...Tidak hanya tinggal diam, Shen Yiyipun tergerak untuk melakukan penyelidikan. Semenjak semalam, dirinya tidak bisa tidur karena memikirkan check dengan nominal 100 juta Yuan yang berhasil dibawanya itu. Sehingga, pagi-pagi benar, dirinya datang ke Bank untuk mencari informasi mengenai check yang digunakan Shen Ara untuk menyewa Ren Xi itu.“Halo, selamat siang,” katanya kepada petugas yang sudah menunggunya, “Apakah check ini valid?” imbuh Shen Yiyi seraya menyodorkan check itu kepada petugas di depannya.Sekilas, petugas itu terbelalak. Nominal itu sangatlah besar. Sehingga dia kemudian memanggil sang manajer untuk memberitahu apa yang harus dilakukannya.“Baik Nona, apakah ada yang bisa kami bantu?” tanya sang manajer lagi guna mendampingi petugas disampingnya.“Selamat pagi. Saya ingin memeriksa apakah check yang saya terima valid ataukah tidak,” terang Shen Yiyi kemudian.“Oh, baiklah. Tunggu sebentar. Kami akan memeriksanya,” jawab sang manajer dengan senyuman khasnya.Tida
...Tidak seperti dugaannya. Rupanya, dokumen-dokumen itu tidak dikirimkan kepada Mu Shenan, melainkan kepada para penanggung-jawab yang telah ditunjuk oleh pria brengsek itu. Kalau demikian, bagaimana Shen Yiyi bisa menemukannya?!“Brengsek!” umpat Shen Yiyi dalam hati.Dan sekarang, waktu telah menunjukkan pukul 19.00 malam. Dengan gontai, Shen Yiyi akhirnya kembali ke apartemen Sky Garden dengan langkah kaki yang berat. Tidak ada keceriaan karena dia tahu bahwa pria itu pasti tidak ada disana.Dan benar saja, setelah dirinya membuka pintu rumahnya, Mu Shenan memang tidak ada disana. Hal itu membuat hatinya menjadi bertambah kosong dan hampa. Entah mengapa, semakin pria itu menghindarinya, dia semakin ingin menemuinya. Apakah ini yang dinamakan cinta? Batinnya sekilas sambil mendudukkan dirinya di sofa apartemennya.Tidak! Apa yang dipikirkannya barusan?! Ah! Tidak! Tidak! gerutunya mencoba untuk menutupi perasaannya itu.Tidak beberapa lama kemudian, Shen Yiyi lalu beranjak dari
...Shen Yiyi lantas menaruh ponsel itu di atas meja. Entah mengapa, raut wajahnya saat ini berubah menjadi gelap. Bagaimanapun, menurutnya, keluarga Wei itu memang sudah sangat keterlaluan. Selain membuat rencana pembunuhan baginya, rupanya mereka juga mulai menyerang Ning Ri hingga sahabatnya itu kehilangan tempat tinggal dan terancam dipecat dari tempat kerjanya.“Sialan!” celetuk Shen Yiyi kemudian.“Bagaimana? Apa yang dia katakan?” tanya Ning Ri dengan penasaran.“Orang yang menyabotase rumah sewamu adalah orang bermarga Wu. Bukankah kau sudah bisa menerka siapa orangnya?” ucap Shen Yiyi yang mengejutkan Ning Ri.“Maksudmu Wu Nora?!” tanya Ning Ri hampir tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya. “Kalau begitu, pasti dibelakangnya adalah Wei Yuna,” tegas Ning Ri sambil mengepalkan tangannya.“Hm,” sahut Shen Yiyi. “Ning Ri, maafkan aku karena telah melibatkanmu. Kamu pasti kesusahan setelah peristiwa di Perusahaan Shen,” imbuh Shen Yiyi meminta maaf.Shen Yiyi tahu bahwa
...Ning Ri mulai menekan deretan nomor yang baru saja disalinnya. Meskipun Shen Yiyi mengatakan bahwa asisten Bai tidak akan mengangkatnya, tetapi Ning Ri berpikiran berbeda karena dia menggunakan nomor asing. Pasti, asisten Bai akan mengangkatnya, pikirnya.“Ning Ri, sudahlah. Mu Shenan pasti sudah menyuruh asisten pribadinya itu untuk tidak mengangkat telepon dariku,” ucap Shen Yiyi dengan nada lemas.“Shen Yiyi, diamlah. Serahkan saja kepadaku,” sahut Ning Ri sambil menyeruput kopinya.Dan benar saja. Tidak menunggu lama, sambungan telepon itu telah diangkat oleh pemiliknya. Bergegas, Ning Ri langsung saja memulai pembicaraan di antara mereka.“Halo, selamat malam asisten Bai,” sapa Ning Ri.“Selamat malam, Nona. Tunggu, apakah anda adalah teman Nyonya muda?” sahut asisten Bai merasa familiar dengan suara itu.Tentu saja asisten Bai mengenalinya. Jika tidak salah, dua minggu yang lalu, dia dan teman sang Nyonya bertemu untuk menjatuhkan Wei Yuna di Perusahaan Shen. Jadi tidak he
...Jantung Mu Shenan belum kembali normal. Detakannya masih terdengar begitu keras hingga dia tidak bisa menangkap perkataan asisten Bai kepadanya.“Tuan… Apakah anda baik-baik saja?” tanya asisten Bai untuk kesekian kalinya. “Tuan, apakah anda merasakan ada sesuatu yang salah?“ imbuhnya yang langsung disahut oleh Mu Shenan.“Tolong ambilkan aku segelas air,” kata pria tampan itu seraya masih mencerna berita yang didengarnya.Shen Yiyi hamil? Dia akan jadi ayah dari enam bayi?! Apakah itu benar?! Batinnya terus terpaku pada angka enam!Beberapa saat, Mu Shenan mencoba untuk menenangkan dirinya. Karena takut dia berhalusinasi karena terlalu banyak meminum alcohol, dia lalu bangkit berdiri, menyambar segelas air dan langsung pergi ke kamar mandi yang ada disana.Untuk menyadarkan dirinya, Mu Shenan lekas mengguyur wajahnya dengan air minum di depan wastafel kamar mandi itu. Dia berharap, ketika terbangun dari fantasinya, berita itu akan menguap bersama dengan efek minuman yang mulai
...Kedua teman baik itupun sudah mulai menutup kedua mata mereka. Lampu yang temaram disertai suara rintik hujan membuat suasana menjadi lebih nyaman bagi mereka untuk ber-istirahat. Hingga tanpa terasa, merekapun mulai terlelap sebelum sebuah bunyi notifikasi pesan membangunkan salah satu dari mereka.Ting!Shen Yiyi meraba ponselnya di atas nakas tempat tidur dengan kedua mata yang masih tertutup. Dia sangat mengantuk sekali. Tetapi tetap saja, dia tidak bisa mengabaikan sebuah pesan yang sepertinya baru dikirimkan oleh seorang detektif kepadanya.From: Detekti SanSelamat malam, Nona Shen. Saya mendapat informasi bahwa ada seseorang yang bernama Lan Yuo beberapa tahun silam di panti asuhan Kelopak Teratai. Menurut kabar burung, dia sudah meninggal.Berita itu, membuat Shen Yiyi meremas ponselnya seketika. Mustahil! Tidak mungkin orang itu sudah mati! batinnya langsung berselancar ke dunia maya untuk mencari alamat panti asuhan Kelopak Teratai yang disebutkan oleh detektif San.D
. . . Sinar matahari telah naik begitu tinggi hingga panas teriknya menembus ke dalam jendela kaca dan menyilaukan mata Shen Yiyi. Seketika, diapun menutup matanya dan pada saat itulah ia mendengar jiwanya menjerit untuk memarahinya. Bodoh! Mengapa kau mau kembali?! Bukankah untuk hal ini kau diberikan kesempatan untuk hidup?! Mendengar itu, seketika Shen Yiyi membuka matanya yang mulai memerah. Benar juga! Dia sudah hidup kembali. Bukankah seharusnya dia yang memberikan rasa takut bagi musuhnya?! Batinnya sebelum dia memberikan sebuah jawaban kepada sopir itu. “Tidak, saya akan masuk kesana,” ucapnya sambil membuka pintu mobilnya. “Baik, Nona.” Dengan cekatan, sopir taxi itu lalu membantu Shen Yiyi untuk mengeluaran berbagai macam barang yang langsung menarik perhatian ibu panti dan anak-anak yang ada disana. Dari dalam, mereka tampak antusias dan bahkan beberapa anak mulai berlarian untuk menghampiri Shen Yiyi. “Kakak, apakah itu bantuan untuk kita?” ucap seorang anak denga
. . . Orang asing bertopi merah itu terus berlari, sementara Shen Yiyi bersikeras mengejarnya. Hingga tanpa terasa, mereka telah memasuki sebuah gudang kosong di wilayah sana. "Berhenti!" seru Shen Yiyi disertai dengan langkah kaki pria itu yang langsung terhenti. Tidak seperti sebelumnya, pria bertopi itu sepertinya tidak takut lagi, melainkan, dengan pongah dia berbalik dan membuka topi merahnya. "Nona, kau cukup berani rupanya," ucapnya. "Siapa kau?" tanya Shen Yiyi dengan lantang. Nafas Shen Yiyi masih tersengal-sengal, tetapi gadis itu berusaha untuk menatap ke depan. Pria dihadapannya ini pastilah memiliki kaitan dengan Lan Yuo. Jika tidak, tidak mungkin dia mencuri dengar dan kabur begitu saja. "Cepat katakan, apa kau mengenal Lan Yuo?" tanya Shen Yiyi dengan polosnya. Alih-alih menjawab, pria itu malah tersenyum miring dan bersiul dengan keras. "Siuit....!" Suaranya menggema dan tidak lama kemudian, beberapa langkah kaki mulai keluar dari tumpukan-tumpukan karung ya
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny