. . . Orang asing bertopi merah itu terus berlari, sementara Shen Yiyi bersikeras mengejarnya. Hingga tanpa terasa, mereka telah memasuki sebuah gudang kosong di wilayah sana. "Berhenti!" seru Shen Yiyi disertai dengan langkah kaki pria itu yang langsung terhenti. Tidak seperti sebelumnya, pria bertopi itu sepertinya tidak takut lagi, melainkan, dengan pongah dia berbalik dan membuka topi merahnya. "Nona, kau cukup berani rupanya," ucapnya. "Siapa kau?" tanya Shen Yiyi dengan lantang. Nafas Shen Yiyi masih tersengal-sengal, tetapi gadis itu berusaha untuk menatap ke depan. Pria dihadapannya ini pastilah memiliki kaitan dengan Lan Yuo. Jika tidak, tidak mungkin dia mencuri dengar dan kabur begitu saja. "Cepat katakan, apa kau mengenal Lan Yuo?" tanya Shen Yiyi dengan polosnya. Alih-alih menjawab, pria itu malah tersenyum miring dan bersiul dengan keras. "Siuit....!" Suaranya menggema dan tidak lama kemudian, beberapa langkah kaki mulai keluar dari tumpukan-tumpukan karung ya
...Langit telah menjadi gelap dan udara berubah semakin dingin di area pergudangan Chang ‘An. Beberapa orang disana terlihat menggosok-gosok lengan mereka untuk mengurangi rasa dingin yang terasa menusuk, namun hati mereka tidak sanggup melawan rasa penasaran yang menerjang. “Apa yang terjadi disana?” tanya seorang penjaga toko yang baru saja datang ke lokasi dengan garis kuning polisi itu.“Eh, apa kau tidak tahu? Kabarnya ada percobaan pembunuhan di dalam sana,” ucap seorang warga yang semenjak satu jam yang lalu telah berada disana.“Benarkah itu?! Memangnya siapa yang dibunuh?” tanya penjaga toko itu dengan was-was.Warga berbaju hijau itupun menaikkan bahunya. Ia sendiri tidak tahu siapa saja yang ada di dalam. Tapi yang pasti, begitu banyak mobil polisi dan petugas medis telah berada disana sejak sore ini. Dan sampai petang ini, mereka belum juga dapat mengevakuasi korban yang ada di dalam.“Sungguh mengerikan sekali. Aku harap korban yang ada di dalam dapat selamat,” ucap p
...Mu Shenan memasuki rumah sakit dengan raut wajah suramnya. Pandangannya lurus ke depan dan dia hanya memikirkan sebuah nama... Shen Yiyi!Ya. Shen Yiyi, isterinya itu hari ini telah melakukan hal yang sangat gegabah. Bagaimana tidak, di tengah situasi dimana ada orang-orang yang mengincarnya, wanita bodoh itu malah keluar seorang diri tanpa memperdulikan fakta bahwa dirinya adalah seorang target.Hanya beruntungnya, sesaat setelah wanita itu naik taxi menuju Chang ‘An, salah satu pasukan Mirrors langsung menghubunginya sehingga dia bisa segera menyusul isteri tidak pintarnya itu tepat waktu. Dalam kegelisahannya itu, Mu Shenan benar-benar tidak menyangka akan keberanian Shen Yiyi. Rupanya, isterinya itu tidak selemah yang dia pikirkan selama ini!Bagaimanapun, perencanaan pembunuhan tidaklah hal yang mudah dihadapi oleh orang awam seperti Shen Yiyi. Tetapi wanita itu tidak melibatkan keluarga Shen maupun pihak kepolisian, dan bahkan sudah berjalan sendirian sejauh ini untuk mem
. . . Malam hari telah bergulir digantikan oleh fajar pagi yang mulai merekah. Dari sudut jendela kaca di kamar itu, sinar matahari mulai menembus masuk dan menyinari kedua mata lentik seorang wanita yang mulai merasakan silau pada kedua mata miliknya. “Emm…,” gumamnya lirih sambil memeluk sebuah guling ber-aroma disinfektan disampingnya. Beberapa saat, hidung mancungnya terasa sedikit gatal. Meski aroma disinfektan itu tidak begitu menyengat, namun sepertinya hal itu sudah cukup untuk membuat gadis itu membuka kelopak matanya. Masih belum sepenuhnya tersadar, samar-samar dia mulai mengamati ruangan yang nampak asing itu. Sebuah meja dengan vas bunga dan sanitizer di atasnya, lalu kereta dorong dengan sarapan pagi penuh gizi, dan juga… selang infus ditangannya?! Tunggu! Apakah ini adalah... rumah sakit?! pikirnya sembari memaksa dirinya untuk terbangun dari tidurnya. Dengan posisi terduduk di atas ranjang, dia lalu kembali mengamati situasi di sekitarnya yang nampak sepi itu. Be
