Share

Bayi Siapa di Perutmu (2)

Penulis: Hanazawa Easzy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 23:59:34

Reza terbakar api cemburu saat melihat Firman memakaikan masker ke wajah Nadya. Meski tidak bisa mendengar percakapan mereka, tapi Firman jelas memperlihatkan ekspresi lembut dan penuh perhatian. Seperti seorang suami yang amat menyayangi istrinya.

Tanpa pikir panjang, Reza melangkah cepat, menarik tangan Nadya dari belakang dengan kasar.

"Nadya, jadi begini kelakuan kamu setelah cerai dari aku?!" suaranya lantang dan tajam, penuh emosi yang sudah lama tertahan.

Nadya tersentak, matanya melebar. Tubuhnya menegang, refleks menarik tangannya dari cekalan Reza. Jantungnya berdegup kencang dan kehilangan kata-kata. Kenapa bisa Reza bisa muncul di hadapannya?

Reza tersinggung dengan refleks Nadya yang seolah jijik padanya. Tatapannya kini penuh dengan kemarahan dan kecurigaan.

"Ngapain kamu di sini? Kamu hamil anak dia?" Mata Reza melirik tajam ke arah Firman, seolah menuduh tanpa perlu penjelasan.

Firman tersinggung, tidak bisa tinggal diam dan maju melindungi Nadya.

"Selamat pagi, Pak Re
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Siap Jadi Ayah Sambung

    Mobil Firman perlahan memasuki halaman rumah. Suara mesin yang mendekat membuat Bima, yang sedang bermain di teras, segera berlari ke arah pintu. Begitu mobil berhenti, bocah 3 tahun itu langsung berseru dengan gembira."Yey! Mami akhilnya pulang!" seru Bima sambil melompat-lompat di teras yang terbuat dari keramik bercorak cerah. Langkah kecilnya tertuju pada wanita yang sedari tadi ditunggu-tunggu kemunculannya.Nadya melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil dengan cepat, tersenyum lebar ke arah Bima. Tanpa ragu, wanita itu berjongkok dan menyambut pelukan Bima erat-erat, tenggelam dalam aroma manis rambut anaknya yang tak bosan-bosan ia ciumi saat berdekatan."Bima udah nungguin Mami?" bisiknya lembut, mencubit hidung kecil Bima yang kini tersenyum lebar."Iya, Oma bilang pelgi libulan tunggu Mami," jawabnya dengan suara khas anak-anak."Liburan?" tanyanya yang dijawab anggukan oleh Bima.Nadya menahan rasa penasaran, keningnya berkerut sebelum menoleh ke samping dan menangkap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Terbakar Api Cemburu

    Manusia hanya bisa berencana, tetapi hasil akhirnya kembali pada garis tangan yang telah Tuhan goreskan. Itulah yang terjadi pada Nadya. Sekuat apa pun dia menolak berinteraksi dengan Firman, semesta membuka matanya ketika makan malam tiba."Bima nggak mau makan. Mau liat kembang api!" tukas bocah yang menolak makanan di depan mulutnya, bahkan menepis sendok yang dipegang Nadya. Tangisannya terdengar sebagai bentuk protes karena tidak mau dipaksa."Kembang apinya belum mulai, Sayang. Masih 1 jam lagi.""Nggak mau!" rengeknya sambil menendang kaki sembarang, hingga terdengar bunyi 'duk duk' karena sepatunya menabrak kaki meja.Nadya menghela napas, bingung bagaimana lagi membujuk putranya agar mau makan. Saking asyiknya bermain layang-layang, bocah itu menolak makan, tidur, bahkan mandi dan istirahat. Akibatnya, dia kelelahan dan rewel seperti sekarang."Kembang api, Mi! Mau liat api.""Iya, nanti kembang apinya keliatan dari sini." Mama Anita ikut bicara. Dia menghampiri Nadya dan dud

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Saling Menghancurkan

    "Aku nggak akan biarin pengacara sialan itu menggantikan posisiku sebagai papinya Bima. Dia akan kubereskan setelah urusan di Bandung selesai. Awas saja!" Reza memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tangannya mencengkeram setir dengan kuat, sementara pikirannya berkecamuk. Meskipun dialah yang berkhianat, pria itu merasa dirinya yang dizalimi. "Joyce pasti tahu siapa pengacara itu. Aku harus bisa ngambil hatinya lagi." Perjalanan dua jam lebih mengantarkan Reza kembali ke Jakarta. Hal pertama yang harus dia lakukan adalah menemui selingkuhannya dan memperbaiki hubungan yang sempat retak sebelumnya. Setibanya di rumah sakit, waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Koridor lengang, hanya menyisakan satu-dua perawat yang masih sibuk dengan pekerjaan mereka. Langkah Reza langsung tertuju ke kamar tempat Joyce dirawat. Wanita itu tengah berbaring, masih tampak lemah. Namun, sorot matanya tak bisa menyembunyikan rasa terkejut saat menyadari kedatangan Reza. “Mm … Mas Reza!” ucap J

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Mendapat Kepercayaan Penuh

    “Sempurna!” ucap Reza lirih sambil memandangi layar laptop miliknya yang sempat terkena tumpahan kopi dua minggu yang lalu. Seruan itu terasa amat bertenaga, seolah Reza ingin melompat dari kursinya, bahkan salto sampai kayang kalau perlu. Angka-angka dalam laporan triwulan itu tampak sempurna, rapi, tanpa cela. Setidaknya dua ratus juta sudah masuk ke rekening rahasianya berkat manipulasi yang ia lakukan bersama Alya dan beberapa staf lain yang berhasil direkrutnya untuk bekerja sama. “Ini baru permulaan. Kalau aku udah bisa handle semuanya, uang yang aku dapat bisa dua atau tiga kali lipat dari jumlah ini,” imbuhnya dengan mata dipenuhi oleh binar-binar bahagia. Reza bermonolog sambil membayangkan isi tabungannya semakin gendut. Suara ketukan di pintu menyita atensi Reza, membuat senyum licik di wajah harus disembunyikan segera. "Masuk," pinta pria yang memakai kemeja biru muda itu sambil menegakkan tubuhnya, memasang sikap paling wibawa. “Permisi, Pak.” Sosok gadis cantik den

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Hingga Jadi Debu

    "Selamat siang, Pak Firman. Silakan, ikut saya. Pak Reza baru saja selesai rapat," ujar Alya yang sekarang resmi menjadi asisten pribadi Reza setelah laporan triwulan sukses. Dia harus bersikap formal karena masih ada beberapa tamu lain di ruang tunggu tempat Firman berada. Keduanya berjalan meninggalkan tempat persegi dengan dinding kaca tebal itu, memasuki lift yang akan mengantarkannya ke lantai 5. Begitu pintu lift tertutup dan mulai bergerak ke atas, ekspresi Alya berubah lebih santai. "Kok Mas Firman tiba-tiba datang ke sini nggak ngabarin dulu? Kak Nana tahu Mas ke sini?" tanya gadis yang setiap hari selalu memakai blouse berwarna gelap itu demi menghindari tatapan mes*m Reza. Dia bebas bicara dengan Firman selama tidak menunjukkan interaksi berlebih karena ada CCTV di atas mereka. "Joyce makin gila menjual aset-aset Nadya. Kalau aku nggak bergerak cepat, semua bisa terlambat," terang pria bertubuh tegap itu. "Lagipula, udah cukup mereka foya-foya. Selain itu, Tante Anita b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Kesempatan Terakhir

    Firman melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang di jalan yang sepi. Udara di luar agak panas, tapi di dalam mobil, suasananya justru terasa dingin dan tegang. Sesekali, dia melirik ke arah Nadya yang duduk di sampingnya. Sejak mereka meninggalkan tontonan Reza yang ditangkap polisi, Nadya belum mengucapkan sepatah kata pun, matanya lurus menatap jalan di depan. Merasa tercekik, akhirnya Firman memecah kesunyian. "Na, kamu yakin mau menemui Joyce?" Tanpa menoleh, Nadya mengangguk pelan. "Yakin. Gimanapun juga, dia pernah ada di masa-masa tersulitku. Aku mau kasih dia kesempatan sekali lagi buat menyesali perbuatannya. Kalau dia ngaku salah, aku nggak akan perpanjang kesalahannya selama ini. Aku biarin dia pergi dengan uang hasil penjualan rumahku. Mungkin dia bisa memulai hidup yang lebih baik di tempat neneknya." Firman mendesah pelan, menggelengkan kepala dengan sedikit heran. "Kamu terlalu baik, Na. Joyce udah khianati kamu, tapi kamu masih bisa selembut itu." Nadya terkekeh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Joyce Ditangkap

    Firman melirik ke arah kaca spion, menatap cemas Nadya yang terbaring lemah di bangku belakang. Tubuh wanita itu tampak lunglai, wajahnya pucat pasi. Sesekali dia memanggil namanya, “Na... Nana, kamu bisa dengar aku?" Tidak ada respons. “Nadya!” seru Firman sambil membelokkan mobil ke arah kiri, menuju rumah sakit terdekat dari posisinya sekarang. Hanya gerakan pelan dari kelopak mata Nadya yang menunjukkan wanita itu tetap sadar, tapi cukup untuk membuat Firman sedikit lega. Tangan kirinya memegang kemudi erat, sementara tangan kanannya berkali-kali membunyikan klakson, menyingkirkan kendaraan lain yang menghalangi jalannya. “Tahan sebentar, Na. Kita hampir sampai!” Firman menggigit bibirnya dengan napas tak beraturan saat mendapati Nadya meringis menahan sakit. Matanya terpaku pada jalan di depan, tapi pikirannya sudah berlarian ke segala arah. Dia harus cepat sebelum wanita itu kehilangan banyak darah yang bisa membahayakan nyawa. Suara detak jantungnya sendiri terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Hukum Tabur Tuai

    Dua bulan kemudian …. Langit sore tampak mendung seakan turut merasakan kesunyian yang menggantung di antara suara langkah kaki Nadya dan Firman. Mereka berjalan perlahan di sebuah rumah sakit jiwa, tempat di mana Joyce sekarang tinggal—atau lebih tepatnya, terpaksa tinggal. Sejak ditangkap oleh pihak berwajib, wanita itu mengalami banyak sekali pukulan yang membuat fisik maupun mentalnya berantakan. Dinding putih yang kusam dan aroma obat yang menusuk memenuhi udara, menambah nuansa berat pada hati Nadya. “Silakan. Ini ruangan Ibu Joyce. Jam-jam seperti sekarang ini, Ibu Joyce biasanya duduk di teras belakang sambil menggendong ‘bayinya’,” ucap perawat sambil memberi tanda kutip saat mengucapkan kata bayi. Wanita cantik dengan jilbab pashmina warna mustard itu mengangguk, berterima kasih dan membiarkan perawat pergi. Kakinya bergerak perlahan, mendekat ke arah pintu belakang kamar Joyce. Mata Nadya tertuju pada seorang wanita yang duduk di bangku panjang yang menghadap tam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Harus Mengakhirinya

    “Maksud Mama gimana? Tunangan? Sama siapa?” Langkah Nadya yang semula terburu-buru menuju rumah sewa terhenti mendadak. Dengan gemetar, dia duduk di bangku kayu di depan rumah makan Bu Ayu. Rasa terkejutnya begitu besar hingga dia lupa bahwa Firman dan Alya sedang menunggunya di rumah. “Mama juga nggak tahu, Na. Wirawan yang datang tadi dan kasih undangan itu. Selebihnya Mama nggak tahu. Tadi Mama masih ngurus Bima, jadi nggak sempat minta dia duduk. Eh, katanya dia juga lagi buru-buru mau ada urusan.” Suara Mama Anita terdengar jelas di seberang telepon. “Kok bisa mendadak begini, Ma? Padahal Dani sama Alya lagi…” Nadya buru-buru menutup mulutnya, hampir saja keceplosan. “Dani kenapa sama Alya?” Mama Anita terdengar sedikit penasaran. Nadya menjauhkan ponsel dari telinga, berusaha mengendalikan emosinya. Matanya menatap laut di kejauhan, ombak berkejaran tanpa henti seperti pikirannya saat ini. Satu yang pasti, dia harus tetap tenang. “Nana, kamu masih di sana? Halo?” Mam

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Kehilangan Arah

    Firman menutup laptopnya, melirik jam segi empat di pergelangan tangan kirinya. Benar-benar 30 menit seperti yang ia janjikan pada Nadya.[Kamu masih di rumah makan itu, Na? Aku ke sana sekarang.]Pesan itu terkirim, ceklis 2, tapi masih abu-abu. Belum dibaca."Langsung ke sana aja lah," ucap Firman bergumam. Tangannya merapikan lengan kemeja sebelum keluar dari rumah sewa.Seolah berkejaran dengan waktu, pria itu menuruni anak tangga 4 pijakan dengan tergesa. Hanya dalam hitungan detik, dia sudah berada di dekat jalan raya, siap menyeberang. Namun, saat kakinya hendak melangkah melewati jalanan aspal, tubuh pria itu mendadak membeku. Tak jauh dari posisinya, tampak seorang gadis berjalan sambil menundukkan kepala. Meski wajahnya tak terlihat, tapi Firman hafal betul postur maupun gesturnya."Alhamdulillah, Ya Allah. Terima kasih atas semua kemudahan yang Kau berikan," bisik Firman lirih, meraup wajahnya dengan tangan.Pengacara muda itu mengubah haluan, mendekat ke arah gadis yang

