...Jantung Mu Shenan belum kembali normal. Detakannya masih terdengar begitu keras hingga dia tidak bisa menangkap perkataan asisten Bai kepadanya.“Tuan… Apakah anda baik-baik saja?” tanya asisten Bai untuk kesekian kalinya. “Tuan, apakah anda merasakan ada sesuatu yang salah?“ imbuhnya yang langsung disahut oleh Mu Shenan.“Tolong ambilkan aku segelas air,” kata pria tampan itu seraya masih mencerna berita yang didengarnya.Shen Yiyi hamil? Dia akan jadi ayah dari enam bayi?! Apakah itu benar?! Batinnya terus terpaku pada angka enam!Beberapa saat, Mu Shenan mencoba untuk menenangkan dirinya. Karena takut dia berhalusinasi karena terlalu banyak meminum alcohol, dia lalu bangkit berdiri, menyambar segelas air dan langsung pergi ke kamar mandi yang ada disana.Untuk menyadarkan dirinya, Mu Shenan lekas mengguyur wajahnya dengan air minum di depan wastafel kamar mandi itu. Dia berharap, ketika terbangun dari fantasinya, berita itu akan menguap bersama dengan efek minuman yang mulai
...Kedua teman baik itupun sudah mulai menutup kedua mata mereka. Lampu yang temaram disertai suara rintik hujan membuat suasana menjadi lebih nyaman bagi mereka untuk ber-istirahat. Hingga tanpa terasa, merekapun mulai terlelap sebelum sebuah bunyi notifikasi pesan membangunkan salah satu dari mereka.Ting!Shen Yiyi meraba ponselnya di atas nakas tempat tidur dengan kedua mata yang masih tertutup. Dia sangat mengantuk sekali. Tetapi tetap saja, dia tidak bisa mengabaikan sebuah pesan yang sepertinya baru dikirimkan oleh seorang detektif kepadanya.From: Detekti SanSelamat malam, Nona Shen. Saya mendapat informasi bahwa ada seseorang yang bernama Lan Yuo beberapa tahun silam di panti asuhan Kelopak Teratai. Menurut kabar burung, dia sudah meninggal.Berita itu, membuat Shen Yiyi meremas ponselnya seketika. Mustahil! Tidak mungkin orang itu sudah mati! batinnya langsung berselancar ke dunia maya untuk mencari alamat panti asuhan Kelopak Teratai yang disebutkan oleh detektif San.D
. . . Sinar matahari telah naik begitu tinggi hingga panas teriknya menembus ke dalam jendela kaca dan menyilaukan mata Shen Yiyi. Seketika, diapun menutup matanya dan pada saat itulah ia mendengar jiwanya menjerit untuk memarahinya. Bodoh! Mengapa kau mau kembali?! Bukankah untuk hal ini kau diberikan kesempatan untuk hidup?! Mendengar itu, seketika Shen Yiyi membuka matanya yang mulai memerah. Benar juga! Dia sudah hidup kembali. Bukankah seharusnya dia yang memberikan rasa takut bagi musuhnya?! Batinnya sebelum dia memberikan sebuah jawaban kepada sopir itu. “Tidak, saya akan masuk kesana,” ucapnya sambil membuka pintu mobilnya. “Baik, Nona.” Dengan cekatan, sopir taxi itu lalu membantu Shen Yiyi untuk mengeluaran berbagai macam barang yang langsung menarik perhatian ibu panti dan anak-anak yang ada disana. Dari dalam, mereka tampak antusias dan bahkan beberapa anak mulai berlarian untuk menghampiri Shen Yiyi. “Kakak, apakah itu bantuan untuk kita?” ucap seorang anak denga
. . . Orang asing bertopi merah itu terus berlari, sementara Shen Yiyi bersikeras mengejarnya. Hingga tanpa terasa, mereka telah memasuki sebuah gudang kosong di wilayah sana. "Berhenti!" seru Shen Yiyi disertai dengan langkah kaki pria itu yang langsung terhenti. Tidak seperti sebelumnya, pria bertopi itu sepertinya tidak takut lagi, melainkan, dengan pongah dia berbalik dan membuka topi merahnya. "Nona, kau cukup berani rupanya," ucapnya. "Siapa kau?" tanya Shen Yiyi dengan lantang. Nafas Shen Yiyi masih tersengal-sengal, tetapi gadis itu berusaha untuk menatap ke depan. Pria dihadapannya ini pastilah memiliki kaitan dengan Lan Yuo. Jika tidak, tidak mungkin dia mencuri dengar dan kabur begitu saja. "Cepat katakan, apa kau mengenal Lan Yuo?" tanya Shen Yiyi dengan polosnya. Alih-alih menjawab, pria itu malah tersenyum miring dan bersiul dengan keras. "Siuit....!" Suaranya menggema dan tidak lama kemudian, beberapa langkah kaki mulai keluar dari tumpukan-tumpukan karung ya