..Di dalam ruangan VVIP itu hanya ada mereka berdua. Shen Yiyi masih berdiri di depan pintu sementara Mu Shenan duduk di tepian ranjang sambil menatap gadisnya yang tidak kunjung datang juga.“Berapa lama kau mau berdiri di situ?” tanya Mu Shenan memecah keheningan di antara mereka berdua.“Oh, em… Aku…,” jawab Shen Yiyi sambil meremas sendiri jemarinya.Sejujurnya, ada begitu banyak hal yang ingin ditanyakannya kepada Mu Shenan. Hanya saja, ketika dia berada di dekat pria itu, entah mengapa tiba-tiba saja mulutnya mengunci rapat seakan ia masih merasakan sebuah kegugupan di dalam dadanya.“Kemarilah,” sahut Mu Shenan kemudian, “Bantu aku memakai baju,” pintanya.“Oh… Baiklah,” jawab gadis itu.Shen Yiyi lantas mengayunkan tangannya untuk menyambar sebuah baju tidur yang tertata rapi di atas nakas tempat tidur itu. Namun, sebelum jemarinya bisa meraih baju milik Mu Shenan, pinggangnya telah terlebih dahulu disambar oleh sebuah lengan kekar hingga punggungnya membentur dada“Mu Shena
...Panti asuhan Chang ‘An saat ini terlihat sangat sepi. Jauh berbeda dengan kondisi sehari yang lalu dimana ada begitu banyak anak yang bermain di halaman depan. Saat ini, yang nampak disana hanyalah para petugas panti yang terlihat berkemas dan juga dua orang pekerja yang terlihat sedang berusaha untuk mencopot papan nama dari panti asuhan itu.Melihat itu semua, Shen YIyi yang satu jam lalu menyelinap keluar dari rumah sakit terlihat mengerutkan dahinya dalam-dalam. Dari dalam taxi itu, Shen Yiyi hanya bisa bertanya-tanya di dalam hatinya sebelum akhirnya dia membuka pintu mobil disampingnya.“Paman, tunggulah sebentar saja. Aku hanya akan turun untuk mengambil barangku saja,” ucap Shen Yiyi kepada sopir taxi itu.Shen Yiyi membuka pintu mobil itu dan keluar. Dengan pakaian rumah sakit yang masih melekat di tubuhnya, dia terlihat mulai berjalan menghampiri kedua orang yang sedang mencopot papan nama itu. Sekilas, Shen Yiyi ingin bertanya kepada mereka, tetapi sepertinya kedua or
...Shen Yiyi kembali ke rumah sakit itu dengan badan cukup lemas. Sambil melangkahkan kakinya menuju ke area taman di rumah sakit, diapun kembali mengingat apa yang dikatakan oleh para petugas itu kepadanya.“Memangnya siapa pemilik panti asuhan ini, paman,” tanya Shen Yiyi ketika masih disana tadi.“Perusahaan Shen, Nona,” jawab petugas panti itu yang seketika membuatnya tercengang.Jawaban tersebut terus saja terngiang di dalam benaknya. Panti asuhan Kelopak Teratai rupanya adalah sebuah agenda sosial yang ditelantarkan oleh Perusahaan milik keluarganya. Tidak hanya ingin menggusur, setelah Shen Yiyi mencari tahu, rupanya perusahaan Shen sudah jarang menyuntikkan dana pemeliharaan kepada mereka selama belasan tahun. Beruntungnya, Shen Yiyi bisa menahan mereka sementara dirinya berjanji untuk mencari jalan keluar.Dalam kegundahannya tersebut, Shen Yiyi lantas berhenti di sebuah kursi taman dan mulai menyalahkan dirinya. Benar, sebagai penerus marga Shen, dia belum pernah melakuka
...Gadis itu dibawa kembali ke ruang perawatannya. Sesampainya disana, dia langsung ditangani oleh dokter dan beberapa perawat disana. Shen Yiyi tidak bisa menolak. Punggung tangannya kembali dipakaikan selang infus dan dirinya dipaksa untuk berbaring di atas ranjang yang seharian ini telah ditinggalkannya itu.“Nona, bagaimana? Apakah anda merasakan ada sesuatu yang kurang nyaman?” tanya seorang dokter setelah melihat laporan tekanan darah dari pasien itu yang belum kembali normal.Shen Yiyi lantas menganggukkan kepalanya. Jujur saja, saat ini dia merasa lemas sekali karena seharian dia belum makan. Rasanya, seluruh tenaganya telah habis dan dia merasa sedikit menyesal karena melupakan seluruh jam makannya hari ini. Tapi, mau bagaimana lagi, siang ini dia memang harus pergi ke panti asuhan itu untuk memastikan sesuatu. Dan seperti dugaannya, ada sesuatu yang salah dengan panti asuhan itu dan beruntungnya dia telah mengetahuinya. Meskipun sedikit merasa kesakitan karena perut koson
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny