Keira berusaha mempercepat langkahnya. Kabar tentang ibunya yang berada di ruang IGD, membuatnya tidak sabar untuk bisa secepatnya melihat keadaan ibunya. Minggu-minggu terakhir ini memang gerakannya sudah semakin lamban. Gerak tubuhnya yang dulu begitu lincah dan gesit, kini hanya tinggal kenangan. Masih mending jika hanya gerakan tubuhnya saja yang terbatas. Sudah seminggu ini pinggang dan punggungnya malah sering terasa sakit. Ginekolognya mengatakan bahwa sakit pinggang saat hamil tua adalah hal yang lazim. Keadaan seperti itu biasanya terjadi dikarenakan perubahan pusat gravitasi tubuh. Bobot tubuh yang bertambah menjadikan tubuhnya harus menyesuaikan gerakan apabila sedang beraktifitas. Selain itu, memang terjadi perubahan hormon dan peregangan ligamen sebagai proses alami tubuh dalam mempersiapkan persalinan.
Keira melihat ayahnya duduk di ruang tunggu IGD dengan gelisah. Keira seolah-olah mengalami dejavu. Rasanya baru kemarin saja ia meng
"Bu, Keisha mohon keluarkan Keisha dari tempat ini. Keisha nggak kuat di sini terus. Kata Ibu, semuanya akan baik-baik saja. Tapi ini sudah seminggu dan Keisha masih belum bisa keluar-keluar juga. Tolong Keisha, Bu! Tolong!" Keshia menghambur ke dalam pelukan ibunya, begitu petugas penjara mempertemukannya dengan mereka semua. Saat ini mereka berada di ruangan khusus tahanan kepolisian. Keisha saat ini masih berstatus sebagai tersangka. Ia belum disidang karena para penyidik masih mengumpulkan bukti-bukti hingga berkas dinyatakan lengkap atau P21."Sabar ya, Nak? Ethan sedang berjuang untuk mengeluarkan kamu. Ethan sedang mengumpulkan bukti-bukti. Kamu sabar dulu, ya Nak? Sebentar lagi kamu pasti keluar. Sebentar lagi ya, sayang?" Keira melihat ibunya terus saja berupaya membujuk Keisha. Adik kembarnya itu langsung histeris begitu melihat kedatangannya bersama dengan ayah dan ibunya.Hari ini ia memang sengaja menjenguk Keisha bersama deng
"Sebelum draft perjanjian kerjasama ini ditanda tangani dan memiliki kekuatan hukum, silahkan kedua belah pihak membaca dan mempelajarinya terlebih dahulu. Karena setelah penandatanganan, semua poin-poin yang termaktub akan dinyatakan deal, dan tidak bisa dicomplain lagi," Rasya memberikan waktu kepada para clientnya untuk memeriksa poin-poin penting dalam draft, sebelum kerjasama dinyatakan deal. Ia memang selalu bersikap seperti ini. Memberi clientnya waktu untuk memahami sejelas-jelasnya, apa hak dan kewajiban mereka sebelum draft kerjasama ditanda tangani. Ia tidak mau para clientnya merasa seperti membeli kucing dalam karung."Permisi," dari sudut matanya Rasya melihat Panji merogoh sakunya dan buru-buru berjalan ke sudut ruangan. Ia tahu, pasti panggilan itu darurat sekali. Mengingat Panji biasanya tidak akan menjawab panggilan telepon apabila sedang rapat penting."Ya, Bu. Apa? Rara akan
Keira sudah tahu bahwa persalinannya ini tidak berjalan dengan mulus. Ia adalah seorang perawat yang setiap hari berkutat dengan ibu-ibu hamil. Ia paham sekali posisinya saat ini. Dokter Sita tadi mengatakan kalau ia menderita atonia uteri. Ia paham, pasti telah terjadi pendarahan karena kontraksinya sangat lamban. Belum lagi cairan ketubannya sudah lebih dulu pecah, dan keadaan bayinya yang makrosomia atau ukurannya terlalu besar dari ukuran berat badan bayi normal lainnya. Lamanya durasi selama proses persalinan juga bisa memacu terjadinya pendarahan.Selain itu ia juga sudah lemas sekali. Tulang-tulangnya seperti dilolosi semua dari tubuhnya. Ia kini menjadi selembek agar-agar. Bahkan untuk mengangkat tangannya saja, ia tidak mampu. Rasa sakit yang dirasakannya sudah tidak terkatakan lagi. Apabila ada yang mengatakan rasa sakit melahirkan itu begitu hebat dan hanya ti