...Langit telah menjadi gelap dan udara berubah semakin dingin di area pergudangan Chang ‘An. Beberapa orang disana terlihat menggosok-gosok lengan mereka untuk mengurangi rasa dingin yang terasa menusuk, namun hati mereka tidak sanggup melawan rasa penasaran yang menerjang. “Apa yang terjadi disana?” tanya seorang penjaga toko yang baru saja datang ke lokasi dengan garis kuning polisi itu.“Eh, apa kau tidak tahu? Kabarnya ada percobaan pembunuhan di dalam sana,” ucap seorang warga yang semenjak satu jam yang lalu telah berada disana.“Benarkah itu?! Memangnya siapa yang dibunuh?” tanya penjaga toko itu dengan was-was.Warga berbaju hijau itupun menaikkan bahunya. Ia sendiri tidak tahu siapa saja yang ada di dalam. Tapi yang pasti, begitu banyak mobil polisi dan petugas medis telah berada disana sejak sore ini. Dan sampai petang ini, mereka belum juga dapat mengevakuasi korban yang ada di dalam.“Sungguh mengerikan sekali. Aku harap korban yang ada di dalam dapat selamat,” ucap p
...Mu Shenan memasuki rumah sakit dengan raut wajah suramnya. Pandangannya lurus ke depan dan dia hanya memikirkan sebuah nama... Shen Yiyi!Ya. Shen Yiyi, isterinya itu hari ini telah melakukan hal yang sangat gegabah. Bagaimana tidak, di tengah situasi dimana ada orang-orang yang mengincarnya, wanita bodoh itu malah keluar seorang diri tanpa memperdulikan fakta bahwa dirinya adalah seorang target.Hanya beruntungnya, sesaat setelah wanita itu naik taxi menuju Chang ‘An, salah satu pasukan Mirrors langsung menghubunginya sehingga dia bisa segera menyusul isteri tidak pintarnya itu tepat waktu. Dalam kegelisahannya itu, Mu Shenan benar-benar tidak menyangka akan keberanian Shen Yiyi. Rupanya, isterinya itu tidak selemah yang dia pikirkan selama ini!Bagaimanapun, perencanaan pembunuhan tidaklah hal yang mudah dihadapi oleh orang awam seperti Shen Yiyi. Tetapi wanita itu tidak melibatkan keluarga Shen maupun pihak kepolisian, dan bahkan sudah berjalan sendirian sejauh ini untuk mem
. . . Malam hari telah bergulir digantikan oleh fajar pagi yang mulai merekah. Dari sudut jendela kaca di kamar itu, sinar matahari mulai menembus masuk dan menyinari kedua mata lentik seorang wanita yang mulai merasakan silau pada kedua mata miliknya. “Emm…,” gumamnya lirih sambil memeluk sebuah guling ber-aroma disinfektan disampingnya. Beberapa saat, hidung mancungnya terasa sedikit gatal. Meski aroma disinfektan itu tidak begitu menyengat, namun sepertinya hal itu sudah cukup untuk membuat gadis itu membuka kelopak matanya. Masih belum sepenuhnya tersadar, samar-samar dia mulai mengamati ruangan yang nampak asing itu. Sebuah meja dengan vas bunga dan sanitizer di atasnya, lalu kereta dorong dengan sarapan pagi penuh gizi, dan juga… selang infus ditangannya?! Tunggu! Apakah ini adalah... rumah sakit?! pikirnya sembari memaksa dirinya untuk terbangun dari tidurnya. Dengan posisi terduduk di atas ranjang, dia lalu kembali mengamati situasi di sekitarnya yang nampak sepi itu. Be
..Di dalam ruangan VVIP itu hanya ada mereka berdua. Shen Yiyi masih berdiri di depan pintu sementara Mu Shenan duduk di tepian ranjang sambil menatap gadisnya yang tidak kunjung datang juga.“Berapa lama kau mau berdiri di situ?” tanya Mu Shenan memecah keheningan di antara mereka berdua.“Oh, em… Aku…,” jawab Shen Yiyi sambil meremas sendiri jemarinya.Sejujurnya, ada begitu banyak hal yang ingin ditanyakannya kepada Mu Shenan. Hanya saja, ketika dia berada di dekat pria itu, entah mengapa tiba-tiba saja mulutnya mengunci rapat seakan ia masih merasakan sebuah kegugupan di dalam dadanya.“Kemarilah,” sahut Mu Shenan kemudian, “Bantu aku memakai baju,” pintanya.“Oh… Baiklah,” jawab gadis itu.Shen Yiyi lantas mengayunkan tangannya untuk menyambar sebuah baju tidur yang tertata rapi di atas nakas tempat tidur itu. Namun, sebelum jemarinya bisa meraih baju milik Mu Shenan, pinggangnya telah terlebih dahulu disambar oleh sebuah lengan kekar hingga punggungnya membentur dada“Mu Shena