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Ketidakcocokan

    Tepat pukul sembilan pagi, Alya melangkah keluar dari kamar. Celana jeans membungkus kaki jenjangnya, berpadu dengan atasan tanpa lengan bermotif bunga-bunga. Kulitnya yang bersih, terlihat bercahaya di bawah sinar matahari, leher jenjangnya mulus tanpa noda—sesuatu yang tak banyak dimiliki gadis seusianya, kecuali mereka yang merawatnya dengan baik. Langkah Alya terasa ringan, siap membantu Bu Ayu di rumah makan seperti kemarin. Rasanya menyenangkan berjualan, bertemu banyak orang dan merasakan kehangatan suasana desa. Namun, senyum Alya tertahan saat tatapan wanita itu seolah mengulitinya. Bu Ayu berdiri di dekat pintu, jilbabnya rapi, tas mungil tergantung di bahu yang tertutup kebaya lengan panjang. Matanya menyapu penampilan Alya dari kepala hingga kaki, lalu kembali naik dengan sorot yang sulit disembunyikan—ketidaksukaan. "Ibu mau ke rumah makan sekarang, Bu?" tanya Alya, mencoba mencairkan suasana. Bu Ayu tak langsung menjawab. Alisnya berkerut, seolah menimbang sesuatu

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Gadis Cinderella

    Dani mengerjap ketika tirai terbuka, membiarkan sinar matahari menampar wajahnya tanpa ampun. Ia mengerang pelan, berusaha menghindari cahaya yang terasa menusuk kepalanya yang pening. Begitu mencoba membuka mata sepenuhnya, palu godam terasa menghantam, memaksanya kembali memejamkan mata. "Nggak tahan alkohol, tapi sok-sokan minum *absinthe*. Udah bosan hidup?" Suara itu membuat Dani tersentak. Lembut, tapi penuh sindiran. Suara yang sudah lama tak ia dengar. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuka mata, kali ini dengan lebih perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Sosok seorang wanita berdiri di dekat jendela, siluetnya samar diterpa cahaya pagi. Rambut panjangnya tergerai sedikit berantakan, tapi tetap terlihat menawan. Ia mengenakan kemeja putih longgar—yang, sialnya, tampak seperti pakaian yang Dani gunakan semalam. Kain itu menggantung di tubuhnya, sedikit kebesaran tapi tetap menciptakan nuansa yang berbahaya dan menggoda bagi pria dewasa sepert

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Bulan Madu Kedua 🔞

    WARNING! 🔞 ADULT CONTENT! "Mas, aku liat gadis yang mirip Alya!" seru Nadya sambil mengetuk pintu kamar mandi, mengganggu sang suami yang sedang mandi. Tadinya Nadya hanya ingin berdiri di beranda lantai dua, melihat gemintang di angkasa. Dia justru melihat sepasang sejoli sedang makan bersama di kejauhan. Gadis yang ia yakini sebagai Alya. Dari balik suara gemericik air shower, Firman tidak langsung menjawab. Dia sedang sibuk membilas shampo di kepala. "Mas Firman! Aku liat Alya!" ulang Nadya dengan suara yang lebih keras. Sengaja mengetuk pintu di depannya dengan ketukan yang lebih kuat. "Apa, Na?" sahut Firman balik bertanya, mencoba memusatkan pendengarannya di bawah guyuran air. "Ada Alya!" Detik berikutnya, suara aliran air terhenti dan pintu kamar mandi terbuka sedikit. Firman melongok keluar, membiarkan tetesan air mengalir dari ujung rambut basahnya. "Kamu ngomong apa tadi? Nggak jelas suaranya." Nadya menelan ludah menatap perut kotak-kotak di depannya. Namun, dia

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Modus

    "Kamu suka tempat ini, Na?" Firman bertanya sambil mengikuti sang istri. Dia memperhatikan Nadya yang memandang berkeliling, mengamati setiap sudut ruangan yang beraroma kayu dan langsung menghadap laut, yang akan mereka tempati selama di Jogja."Suka. Bagus. Nyaman."Firman tersenyum lega. Berbeda dengan Hotel Kencana yang penuh kenangan pahit, rumah sewa ini jelas jauh berbeda vibe-nya. Lantainya dari kayu, jendelanya besar menghadap laut, dan suara ombak menjadi latar yang menenangkan. "Kok kamu bisa nemu tempat ini, Mas?" Nadya bertanya sambil menaruh tas kecilnya di atas ranjang. Firman tersenyum tipis sebelum berkat, "Aku pernah nginep di sini waktu itu." Nadya menoleh dengan cepat, menatap Firman dengan kening berkerut. "Sama siapa?" tanyanya dengan jantung yang terasa berdetak lebih cepat. Luka dari pengkhianatan Reza dan Joyce masih menyisakan bayangan samar di hatinya. Ia tak ingin curiga pada Firman, tapi refleks pertanyaan itu keluar begitu saja. "Samaaa..." Firma

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Hilang Kendali 🔞

    "Maaf, Bu, apa Alya semalam atau pagi ini ke sini?" Dani berdiri di ambang pintu panti asuhan, suaranya terdengar tenang, tetapi jari-jari tangannya yang mengepal di sisi tubuhnya menceritakan kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan. "Alya?!" Bu Ratri menatapnya dengan mata penuh tanya. “Ada apa? Kamu bertengkar dengan dia?” Dani menggeleng, meski gerakannya terasa berat. “Bukan begitu, Bu. Cuma ada sedikit kesalahpahaman di antara kami. Dia pergi tanpa pamit, meninggalkan dompet dan ponselnya.” Bu Ratri menghela napas panjang, seakan beban yang sempat menghimpitnya sedikit terangkat. “Syukurlah,” gumamnya. Dani menatapnya dengan kening berkerut. Kenapa Bu Ratri bersyukur?Bu Ratri tersenyum samar, lalu berjalan menuju ruang tamu kecil panti. Dani mengikutinya, menyadari betapa tempat ini tak banyak berubah sejak terakhir kali ia datang. Aroma kayu tua dan buku-buku lama masih memenuhi udara, membawa serta kenangan yang dulu terasa hangat, tapi kini, ada sesuatu yang koso

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Calon Mantu

    Bu Ayu mengambil nampan yang akan diisi dengan makanan. Seulas senyum terukir di wajah cantiknya meski tak lagi muda begitu melihat interaksi Alya dan Dimas yang bernuansa romansa.Sebenarnya tak hanya Bu Ayu, beberapa pegawai di sekitar mereka juga mulai berbisik-bisik lirih. Sekali lihat saja, mereka tahu Den Bagus-nya menyukai gadis yang masih membeku di tempatnya."Mbakyu, iku calonnya Mas Dimas?" tanya seorang wanita yang selama ini menjadi tangan kanan Bu Ayu, Sumiati.Alih-alih menjawab, justru senyum lebar tampak merekah di wajah wanita paruh baya itu."Piye? Cocok, ndak?" Bu Ayu balik bertanya seolah mengiyakan prasangka barusan."Cocok, Mbakyu. Cantik, putih, mulus, kayak artis di tivi. Kalau mereka nikah, nanti anaknya ganteng mirip Mas Dima lan ayu-ayu mirip mbaknya."Bu Ayu tak bisa menyembunyikan tawa, menutupi mulutnya dengan tangan."Namanya Alya. Doakan saja, Sum. Semoga mereka berjodoh."Sumiati mengangguk, melangitkan doa yang sama dengan wanita di sampingnya."Oh,

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu, Mas!   Pusat Perhatian

    Alya melangkah ragu di belakang Dimas, memasuki pelataran restoran yang ramai oleh pelanggan. Aroma gudeg yang manis gurih bercampur dengan wangi ayam opor dan sambal krecek memenuhi udara, menggoda perutnya yang sudah berteriak kelaparan."Iku sopo? Pacare Mas Dimas?" bisik salah satu pramusaji yang Alya lewati.Gadis itu merasa sedikit canggung karena penampilannya terbilang kacau—blouse kusut, celana jeans basah, dan yang paling parah, ia berjalan tanpa alas kaki.Dimas menoleh, menyadari langkah Alya melambat. "Ayo, langsung masuk ke dapur aja. Ketemu Ibu," ucapnya dengan suara ringan seolah membawa masuk Alya ke rumahnya sendiri."Dim, tapi aku—""Udah, nggak usah denger komentar mereka."Alya menelan ludah, ingin pergi saja dari sana. Namun, genggaman tangan Dimas terlalu erat, tidak bisa dilepaskan.Mereka melewati meja-meja kayu yang dipenuhi pelanggan. Beberapa dari mereka menoleh sekilas, satu-dua tersenyum, membuat Alya semakin tak kerasan. Yang bisa ia lakukan hanya meneb

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status