Keira tidak henti-hentinya berdoa saat dokter dan perawat mulai bekerja.Tindakan selanjutnya ia seperti sedang bermimpi saja. Keira merasa kalau ia tengah diberi anestesi parsial dan tindakan-tindakan untuk melakukan operasi lainnya. Saat operasi dimulai beberapa waktu kemudian, ia tetap terjaga dan tahu apa yang sedang terjadi. Ia masih bisa merasakan kalau Dokter Sita mulai menarik dan mendorong organ-organ tubuhnya ketika mereka sedang mengoperasinya.Keira dengan sabar terus menunggu suara tangis bayi yang akan dikeluarkan dari tubuhnya. Salah satu rekannya sesama perawat bertanya, apa yang saat ini ia rasakan. Keira pun menjawab bahwa ia sedang merasakan kalau dokter Sita tengah menarik-narik organ tubuhnya. Semua yang ada dalam ruangan tertawa mendengar ucapannya. Para dokter dan perawat yang ada dalam ruangan operasi ini adalah rekan-rekan kerjanya. Sehingga suasa
"Bisa Ayah berbicara sebentar dengan kamu, Pandu?" Pandu yang sedang sibuk membalas email relasi-relasinya di ruang kerja, tertegun sejenak. Ayahnya berdiri di ambang pintu ruang kerjanya. Jarang-jarang ayahnya mengganggunya di saat ia tengah sibuk bekerja. Nada suara ayahnya yang serius, membuat Pandu menganggukkan kepala seketika. Ayahnya melebarkan daun pintu menghampiri meja kerjanya."Ayah mau berbicara soal apa?" Pandu menutup laptop dan mempersilahkan ayahnya duduk. Ayahnya meghempaskan pinggul dan duduk tepat di hadapannya. Tetapi ayahnya diam saja. Ayahnya seperti sedang menimbang-nimbang pertanyaan yang akan diajukan padanya. Itu adalah ciri khas ayahnya setiap ia mengatakan ingin berbicara dengan anak-anaknya."Ayah ingin berbicara soal Keira dan Indhira. Cucu ayah, keponakan kamu," ayahnya kini menatapnya dalam-dalam. Ada permohonan yang tidak ia ucapkan di sana.Oh jadi keponakannya bernama
Keira berkali-kali membuka mulutnya, namun berkali-kali juga ia mengatupkannya kembali. Urung mengutarakan maksud hati pada ibunya sendiri. Hari ini ia sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Ia sangat gembira sekaligus juga bingung. Ia gembira karena akan segera menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu seutuhnya. Setidaknya selama tiga bulan ke depan. Bingungnya, ia sangat tidak ingin balik lagi ke kediaman keluarga Wicaksana. Ia ingin menjaga jarak dengan Panji. Tapi masalahnya ia belum menemukan kontrakan yang cocok sebagai tempat tinggal barunya bersama dengan putrinya.Ia dan Panji akan segera bercerai. Proses di pengadilan juga terus berjalan. Menurut Ethan, bulan depan mereka sudah akan mulai menjalani persidangan. Mereka hanya tinggal menunggu pemanggilan oleh juru sita kepada pihak penggugat atau pemohon. Biasanya surat panggilan itu akan dilayangkan sekurang-kurangnya tiga hari sebelum persidangan. Jadi ia merasa tidak ada perlunya lagi ka
