berbaring di atas ranjang yang seharian ini telah ditinggalkannya itu.“Nona, bagaimana? Apakah anda merasakan ada sesuatu yang kurang nyaman?” tanya seorang dokter setelah melihat laporan tekanan darah dari pasien itu yang belum kembali normal.Shen Yiyi lantas menganggukkan kepalanya. Jujur saja, saat ini dia merasa lemas sekali karena seharian dia belum makan. Rasanya, seluruh tenaganya telah habis dan dia merasa sedikit menyesal karena melupakan seluruh jam makannya hari ini. Tapi, mau bagaimana lagi, siang ini dia memang harus pergi ke panti asuhan itu untuk memastikan sesuatu. Dan seperti dugaannya, ada sesuatu yang salah dengan panti asuhan itu dan beruntungnya dia telah mengetahuinya. Meskipun sedikit merasa kesakitan karena perut koson
...Di ruang perawatan paling atas di rumah sakit itu, Mu Shenan telah menyelesaikan pemeriksaan rutin dengan dokter Ma. Saat ini, kondisi luka pasca operasi yang dilakukannya telah sedikit membaik. Meskipun begitu, dokter Ma masih tetap harus memberikan beberapa suntikan obat selama beberapa hari ke depan sampai luka jahitan itu benar-benar sembuh sepenuhnya.“Tuan Mu, sekarang beristirahatlah. Saya telah memasukkan obat pereda nyeri sehingga anda tidak akan merasa sakit,” ucap dokter Ma yang segera diangguki oleh Mu Shenan.“Kalau begitu, saya pergi dulu,” ucap dokter Ma sambil membungkuk untuk berpamitan.“Hm,” sahut Mu Shenan.Dari ranjangnya, Mu Shenan melihat kepergian dokter Ma. Dan setelah dokter itu sepenuhnya pergi dari sana, Mu Shenan langsung memanggil James yang sedari tadi telah menunggu di depan pintu ruang perawatannya itu.“James, masuklah,” perintahnya.Mendengar itu, James bergegas masuk ke dalam ruang dingin itu dengan map berwarna hitam di tangannya. Tidak tahu
...Perasaan tidak menyenangkan saat ini tengah dirasakan oleh Wei Dong. Pria paruh baya itu saat ini terlihat duduk tidak tenang di kediamannya dengan kedua kaki yang diketuk-ketukkan ke atas lantai. Beberapa kali, pria itu mengambil ponselnya hanya sekedar melihat layar ponsel itu. Hanya saja, sepertinya dia tidak mendapatkan sesuatu yang dia inginkan sehingga dia menjadi semakin cemas.“Ayah, ada apa denganmu?” sebuah suara tiba-tiba terdengar dari luar pintu rumah itu.Sambil menenteng sebuah dokumen, Wei Yuna berjalan mendekat untuk melihat apa yang sedang terjadi dengan ayahnya.“Yuna, ayah tidak apa-apa,” kata pria paruh baya itu sambil memikirkan sesuatu.“Ah, tidak mungkin. Wajah ayah terlihat pucat sekali. Pasti ada sesuatu yang sedang ayah pikirkan,” tutur gadis muda itu sembari duduk di seberang ayahnya.Wei Yuna nampak kebingungan. Ayahnya biasanya tidak pernah setegang itu. Tetapi kali ini, Wei Yuna dapat melihat jelas bahwa pria itu begitu cemas. "Ayah, katakanlah. K
...Malam telah semakin larut. Wei Dong semakin gundah karena isterinya itu belum juga kembali. Entah apa yang dilakukan wanita itu di luar, Wei Dong tidak begitu mengetahuinya. Mungkin saja, karena kejadian semalam, Shen Ara telah pergi ke Chang ‘An untuk memeriksa kegaduhan disana.Beberapa waktu lamanya Wei Dong telah menunggu. Sampai akhirnya tepat pukul 22.00 malam, sebuah bunyi kendaraan terdengar memasuki halaman rumah mereka. Wei Dong sangat yakin bahwa itu adalah isterinya. Untuk itu, dia bergegas membuka pintu dan mendapati sesuatu yang mengejutkannya.Polisi? Batin Wei Dong mengernyitkan alisnya. Sedikit curiga, Wei Dong kembali menutup pintu rumahnya dan mengawasi mobil petugas itu dari kejauhan. Benar, disana ada beberapa petugas yang sepertinya akan segera turun dari mobilnya. Tetapi, mengapa mereka datang ke kediaman Wei?! batin Wei Dong mulai merasa cemas.“Lin, cepat periksa. Tanyakan ada keperluan apa mereka kemari?” perintah Wei Dong kepada pelayannya.Suruhan itu
. . . Mu Shenan nampak memandang lurus ke layar dihadapannya. Sesekali dia tersenyum melihat gadis itu menghubungi orang-orang guna membantunya. Hanya saja, ditengah-tengah itu semua, sebuah rasa sedih terbesit di dalam hatinya. Shen Yiyi, gadisnya itu, telah hampir 1 jam mencari bala-bantuan, tetapi anehnya dari sekian banyak orang, mengapa gadis itu tidak mengingatnya? Batin Mu Shenan memalingkankan wajahnya dari layar itu. “Asisten Bai, apakah ponselku kehabisan baterai?” tanyanya dengan tiba-tiba. “Sebentar, Tuan,” sahut asisten itu. Asisten Bai kemudian berjalan menuju nakas yang ada disana untuk memeriksanya. Ponsel milik CEO Mu ternyata masih hidup dengan baterai yang terisi penuh. Mungkin saja, James sudah mengisinya seperti yang biasa asisten Bai juga lakukan ketika dia ada disekitar sang tuan. “Tuan Mu, ponsel anda sudah terisi penuh. Apakah ada yang ingin anda hubungi?” tanya asisten Bai sembari menyodorkan ponsel itu kepada Mu Shenan. Mu Shenan tidak mengambilnya.