Kehadiran Indhira di tengah-tengah keluarga menghadirkan suasana baru yang menyenangkan. Setelah sekian lama rumah masa kecilnya itu dingin dan sepi, kini sudah kembali semarak oleh suara tangisan bayi. Jejak kehadiran Indhira terlihat di mana-mana. Di mulai dari suara tangisnya yang melengking. Harumnya aroma bedak bayi dan minyak kayu putih, sampai dengan jemuran popok yang melambai-lambai di samping rumah. Ya, ia memang memutuskan untuk menggunakan popok kain saja apabila anaknya berada di dalam rumah. Makanya popoknya berjibun dikarenakan bayinya sering buang air kecil.Ibunya memang sempat heran karena ia masih menggunakan popok kain ala orang-orang jaman dahulu dibandingkan dengan menggunakan popok praktis siap pakai. Sebagai seorang yang bekerja di bidang medis, Keira menjelaskan bahwa sesungguhnya popok kain itu lebih aman untuk kulit bayi karena bebas dari bahan kimia. Sedang popok praktis sekali pakai itu mengandung polypropylen
Hari terus berganti. Karena kesibukan mengurus malaikat mungilnya, Keira sampai melupakan waktu. Dua bulan telah berlalu. Padahal rasanya ia baru saja melahirkan Dhira dua hari yang lalu. Selama dua bulan itu, Panji dan kedua mertuanya kerap menyambangi kediaman orang tuanya. Begitu juga dengan ayah Raga. Mereka beralasan ingin menengok cucu. Mengenai kunjungan kedua mertuanya, sebenarnya Keira sama sekali tidak keberatan. Karena bagaimana pun Dhira memang cucu mereka. Apalagi Dhira merupakan cucu pertama. Sudah pasti kedua mertuanya menjadikan putrinya segala-galanya. Maklum saja, kakek dan nenek baru.Yang ia tidak suka adalah jika Panji ikut datang bersama mereka. Akhir-akhir ini sikap Panji sedikit aneh. Panji dulu pernah benci sekali padanya karena dipaksa menikah. Kemudian sikapnya berubah menjadi sangat perhatian padanya saat Dhira baru saja lahir. Dan kini sikapnya berubah lagi. Ia tidak menunjukkan sikap terlalu perhatian dan memaksa lagi. Ia lebi
Keira berkali-kali menghembuskan napas lega sesaat keluar dari rumah keluarga Abiyaksa. Beban yang tadinya bertengger di pundaknya mendadak hilang semua. Kekhawatirannya sungguh berlebihan. Om Saka dan Tante Dara ternyata menyambut baik kehadirannya. Mereka berdua malah menanyakan keberadaan Dhira. Bagaimana Keira jadi tidak ingin menangis haru karenanya? Om Saka dan Tante Dara seakan ingin memberitahukan kalau mereka bukan hanya menerimanya sebagai calon menantu. Tetapi juga menerima Dhira sebagai cucu. Selain itu mereka berdua juga mendesak agar hubungannya dan Rasya segera diresmikan saja alias menikah. Mereka ingin agar rumah mereka semarak oleh tangisan cucu-cucu katanya. Perut Keira langsung mulas karenanya. Dhira saja belum genap setahun. Tetapi kedua calon mertuanya ini, ingin agar ia melahirkan banyak cucu. Bagaimana ia tidak ngeri jadinya?"Sekarang kamu lega 'kan? Sudah saya katakan kalau mereka akan menerima kamu dan Dhira dengan tangan terbuka
Empat bulan kemudian."Kamu jangan mondar mandir di depan pintu begitu, Ra. Ibu jadi pusing melihatnya. Kalau Rasya datang, pasti dia akan mengetuk pintu. Sudah, kamu duduk saja di sini," Danti menepuk-nepuk sofa di sampingnya. Ia heran melihat putrinya yang terus hilir mudik seperti setrikaan. Keira meringis malu saat sang ibu menyindir tingkah alaynya. Sejujurnya, ia bukan nervous karena menunggu kedatangan Rasya. Tapi ia nervous karena akan dipertemukan Rasya dengan kedua orang tuanya.Minggu lalu, ia sudah resmi bercerai dengan Panji. Oleh karena itulah, Rasya baru berani membawanya bertemu dengan kedua orang tuanya. Statusnya sekarang sudah jelas. Ia adalah seorang janda. Bukan istri orang lagi. Masalahnya sekarang, ia yang minder. Bayangkan saja. Rasya adalah seorang lelaki bujang. Sementara dirinya hanyalah seorang janda beranak satu. Janda
"Selamat sore rekan-rekan pewarta sekalian. Saya Alrasya Abiyaksa sarjana hukum, dalam hal ini mewakili ibu Keira Wicaksana, ingin meluruskan beberapa hal menyangkut nama baik client saya." Rasya membuka konfrensi pers dengan menempatkan dirinya sebagai pengacara Keira. Saat ini ruang kerjanya yang cukup luas telah ia sulap menjadi tempat konfrensi pers. Di meja panjang telah duduk Om Raga, Keira, dirinya sendiri, Panji, Pandu, Soraya dan juga Irman, kakak kandung almarhumah Irma. Sementara di hadapan mereka, telah berjejer beberapa pewarta dari berbagai media nasional online maupun offline tanah air. Mereka semua berkumpul untuk mendengarkan klarifikasi mengenai video viral menantu keluarga Wicaksana yang disinyalir mempunyai affairs dengan iparnya sendiri. "Sebagai pengacara Ibu Keira, saya ingin menjelaskan beberapa hal. Memang benar laki-laki dan perempuan yang ada dalam vide
Panji menjejalkan pakaian-pakaiannya begitu saja ke dalam koper. Ia sudah tidak mempunyai banyak waktu untuk menyusunnya lagi. Yang paling ia inginkan saat ini adalah secepatnya pergi dari rumah ini. Ia ingin menenangkan dirinya sendiri. Ia memang sudah kalah. Tetapi ia tidak ingin patah. Semoga saja ditempat yang baru nanti, ia bisa menata diri. Ia ingin memulai kehidupan baru dengan semangat baru lagi. Semua yang terjadi di sini, biarlah tertinggal di sini. Ia sudah tidak ingin mengingat-ingatnya lagi.Suara tawa geli keponakannya dan godaan-godaan kedua orang tuanya seolah-olah mengejek nasib sialnya. Apakah ia marah pada mereka semua? Sama sekali tidak. Sungguh ia tidak bisa menyalahkan Praja ataupun kedua orang tuanya yang kesenangan karena menemukan keluarga baru. Ya, keluarga baru. Praja bertemu dengan ayah, kakek, nenek dan ia sendiri sebagai omnya. Sementara kedua orang tuanya menemukan cucu yang baru mereka ketahui. Ia ikut berbahagia untuk merek
Beberapa jam sebelumnya...Panji mengaduk-aduk laci meja kerjanya. Mencari-cari alat pemotong kuku. Kukunya sudah panjang sehingga tidak nyaman saat ia harus mengetik cepat di macbook. Setelah capek membongkar namun ia tidak juga menemukan apa yang ia cari, ia memutuskan akan meminjam pemotong kuku Pandu saja. Abangnya yang selalu teliti dalam menyimpan barang, pasti punya. Berkali-kali ia mengetuk pintu kamar abangnya, tetapi tidak ada jawaban. Karena pintu kamar tidak di kunci, ia nyelonong masuk saja.Suara percikan air terdengar samar-samar dari arah kamar mandi. Pantas saja abangnya tidak menjawab. Rupanya abangnya sedang mandi. Ia membuka laci tengah meja kerja abangnya. Biasanya abangnya menyimpan pemotong kuku dan pernak pernik lainnya di sana. Prediksinya memang benar. Alat pemotong kuku abangnya tersusun rapi di sana. Bersebelahan dengan ponsel dan dompet abangnya. Abangnya ini memang rapi sekali dalam menyusun
Di sepanjang perjalanan menuju ke LP, Praja terus tertawa-tawa gembira di pangkuan Keira. Sesekali bocah tampan itu mengoceh-ngoceh sambil menjejak-jejakkan kakinya. Meminta berdiri di pangkuan Keira. Setelah berdiri ia akan membalikkan tubuhnya dan menepuk-nepuk pipi Keira. Tertawa-tawa gembira. Keira sekarang tahu kebiasaan Praja. Keponakannya ini senang sekali mengelus-elus wajahnya. Mungkin Praja gembira karena mengira kalau ia adalah mommynya. "Mom... mom... my..." dengan gembira Praja kembali melonjak-lonjak di pangkuannya. Mendengus-dengus dan mengerutkan hidungnya dengan lucu. Salivanya sampai ikut tersembur keluar saat ia menghembus-hembuskan udara dari mulutnya. Sepertinya Praja ingin bermain-main dengannya."Kenapa, sayang? Mau main ya? Nanti ya kita main dengan mommy. Sekarang Praja duduk manis dulu. Lihat tuh, daddy sedang menyetir. Praja jangan mengganggu konsentrasi daddy ya? Pra
Keira berkali-kali melirik Rasya yang sedang menyetir di sampingnya. Mencoba mencari sisa-sisa kemarahan dalam raut wajahnya. Tetapi ia sama sekali tidak mendapatinya. Sikap Rasya biasa saja. Ia malah sempat-sempatnya bernyanyi-nyanyi kecil mengikuti lagu yang sedang diputar di mobil. Seolah-olah perseteruan mereka kemarin tidak pernah terjadi. Keira jadi penasaran sekali."Kenapa kamu melirik-lirik saya terus? Saya tahu kok kalau ketampanan saya itu valid dan tidak dapat diganggu gugat. Hanya saja saya agak-agak risih kalau dipandangi dengan cara mencuri-curi seperti itu. Tapi kalau mencuri-curi cium sih, ya alhamdullilah sekali kalau kamu sudi," dekik kecil di kedua pipi Rasya muncul saat ia tersenyum lebar. Hah, si manusia jaelangkung ini perasaan dicintai sekali."Bapak kepedean sekali," Keira mencebikkan bibir. Rasya ini memang tingkat kepedeannya level dewa. Namun tak urung ia merasa lega. Sangat lega sekali tepatnya. Ternya
Semalaman Keira tidak bisa memejamkan matanya sepicing pun. Benaknya dipenuhi dengan potongan adegan demi adegan perselisihannya dengan Rasya. Setelah cukup dekat dengan Rasya, ini adalah kali pertama mereka berselisih paham. Dan ternyata rasanya begitu tidak nyaman. Mirip dengan rasa gatal yang tidak bisa ia garuk. Intinya sangat menyiksa! Suara tangisan lirih yang kian lama kian melengking mengalihkan perhatiannya. Dhira sudah bangun rupanya. Keriuhan yang disebabkan terbangunnya malaikat kecilnya ini menyita seluruh perhatiannya. Ia jadi bisa sedikit melupakan kegundahan hatinya."Wah, anak Bunda sudah bangun rupanya. Bangun-bangun kok malah nangis? Mau mimik susu ya?" Keira mengajak Dhira mengobrol. Dan pertanyaannya hanya dijawab dengan suara ocehan khas bayi berusia tiga bulan. Sepertinya Dhira haus dan meminta jatah ASInya. Keira melirik jam dinding. Pukul enam lewat lima menit. Ini memang j
"Sebaiknya kita pindah ke ruang kerja saya saja, Rasya, Keira." Raga merasa tidak akan mudah bagi mereka berdua untuk memperoleh jawaban dari Keira. Pembicaraan mereka pasti akan berlangsung alot mengingat betapa kerasnya sifat Keira. Tanpa banyak bicara Keira dan Rasya mengekori langkah Raga. Ketika tiba di dalam ruang kerjanya, seperti biasa Raga menempati kursi kebesarannya. Sementara Rasya dan Keira lebih memilih duduk di sofa dalam posisi saling berhadap-hadapan. Keira jadi merasa seolah-olah sedang menjalani persidangan sungguhan. Ia terdakwanya, Rasya jaksanya dan papanya hakimnya."Baiklah. Saya sederhanakan saja pertanyaan saya. Ada keperluan apa kamu di apartemen, Pandu?" Rasya mengeja kalimatnya lamat-lamat. Tatapannya sengaja ia fokuskan pada kedua mata indah yang kini terlihat gelisah. Keira menatap ke segala arah, kecuali padanya."Apakah jawabannya ada di plafon rumah dan lukisan kuda yang sedari tadi kamu pandangi, Ra?" sar